Harta Karun

KALA BENDU
Kamis, 07 Oktober 2010


KERAJAAN UTAMA DIDUNIA DIAKHIR ZAMAN

Inilah Sanghyang Dharmasaksi menjabarkan tentang Rahasia KERAJAAN UTAMA SANG PENGUASA DUNIA bernama KERAJAAN GALUH AGEUNG SUNDA BUWANA, yang masih tegak berdiri kokoh hingga saat ini berada. Tak terlihat wujud kerajaannya, akan tetapi masih tetap harum namanya di dunia, dengan julukannya sebagai Kerajaan ASTINA PURA dalam sastra Ramayana.
Ialah kerajaan induk dari kerajaan Yunani, kerajaan India dan juga kerajaan Dinasti, yang harus dimengerti oleh orang banyak di seluruh Nusantara, guna menjadikan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi Negara Mercusuar Jagat Buwana itu berada. Yang memiliki potensi Gemah Ripah dikemudian hari setelah menempuh perjalanan gunjang-ganjing selama 1033 tahun pada masa kelamnya, yaitu berakhir pada tahun 2011 masehi atas penutupan kutukannya itu ada.

Ketahuilah... diturunkannya Batara Kala di dunia, adalah sebagai kutukan kepada manusia yang telah menyimpang dari ajaran Sang Maha Dewata. Kerakusan, penyimpangan dan pengingkaran serta tidak mematuhi aturan kerajaan yang memiliki Cikal Bakal sebagai pencipta dan penata alam seisinya itulah Batara Kala dimaksud diturunkannya, guna diwujudkan ke bumi sebagai uji coba kepada manusia di dunia untuk menyadari kesalahannya tersebut. Kutukan itu disebut juga sebagai awal zaman Kalabandu atau Kali Yuga  itu berada selama 1033 tahun lamanya.

Sebut saja “Galuh Buhun” (terdahulu), adalah kerajaan utama di negeri Sunda Nusa (Nusa Katulistiwa), yang sudah hampir 7000 tahun menapakinya sebagai Kerajaan Utama, guna diteruskannya kembali kepada Sang Ahli Waris yang tersurat dan tersirat didalam sastra, yaitu dari keturunan Sang Maha Raja Prabu Siliwangi atas keturunannya dari sang Putranya Sang Prabu Surawisesa atau disebut sebagai Ki Santang itu berada di akhir zaman, guna pada tahun 2011 atas perintahnya, untuk menutup tahun terakhir zaman Kalabendu atau disebut juga zaman Kali Yuga yang menggenapi 7000 tahun keberadaan Kerajaan Galuh Buhun itu berada.

Kerajaan Galuh Utama terdahulu sebelum menjadi kerajaan Galuh Sunda Padjadjaran sebagai generasi, memiliki nama sebagai Kerajaan SANG HYANG LINGGAHYANG GALUH PRETAMA atau disebut juga KERAJAAN GALUH AGEUNG SUNDA BUWANA sebagai Tarumanagara (Negara yang Utama), adalah Cikal Bakal dari penataan seluruhnya itu ada, baik itu Para Dewata dan juga menata manusia dari wujud bentuk dan karakter itu ada di dunia tanpa kecuali.

Tidaklah kita sebagai manusia dengan mudahnya melupakan sejarah utama itu?, yang sudah terpatri yang terkandung secara mistis dan juga nyata (Sakala Niskala) itu ada?. Ironis memang jika kita melihat sang ahli Purbakala (Epigraf) atau disebut juga sebagai ahli Filologi, yang tidak dapat mengungkap keberadaan dan kebenaran sejarah itu hingga kini ada, justru merusak nama besar Para Leluhur yang mengepalai kerajaan di dunia dengan cercaan dan hinaan oleh para keturunannya itu sendiri. (itulah disebut Jalma Kuwalat namanya)

Jas Merah atau “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah”, tegas Bung Karno tentang kebenaran sejarah di Nusantara itu berada. Yang juga Beliau adalah penitisan dari Raja terdahulu (Raja Buhun) itu berada guna meluruskan dan serta mendirikan kembali kerajaan Galuh Buhun dengan nama INDONESIA guna untuk menunggu Sang Ahli Waris itu tertahta, dan sekaligus menutup tahun (akhir zaman) Kerajaan Galuh Buhun selama 7000 tahun akan keberadaannya di bumi Nusantara, guna dilanjutkan kembali dengan nama Kerajaan Padjadjaran yang modern yaitu yang bernama INDONESIA RAJA NUSA di zaman baru guna menuju Gemah Ripah Loh Jinawi dan Jiwani itu ada. (diungkap rahasia dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi dan Sabda Palon Prabu Joyoboyo itu ada dalam sastranya tertulis).

Inilah pemaparan Sanghyang Dharmasaksi sebagai teureuh dari para keturunan kerajaan tersebut ada, mengungkap kebenaran atas kerajaan itu berada atas PerintahNya, guna orang banyak mengerti tentang sejarah demi sejarah itu terjadi dimuka bumi ini berada.

Sanghyang Dharmasaksi mengungkap sedikit makna dari serat rahasia terkaji di dalam sastra dan juga situs purbakalanya, walau ungkapan dimaksud akan meluas mengenai sisi ke agamaan dan kenegaraan itu terjadi.  Perang dan rasa kebingungan pastilah akan melanda dan terlanda “jika mereka itu semua dusta terhadap sejarah” dan mereka itu (sikunyuk) biasanya bersembunyi dibalik kebohongan ajaran doktrin agamanya dan juga negara.

Dibawah inilah terpapar kebenarannya. (Amati lalakonnya)

Menyikapi adanya kerajaan Galuh Buhun itu ada, bukan hanya dari sastra, sloka dan juga hayalan saja yang tertulis dan ditulis dari zaman ke zaman untuk mengungkap kebenarannya itu ada, walau kala itu ada juga yang menjatuhkan kebenaran Kerajaan tersebut berdasarkan DOKTRIN ajaran anutannya, yang mereka itu tidaklah kuat membuka gerbang keberadaan Kerajaan terdahulu tersebut, sehingga banyaklah yang runtuh kelompoknya dan mati sia-sia.

Mengungkap kerajaan Galuh Buhun bukanlah hanya dari nama saja akan keberadaannya, Situs batu prasastilah yang menjadi peranan penting sebagai saksi bahwa Tapak Kerajaan itu ada sebagai cikal bakal bangkitnya kembali kekuatan yang pernah dahulu disegani diseluruh dunia, walau situs dan sastra sejarah telah dijadikan barang koleksi oleh Negara lain, tidaklah menghilangkan makna dan kebenarannya itu berada guna di buka kembali Pancar Jagat sebagai Murcusuar Dunia itu ada.

Sanghyang Dharmasaksi mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada sang peneliti dan pengali prasasti suci, yang kelak akan diperhitungkan dalam pengabdiannya. Bukan kepada sang pencaci maki dan pengeruk harta ibu pertiwi, dan bukan juga kepada yang sekedar “dilirik” atau “melirik sejarah” yang terucap oleh para ahli filologi dan ahli epigraf yang pintar itu berkata, “ungkap sanghyang dharmasaksi kroda”.

Bagaimana tidak “marah” terhadap tingkah polah orang-orang “pintar” itu mengungkap sejarah, yang kalah pandainya dengan dukun beranak, yang membantu persalinan tanpa bangku sekolahan!!!.  Sungguh ironis dan menyakitkan para karuhunnya yang menimangnya untuk jadi orang yang berjasa kepada negri, bukan malah mencaci negri sendiri atas kebenarannya pribadi itu berkata.

Tidaklah kalian malu akan kutipan sastra itu berada? yang sehingga kalian lupa akan maksud dan tujuannya kalian tergiring guna mendapatkan sastranya?.... ataukah memang sengaja?... atau memang ingin merendahkan arti dari sastra itu, yang sehingga pada saat kalian mendapatkan temuan, kalian anggap sepele dikarnakan tahunnya masih muda dan ajarannya tidak membolehkannya?. Sungguh nista kalian yang telah menelantarkan hasil tempaan leluhur yang berbaik budi dahulu itu guna bekal untuk kalian juga, inilah pelajaran yang harus kalian pelajari untuk menghargai karya para leluhur dahulu ada dari zaman demi zaman itu berada.

Pahamilah sastra dibawah ini...., yang dikarnakan kalian sudah terdoktri oleh ajaran, maka kalian lupa terhadap serat makna tersimpan dibalik tulisan. Perhatikanlah satra dibawah ini :

Inilah yang ada dalam sastra Aki Berangantrang.

Sang Ratu tuluy dicalikkeun, dijajarkeun, deung na kai lanceuk, deung Patih hariyang Banga dituluykeunna, jengan Patih Ciung Manarah marentahkeun Nusa Tilu Puluh Tilu./Alamna Ratu Galuh pitung ewu tahun. (Nusa = 10 kekuatan kerajaan/pulau)

Terjemahkanlah, yang disebut alamnya dimaksud atas keberadaan Kerajaan Galuh itu, dan cermati juga didalam sloka demi sloka kebenaran itu ada yang terjadi didalam peristiwanya.


Ketahuilah wahai para saudaraku yang bijak dan mau memahami sejarah, sesungguhnya kerajaan Galuh Buhun sangatlah terkenal bukan hanya perekonomiannya saja. Akan tetapi dikenal sebagai Negri Para Dewata itu berada, yang konon di tahun 4444 atau 544 sebelum masehi, Beliau yang disebut sebagai Prabu Manarah atau di kenal sebagai Ciung Wanara telah menjadi Dewata yang diberi julukan sebagaiSang Buddha Gautama atau disebut juga sebagai Dewa Wisnu itu akan keberadaannya ada.

Jika kalian amati, maka prasasti yang telah ditemukan diCiaruteun itu adalah tanda bukti, bahwa prasasti itu adalah sebagai pembuka kebenaran itu berada atas kedewataannya. inilah sastranya di prasasti tersebut :

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarum anagararendrasya vishnoriva padadvayam

Terjemahannya menurut Vogel:

Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Terjemahkanlah Purnawarman dan Tarumanegara itu, sudah berdiri sejak ribuan tahun sebagai nama kekuatan Kerajaan Galuh Buhun itu berada.

Disebutkan pula tutup tahun (pada akhir zaman) oleh suku Maya dan suku India atas prediksinya tentang akhir zaman itu berada, yang juga dinobatkan didalam cerita film fictive digambarkan oleh negaranya, guna mengecoh kebenaran yang terjadi itu ada atas pembenarannya. Mereka tidak tahu jikalau Kiamat itu datang bukan meluluh lantahkan dunia, akan tetapi akan menggemparkan dunia yang dikarnakan kerajaan yang terdahulu dikatakan hilang ternyata masih ada. Perhatikanlah sang penjajah yang masih ingin merebut Negara Indonesia guna diakui sebagai negaranya lagi, yang dikarnakan belum ada bukti siapa induk kepemilikan Negara Indonesia itu berada sebagai ahli warisnya, dan inilah kiamat yang tertulis bangkit serta menerjang lawan-lawannya.

Wajar saja jika bencana ringan dan besar patut di terima oleh orang banyak didunia, siapapun dia dan apapun rasnya, jika telah melupakan sejarah dan menjajah Negara Utamanya, maka mereka itu akan sirna dan rusak seluruh.(itulah kutukan yang berlaku oleh alam semesta (SEMAR) untuk manusia yang memungkiri kebenaranNya)

Mereka para ahli yang berasal dari luar sana, memanglah telah menggentarkan hati bangsa INDONESIA ini yang belum mendapatkan jatidiri sebagai bangsa yang kuat. Bukan berarti bangsa Indonesia ini tidak beradab harus merasa tersisihkan tentang lakon di akhir  zaman itu untuk dilecehkan oleh bangsa lain akan kemunafikannya, yang berselimut guna menjarah harta bumi dengan mudahnya dari doktrin yang mereka lontarkan atas kebenarannya dimaksud. Yang juga menerangkan bahwa merekalah yang dahulu berada dimuka bumi ini, KITA BANGSA INDONESIA hanyalah bagian dari cacing tanah yang berimigrasi menjadi manusia atas ungkapan sindirannya itu ada. “Nistalah orang – orang itu atas pengakuannya tersebut berkata”.

Ya!!!...Mereka itulah para penjarah dari berbagai Negara dan juga kepada orang-orang kita yang berkoalisi kepadanya, yang tidaklah mereka akan ketahui guna menemukan kebenaran itu ada atas sejarah tersimpan rapat atas KehendakNya, dikarenakan mereka hanya mencari kepamoran dan isi perutnya saja demi melegalkan status kependidikannya itu ada.
  
Dan mereka para peneliti itu, tidaklah jeli dan menyikapinya dengan  benar tentang sastra itu terkaji, yang justru mereka mengepakkan sayapnya guna merebut NKRI kembali dengan secara halus dan juga kejam tanpa disadari oleh manusia di Nusantara, tersirat perintahnya untuk membalikkan sastra itu supaya tidak berfungsi dengan benar.

Ya kudu aredan (gila) dulu jika ingin tahu kebenaran tentang Kerajaan yang dianggap hilang itu tertulis dibukunya berada.

Disinilah Sanghyang Dharmasaksi mengamati mereka mengungkapkan tentang situs Geger Hanjuang yang ditemukannya di desa Lingga Hyang Singa Parana, yang konon oleh pakar Mr.Holle yang berasal dari Belanda (mantan penjajah) itu mengatakan “sejarah ini sangat  mentah tanpa ada unsur keterkaitan atas keberadaannya situs dimaksud itu berada”.
Padahal... “ungkap sanghyang dharmasaksi”, situs tersebut adalah situs peringatan untuk  manusia di seluruh dunia, guna diperingatinya zaman Kalabandu atau Kalabendu itu ada, yang pertama kalinya diturunkannya sang Buta Kala itu kebumi, untuk merajah isi hati manusia selama 1033 tahun lamanya. Inilah kutipan yang ada didalam situs Geger Hanjuang itu berada :

Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala rumatak disusu (k) ku batari hyang pun.
"Pada hari ke-13 bulan
 badra tahun 1033 Saka Rumatak (selesai) disusuk ‘digali’ oleh Batari Hyang." Inilah penjabaran pakar filologi dan atau epigraf dimaksud.

Dan inilah penjabaran Sanghyang Dharmasaksi :

Penjabaran I
“Pada hari ke-13 (Langkir) bulan kapat “ke empat” selama 1033 tahun telah ditandakan (Dinobatkan) oleh Bhatari Hyang.”  (sakakala = diperintahkannya / peringatan / ditandai)

Penjabaran II
“Menerangkan bahwa pada hari ke-13 bulan ke empat selama 1033 tahun telah ditandakan dan diturunkannya Bhatara Kala (Langkir = 13) oleh Bhatari Hyang”. (sebagai peringatannya dimaksud = sakakala)

Jika kita mengamatinya lebih teliti, maka kita akan mengerti masa zaman kalabendu tertulis dan juga berakhirnya pada akhir zamannya, yang juga menggenapi 7000 tahun Kerajaan Galuh Buhun itu untuk ditutupnya dari masa zaman Galuh Buhun menjadi zaman baru berada (amati Uga Wangsit Prabu Siliwangi), inilah pada kenyataannya yang perlu diketahui oleh orang banyak di dunia.

NO
Nama Tahun
Peringatan zaman Kala Bendu
Peringatan Awal
Peringatan Tahun
Peringatan Tahun Galuh awal (KB)
1.
Saka Jawa Da
1033 tahun
911
1944
5967
2.
Saka Bali
1033 tahun
900
1933
-
3.
Hijriyah
1033 tahun
399
1432
-
4.
Saka India
1033 tahun
4078
5111
-
5.
Saka Buddha
1033 tahun
1522
2555
-
6.
Ju Gatsu
1033 tahun
1638
2671
-
7.
Tahun China
1033 tahun
1529
2562
-
8.
Maya Masehi
1033 tahun
978
2011
-
Di Tutup 7000 tahun.
NO
Nama Tahun
Peringatan Tahun Kali Yuga 1111
Peringatan Awal
Peringatan Akhir
Peringatan Tahun Galuh awal (KY)
1.
Saka Jawa Da
1111 tahun
833
1944
5889
2.
Saka Bali
1111 tahun
822
1933
-
3.
Hijriyah
1111 tahun
321
1432
-
4.
Saka India
1111 tahun
4000
5111
-
5.
Saka Buddha
1111 tahun
1444
2555
-
6.
Ju Gatsu
1111 tahun
1560
2671
-
7.
Tahun China
1111 tahun
1451
2562
-
8.
Maya Masehi
1111 tahun
900
2011
-

Menyikapi zaman Kali Yuga yang diperingati dan disahkan oleh para pakar di dunia, tidaklah jeli akan penempatan tahun dan peristiwa demi peristiwa. Yang sehingga jika dihitung atas ketepatan waktu sejarah banyaklah yang menyimpang penempatan tahun peristiwa terdahulu itu ada.

Situs Batu Tapak Maha Dewata yang berada di Astana Gededi Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, tidak ada yang bisa mengungkapkannya atas kebenarannya tersebut dari para ahli guna meneliti, yang sehingga mereka kalah langkah dengan kebenaran itu berada.
Padahal ada keterkaitan Situs Batu Tapak Dewata tersebut yang tertulis di Kitab Suci, yang memiliki cikal bakal sebagai agama itu berdiri guna diungkapkan atas peristiwa keberadaannya itu ada.
(kini, pengupasan selanjutnya oleh sanghyang dharmasaksi di serahkan kepada masyarakat guna menyikapi dan harus menyusun tahun demi tahun perjalanan sejarah demi sejarah itu ad atas kebenarannya). Ya... itulah teka-teki buat manusia yang tunduk akan peraturan alam semesta, sehingga kita menjadi bahagia dalam melaksanakan kebenaran itu sampai keanak cucu kelak.


Sanghyang Dharmasaksi mengutip sastra Darma Siksa tentang sastranya berada, yaitu :

Hana nguni hana mangke tan hana nguni tan hana mangke aya ma beuheula aya tu ayeuna hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna hana tunggak hana watang tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangna

Ada dahulu ada sekarang bila tidak ada dahulu tidak akan ada sekarang karena ada masa silam maka ada masa kini bila tidak ada masa silam tidak akan ada masa kini ada tonggak tentu ada batang bila tidak ada tonggak tidak akan ada batang bila ada tunggulnya tentu ada catangnya

Demikianlah tentang sastra yang tertulis didalam kitabSanghyang Dharma Siksa yang mengutarakan tentang sifat, wujud dan prilaku yang harus diketahui didalam ajarannya tersebut ada, yang tertulis pada abad minus masehi itu,  dan diturunkan pada masa zaman awal  abad ke-9 s/d tak terhitung abadnya mendatang, guna untuk di ketahui oleh para keturunan Galuh Buhun itu berada dari masa zaman Kalabendu dan leburnya bumi terselesaikan ada (Maha Pralaya). (walaupun sastra tersebut telah terkutip dari zaman ke zaman, akan tetapi makna dan maksudnya tidaklah tak terbantahkan).

Kitab dimaksud oleh para pakar dinamakan sebagai “Amanat Galunggung”, padahal telah terjabar sampul awalnya yang mengatakan :
Kwalwat, Gwareng, Anwam, dan Hamwa.
Yang di terjemahkan sebagai : Kolot, Goreng, Anom, dan Hamo.

Jika kita jeli dari tulisan sastra itu berpesan, maka penjabaran dari Sanghyang Dharmasaksi sebenarnya adalah sebagai Cikal Bakal wujud itu berada, yang terciptanya manusia guna memiliki ras – bentuk tubuh – sifat – prilaku – bentuk karakter dan korban kepada bumi itu berada, kenapa demikian? .... Itulah yang di sebut Punokawan dan titumbalan ada, yang mencirikan dalam bentuk seperti itu, yaitu :
Kwalwat disebut Kolot, disebut juga adalah sebagai Bumi (Sang Mangkukuhan).
Gwareng disebut Goreng, yang sebenarnya adalah Gareng / Kera,
Anwam disebut anom, itu adalah Petruk / kerbau, dan
Hamwa disebut Hamo, itu adalah Bagong / Babi.
Yang juga manusia dibumi (Kwalwat) memiliki ciri prilaku seperti diatas tadi, yaitu seperti Kera – Kerbau dan Babi dari sifatnya dan juga rasnya itu berada.

Demikianlah kebenaran tersirat itu berada dalam sastra serat bermakna, dari masa zaman demi masa zaman itu ada, yang juga diungkapkan dalam sastra Sun Goh Khong ada atas ciri cikal bakalnya dimaksud. (jangan tanyakan kepada orang jawa tentang Punokawan, pasti mereka mengerti dan mengetahui keberadaan lakonnya saja)

Penjabaran tentang Prasasti Batu Tapak Dewata yang berada di Astana Gede di Kawali, oleh para pakar hanya membuat rancu saja, padahal tertulis mutlak bahwa prasasti tersebut ber-cikal bakalnya berada dari Galunggung dikala itu ada, sebelum dipindahkan oleh para Damuh / dari para keturunan abdinya terdahulu guna diselamatkan ke kawali. Ingatlah.... batu tersebut dalam ajaran agama Islam adalah disebut juga sebagai Azwar Aswat itu berada, yang konon menurut cerita, batu itu akan melesat dari bumi menuju angkasa yang kemudian ditahan oleh Malaikat Jibril untuk tetap diam di bumi berada.

Sanghyang Dharmasaksi tidak demikian menjabarkannya, bahwa prasasti batu tapak Dewata atau adalah tapak dariSang Hyang Lingahyang dan Sang Hyang Linggabingba yang disebutkan sebagai Sang Maha Pencipta penata alam ini berada, dan sanghyang dharmasaksi menyebutnya sebagai SANG HYANG AGUNG PURUSA TAPAK JAGAT BUMI yaitu disebut MAHA DEWATA PURUSA JAGAT BUANA yang bercikal bakal di Gunatiga (Gunung Tilu / Kawali / Galunggung) itu berada. Dan amatilah pesan di Prasasti Kawali oleh Hyang Dewa Niskala Wastu Kencana dan Hyang Prabu Dewa Niskala Mokhsa (lebur) guna memberikan pesannya untuk para keturunan dan juga orang banyak, yang mengungkap Cikal Bakal tapak kerajaan Galuh Buhun itu ada, guna di zaman baru sudah memasukinya haruslah di dirikannya (Linggih/Tapak) kembali menjadi Mercusuar Jagat Buwana (nama Indonesia akan menjadi Jaya kembali). Yaitu berpesan berupa :

Prasasti Kawali tersimpan

 Nihan tapa kawali nu siya mulia tapa bhagya parebu raja wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisésa nu marigi sakulili (ng) dayeuh najur sagala désa aya ma nu pa(n)deuri pakéna gawé rahayu pakeun jaya dina buana.

" Yang bertapa di Kawali ini adalah yang mulia pertapa yang berbahagia Prabu Raja Wastu yang bertahta di kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa yang membuat parit (pertahanan) sekeliling ibukota, yang menyejahterakan seluruh negeri. Semoga ada yang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia ".

Hayua diponah-ponah, Hayua dicawuh-cawuh. Inya nékér inya ager inya ninycak inya rempag.

"Jangan dihalangi, jangan diganggu, yang berusaha memotong niscaya akan jatuh tersungkur, yang berusaha menginjak niscaya akan roboh ".


Mengungkap Prasasti Batu Tulis

Prasasti Batu Tulis juga mengungkapkan tentang kebenaran Kerajaan Galuh Buhun itu berada, yang pernah terjadi pergesekan diantara Kerajaan yang diturunkan oleh Kerajaan Gakuh Buhun itu untuk keturunannya, antara Pakwan Padjadjaran dan Majapahit yang bersumber dari raja utama yaitu Prabu Manarah dan Haryang Banga pada abad sebelummasehi berada, mengungkapkan cikal bakal nama kerajaan tersebut diambil dari jenis nama buah dimaksud (Buah Aren dan Maja), dan terciptalah nama kerajaan tersebut itu berada (buah adalah simbul dari sifat).

Kedua Kerajaan tersebut dahulu kala pernah terjadi pergesekan (perang),  yang dikarnakan kerajaan Majapahit ingin merebut kerajaan Galuh Buhun yang kala itu sudah beralih menjadi Galuh Pakwan Padjadjaran yang paling tersohor dan utama itu, yang sangat maju pesat akan perekonomiannya di maksud akan keberadaannya, dalam perdagangan luas ke dunia yaitu berupa : Tekstil – Pertambangan – Rempah rempah dll.
Yang konon juga pernah tercatat oleh utusan dari negeri Cina, yaitu oleh Pendeta Fa-Hsien seorang Pendeta Buddhadari China menurut teks Cina To-Lo-Mo , yang datang untukpertama kali pada tahun 435 (zaman Dinasti Sung 420-479 M) guna memberikan upeti kepada Sang Prabu Guru Dewatasrana (Prabu Siliwangi) yang menempatkan posisinya sebagai ahli waris kerajaan Galuh.
Dan terjadilah peperangan, yang akhirnya kerajaan tersebut dihilangkan dari kasat mata setelah pertempuran kembali terjadi yang dikarnakan ingin dirampasnya kembali oleh kerajaan saudaranya tersebut yaitu kerajaan Majapahit dimaksud, kemudian sang Prabu Siliwangi mengalah dan menandakan prasasti telah dipulihkannya perdamaian, akan tetapi sebenarnya telah dihilangkannya dari kasat mata supaya tidak ada perkelahian diantara saudara saudaranya dimaksud. Inilah prasasti tertulis :

 ini sabdakalanda juru pangambat i kawi aji panyca pasagi marsa ndeca barpapulihkan aji sunda .

 Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam (tahun Saka) 458 bahwa pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda .

(Galuh disebut juga sebagai kerajaan Sunda yang artinya menguasai Jagat, dan Nusa adalah kerajaan para keturunannya yang berkembang seantero dunia itu berada).

Cikal Bakal Sumedang Larang - Dieng dan Kerajaan di Jawa Timur

Sehingga setelah peristiwa demi peristiwa terselesaikan, Maka Beliau sang Prabu Siliwangi memberikan pesan, yang tidak akan memaksakan para rakyatnya dan juga abdinya untuk ikut berkelana. Lalu para rakyat dan juga sebagian keluarganya ada yang mengarah ke arah Sumedang Larang dan juga Kearah Timur s/d Sunda Sembawa (Sunda Kecil/Bali), yang sebelumnya hijrah dulu di daerah Dieng dan di Jawa Timur guna menata kerajaan baru disana untuk sementara, sebelum berangkat ke Pulau Sunda Kecil dimaksud untuk menetap.

Cikal bakal Candi Ranca Ekek.

Dari perjalanan Sang Prabu beserta keluarga dan juga anaknya yang bernama Pangeran Kilat Kencana setelah selesai dari arah Timur berlang-lang buana, maka kemudian menuju kearah barat kembali. Guna menempatkan para abdi dalam dan juga para saudaranya yang kali pertamanya di daerah Bandung (dikenal situs Ranca Ekek ada), yang kemudian mengarah ke Cianjur dan terakhir di bogor atau disebut didalam prasasti adalah sebagai kawasan TelagaRena Mahawijaya (Jabodetabek sekarang). Yang sebelumnya Beliau telah menata lebih dahulu yaitu seperti membuat hutan larangan (Jayagiri) dan lain-lainnya guna layak ditempati.

Beliau Sang Prabu Siliwangi juga berpesan, pada saat melaksanakan Upacara Srada (Bebantenan) melalui prasasti Piagam Banten tertulis yang isinya berupa pesan terakhir sebelum Mokhsa di Gunung Salaka atau disebut juga sebagaigunung Jaya Giri, yang berpesan supaya kota Sunda Sembawa yang artinya adalah Sunda Kecil/Bali tidak dibebankan masalah dan Pajak, dan begitu juga yang dimaksud Jaya Giri itu berada.

Beliau Sang Prabu Siliwangi juga memiliki nama sebagaiRahyang Ningrat Kencana dikala sedang memerintah Kerajaan Galuh Buhun itu, yang sangatlah dikenal diseluruh dunia, baik dalam penataan perekonomian dan juga Raja yang sangat disegani dan sangat dihormati oleh para raja yang dibentuk dan bercikal bakal dari kerajaan Galuh Buhun dimaksud atas berdirinya kerajaan itu ada, yang sehingga dikala dihilangkan oleh Beliau, kerajaan di dunia terkejut dibuatnya. Inilah cikal bakal pada abad ke 6 seluruh dunia mencari kerajaan yang hilang terdahulu itu, baik secara positif maupun negative.
Pupusnya Regenerasi.

Beliau Sang Prabu setelah menghilangkan kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran, belumlah menobatkan putranya tersebut sebagai raja pengganti, yang sehingga putranya tersebut mengambil keputusan untuk berlang-lang buana ke arah barat pulau jawa, atau yang disebut juga Cibanteun itu guna mendirikan kerajaan baru, yang sekarang disebut Aceh ada sebagai cikal bakal kerajaan Putra Sang Prabu dimaksud supaya tidak terputus perekonomian Galuh Pakwan Padjadjaran dimaksud.

Disebutkanlah tertulis di prasasti Batu Tulis itu, adalah memperingati Upacara Srada Sang Ayahnya Prabu SiliwangiMokhsa (Lebur) setelah 12 tahun kerajaan baru putranya tersebut terbentuk, yang juga mengawali tahun baru atau tahun pertama berhijrah menjadi kerajaan baru yang diberi nama kotanya adalah Mekah yang artinya Merekah sebagai serambi perdagangan ke seluruh dunia, guna meneruskan perekonomian kerajaan terdahulu yaitu Galuh Pakwan Padjadjaran berada.
       
Prasasti Batu Tulis didirikan oleh Putra SRI BADUGA MAHA RAJA PRABU SILIWANGI yang bernama PRABU SURAWISESA JAYA PRAKOSA / KILAT KENCANA / KI SANTANG setelah 12 tahun AyahandaNya dimaksud tersebut Mokhsa di Gunung Parahu atau Gunung Salaka / Salak / Jaya Giri, Bogor.
Yang dinamai tempat tersebut sebagai Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati atau penyebutan dalam sastra adalah Karaton PARAHYANGAN itu berada di gunung Salak Bogor ada.

Sebelum Sang Sang Maha Raja Moksa (lebur/menghilang) guna menempatkan karaton terakhirnya dimaksud, Beliau terlebih dahulu melaksanakan Upacara Bebantenan (Upacara Srada) yang ditandai dengan prasasti Piagam Banten orang menyebutkannya. Memberikan pesan diprasasti itu yang ditulis, yang juga memaparkan tentang kelak dikemudian hari akan berdiri tempat manusia itu berkumpul dari seluruh dunia setelah beliau membuat hutan, membuat jalan dll. Serta menyebutnya talaga Rena Mahawijaya yang berarti adalah JABODETABEK itu berada yang disebut telaga dimaksud untuk kehidupan masa mendatang.

Beliau juga berpesan jangan memungut pajak kepada yang melakukan Dharma Bhakti kepada Dewa, yaitu yang berada di Jayagiri (Gunung Salak) dan Sunda Sembawa (Bali). Inilah terjemahan prasastinya itu, yaitu :

Terjemahan Prasasti (Piagam Banten)

"Semoga selamat. Ini tanda peringatan Rahiyang Wastu Kancana (kakek), turun kepada Rahiyang Ningrat Kancana(cucu), lalu diamanatkan kepada Susuhunan (raja kecil)sekarang di Pakuan Pajajaran (jawa barat). Menitipkan dayeuh di Jayagiri dan di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan membebaninya dengan dasa, calagara, kapas timbang, dan paré dongdang. Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut pajak (kepada penduduknya) karena mereka itulah yang berbakti dan mengabadikan dirinya kepada ajaran dharma. Merekalah yang teguh melaksanakan hukum-hukum dewa."

Itulah peringatan yang diberikan oleh Sang Maha Raja sebelum mokhsa, yang kemudian setelah sekian lama barulah Putranya itu datang membuat upacara srada untuk Ayahnya guna memohon restu untuk mendirikan kerajaan barunya (dengan Upacara).
Penjabaran tentang Prasasti Batu Tulis sebenarnya sangat mudah, yang merasakan susah adalah orang bingung yang hanya menerka terka saja, sehingga harus Gila lebih dulu kata Hyang Prabu didalam Uga Wangsit Nya berada. (inilah cikal bakal tentang beliau (Putra Sang Prabu) yang dianggap tiada / wafat, yang di terangkan dalam Kitab Suci ajarannya)

Prabu Surawisesa Jaya Prakosa melaksanakan Upacara Srada bukan hanya hisapan jempol saja, di prasasti tersebut dimaknai akan cikal bakal kerajaan baru putra Prabu Siliwangi itu berada, yaitu 12 tahun setelah Prabu Siliwangi mokhsa.  

Di prasasti Batu Tulis itulah Rahasia PENTING yang orang tidak banyak mengetahuinya, yang sebenarnya disaat upacara srada Ayahnya itulah adalah cikal bakal Tahun Hijriyah itu berada, yang dinobatkan sebagai tahun baru dari kerajaan barunya yang Hijrah, yang berkembang dan didirikan di ujung Kulon atau disebut Aceh itu berada (cibanteun).
Kerajaan tersebut disebut sebagai KERAJAAN MEKAH, atau MEREKAH didalam bahasa aceh menyebutkannya. Inilah kunci utama kenapa tahun Hijriyah itu ada.

Menyikapi tentang Tahun ditulisan yang ada didalam pelaksanaan Upacara Srada itu adalah berbunyi :  “i saka panca pandawa emban bumi”.  yang ditulis oleh Putranya tersebut. Yang oleh pakar menyebut tahunnya adalah 1455 tahun saka, dari mana rumusnya?!!

Sanghyang dharmasaksi menjabarkan berikut sebagai amanatnya yaitu ;
I saka disebut adalah Tahun Saka. Panca = 5  - Pandawa =Ratu – Emban Bumi = Siwa.
Jika digabungkan terungkaplah kata “LIMA RATU SIWA” /LIMA RATUS.
Dan Itupun sebagai cikal bakal PANCASILA itu berada, yang dikutip oleh Bung Karno, yaitu sebagai Panca Pandawa /Pandawa Lima yang di bahasakan dalam sastra Ramayana.
Inilah teks Batu Tulis tersebut ada :

Naskah Asli :
(wang na) poen. Ini sakakala preboe ratoe poerana poen. Di wastoe Dija wigaran (I.dingaran) preboe goeroe dewatasrana . Diwastoe dija dingaran sri Badoega maharadja ratoe hadji dipakwan padjadj aran. Sri sang ratoe de- Wata poen ja noe njoesoek na pakwan. Dija anak rahijang dewa nis-Kala sasida mokta di goena tiga. i(n)tjoe rahijang niskala wastoeKa(n)tjana sasida mokta ka noesa lara(ng) ja sija noe njijan sakata  Ka goegoenoengan ngahalaj njijan samida njijan sa(ng) hijang talaga Rena mahawidjaja. fa sija poen. I saka pantja pandawa ... han hoemi.

Jika kita menggabungkan maka kebenaran tahun itu adalah tahun 500 saka, dan tahun Hijriyah (Hijrah/Pindah) tertulis pada titik 1 (pertama) awal Cikal Bakalnya.
Jika tahun 500 didalam batutulis itu disebut sebagai Sang Prabu tidak ada (Mokhsa), maka harus ditambah 67 tahun untuk masehi , jadilah angka tahun 567 masehi itu berada. Untuk mengetahui setelah 12 tahun upacara Srada disebutkan dilaksanakan, maka 579M – 567M = 12 tahun.
Disebutlah tahun Hijriyah saat ini 1431 – 2010 = 579 (567-579 adalah angka fantastis)
Demikian sanghyang dharmasaksi memberikan keterangan yang benar dan tidak direkayasa. (karna ini adalah Piteket Beliau guna membuka gerbangNya)

Jika kita amati dan merenungkan syair didalam Kitab Suci Alquran, maka akan tersirat dan tersurat bahwa keseluruhan pelajaran agama itu “BERKIBLAT” pada Sejarah yang terukir di Galuh Utama Buhun itu berada, baik itu surat An-Nissayang diadopsi dari sastra Sangkuriang tentang larangan-larangan. Baik itu surat Nuh yang juga mengatakan Perahu Penyelamat diakhir zaman. Baik itu surat Albaqarah yang menjabarkan Dewa Kresnha yang menyelamatkan Sapi Betinayang intinya adalah jangan rakus dan serakah diwujudkan kelak akan seperti Harimau sifatnya. Baik itu surat / ayatNabi Musa yang memang disebutkan sebagai Prabu Manarah (Ciung Wanara) akan kelahirannya itu berada sebagai anakyatim piatu disebutkan, dan juga yang lain-lainnya guna dipelajari oleh orang banyak.

Inilah kutipan dari Alquran : (surat ; Ibrahim)

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَاكُم مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْسُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءكُمْ وَفِي ذَلِكُم بَلاء مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ   
14.6. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Ingatlah ni'mat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu".

Siapakah Prabu Surawisesa Jaya Prakosa tersebut?.... Ya.... beliau adalah yang disebut juga sebagai Kilat Kencana / Ki Santang / Sunan Rahmat / Sunan Ahmad / Muh’Ahmad / Muhammad SAW itu sendiri berada. kenapa demikian?!!... lihatlah dengan teliti cikal bakal tahun Hijriyah itu berada kembali dan amati angka 12 tahun didalam Alquran itu berada.

Didalam ungkapan tentang surat yang menyebut berziarah di Kitab Suci Alquran itu, sebenarnya Beliau menyebutkannya adalah di Parahyangan di Gunung Salak Bogor sebagaikeraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, bukan di Arab sana?.

Dan disebutkan juga sebagai Perahu Nuh itu berada guna di salamahkan (di selamatkan) manusianya, lalu kemudian diperintahkannya untuk memindahkan arah kiblatnya, yang tersirat dan tersurat di Kitab Suci Alquran dan juga Wangsit Prabu Siliwangi itu ada, guna untuk dipatuhi arahnya itu ada oleh seluruh orang banyak. (inilah cikal bakalnya berada).

Tidaklah hanya itu saja penjabaran tentang maksud yang ada, cobalah pelajari tentang sastra DARMASIKSA, yang dijabarkan dan di beritahukan akan cikal bakalnya ada tentang asal usul sifat manusia.
Maka kuncinya adalah: Kita haruslah berbenah diri, supaya MATA DUNIA akan terbelalak dibuatnya, dan mereka akan tunduk kepada NKRI ini berada. (merdekalah Kita dan Jaya kembali Nusanya)

Inilah sepenggal pengabdian di akhir zaman oleh Sanghyang Dharmasaksi menjabarkan tentang kebenaran itu ada, guna semua orang banyak menjadi utuh dan sempurna lagi.

Orang dulu mengatakan “Wong Jowo Ora Ngerti Jawane”yang artinya “Orang lahir tidak tahu asal usulnya berada”.
Jika itu yang diungkapkan, kenapa tidak secepatnya untuk merubah?, dan kenapa harus leluhur orang lain yang harus dipuja / disembahnya?. Tidaklah Tuhan itu hanya Tunggal?.  Yang disebut ALLAH itu artinya adalah Al = Maha – Lah =Menyinari.
Kenapa mereka itu berat mengatakan Maha Widdhi adalah Tuhannya?, Padahal itu mengartikan sebagai Allah itu sendiri dalam bahasa arab. (khusus buat orang Arab supaya tahu sejarah Nursantara sebenarnya ada dan berjaya)
Jika anda amati Dia (wujud) sebagai penutup tahun di Alquran itu adalah Imam Mahdhi, disanalah anda harus mengerti bahwa Imam itu adalah : Imam = Pendeta/ Pemimpin – Mahdhi = Maha Widdhi.
Yang dimaksud Imam Mahdhi itu sama seperti Beliau Leluhurnya itu berada, disebut juga sebagai sakembaranPangeran Kilat Kencana / keturunan Ki Santang itu ada.

Ketahuilah : Bahwa Buyut Sang Rasul memiliki Gelar sebagaiHyang Bhatara Iswara, yang dahulu Mokhsa di Nusa Larang (Gunung Maha Meru) – Kakeknya di Galunggung memiliki gelar sebagai Hyang Bhatara Wisnu (Buddha) dan Ayahnya Moksha di Gunung Salak / Jaya Giri yang bergelar sebagai Hyang Bhatara Brahma.
Dan Muhammad sendiri itu juga disebut sebagai Hyang Bhatara Mahadewa itu berada.
Didalam ajaran disebutkan sebagai simbolisme penampilan Allah adalah, Ar-Rahmaan, Ar-rahiim yaitu sebagai simbol geometrisnya.
Konsep yang sebenarnya didalam penjabaran guna menghadap Tuhan adalah mengarah  Timur, amati makna Allah itu tadi sebagai Maha Menyinari yang adalah Maha Widdhi itu.
Demikianlah Sanghyang Dharmasaksi “bersabda” sebagai Ki Ahmad / Kiamat di akhir zaman.

Surat ini ditujukan kepada seluruh orang banyak terkirim, untuk sujud ke Parahyangan Gunung Salak guna memohon Ampun kepadaNya, menyambut penutupan Zaman Kala Bendu / Kali Yuga itu ada yaitu pada tahun 2011 dibulan agustus purnama ke 3, yang kelak akan diturunkannya Gemah ripah loh jinawi dan jiwani itu ada guna menyambut Tahun baru di zaman baru tahun 2012 berada / tahun 7001 saka Galuh & 1946 saka Ja Da.
Salamku Rampes diakhir zaman. (jika tahu diri pasti akan datang, jika tidak.... tidaklah saya akan melarangnya. Akan tetapi janganlah kelak bersedih hati)

Pesan:
Jika ada kesalahan pada tulisan, mohonlah diperbaiki kata-katanya. Jika ada yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Jika anda kurang meyakini, mohonlah petunjukNya. Jika terlambat menanggapi, jangan salahkan ibu pertiwinya.

Beliau Sang Prabu Siliwangi, juga disebut sebagai Nabi Isa Almasih itu berada, yang akan mengembalakan umat manusia diseluruh dunia melalui keturunannya dimaksud itu ada, yaitu Budak Angon yang juga keturunan dari Ki Santang atau Nabi Muhammad SAW itu berada, demikianlah.

Ket :
Dikala abad belum memasuki tahun Kalabendu / Kali Yuga, manusia banyak yang berusia min.500 s/d 1000 tahun. Dikala sudah memasuki, maka menurunlah usianya sampai batas ±40 s/d 65 tahun.
Demikianlah ajaran Kitab Suci Utama mengajarkan kebenaran telah terjabarkan.

Ditulis pada hari radite tegeh wage landep selama 70 menit.
Di Lebak Cawene Semarang Tembayat berseri.
Sabda Palon Ku :
“Tidak kah engkau pahami, jika sudah ditandai dengan bencana demi bencana itu berada guna hadir menyelamatkanmu.... Maha Sucinya Dia (MW) dan Lagi Maha Mengetahui”

Ket :
                Buhun    = Yang sudah lama
                Nabi         = Nabe dalam sastra Kawi / Guru Besar / U-lama (dalay lama) / Ulama = Yang Utama.
Diposkan oleh Gambarku di 07:55 0 komentar