Menunggu Waktu


Menunggu Waktu

Tertanggal      : 11/10/2011
Kutipan Buku : TAPAK JALAK BUWANA
Karya               : Sanghyang Dharmasaksi


Seperti halnya ke empat penjuru mata angin, bagaikan pula ke empat sayap yang melekat pada dinding di punggung, jasad pada tubuhnya pun adalah pusat dari mata angin itu sendiri yang memiliki
pandangan luas seperti halnya mata menyelimuti dari ujung jari kaki hingga ujung
kepalanya guna melihat peristiwa demi peristiwa bumi ini terjadi.
Ialah disebut sebagai Malaikat atau Dewa Israfil berada, dan disebut pula sebagai Putra Bhatara Indra yaitu dengan simbul seperti halnya Ganesha atau Putra Siwa berada, guna untuk menapakkan takdir sebagai Tapak Jalak Buwana akan Titah-Nya tersabda, yang sudahlah melaksanakan
pula pengembalian seluruh Kitab Suci-Nya tersebut itu melalui Terompet
Sang Sakakala Bergema di Dunia sebanyak tiga kali atas Perintah-Nya tersabda.

Menunggu Waktu, itulah judul pada sampul buku karya tertulis oleh Sanghyang Dharmasaksi yang dirilis pada episode selanjutnya, yang dikutip kembali pada penulisaan kali ini guna memperjelas atas maksud dan tujuannya sebagaimana yang harus diketahui oleh banyak orang di dunia dan atau pun di Nusantara ini berada.

Dalam kutipan yang tertulis kali ini, adalah memperjelaskan kembali tentang adanya peristiwa demi peristiwa yang pernah terjadi dikala sebelum adanya penutupan zaman pada Kala Bendu itu terlaksanakannya, dan menerangkan pula kembali tentang adanya peristiwa demi peristiwa yang terus menerpa bumi hingga saat ini yang masihlah tampak dinyatakan-Nya, sehingga Ibu Pretiwi/Bumi ini belumlah dikatakan pulih dari atas kestabilannya itu melalui pertandanya.
Dan serta mengupas tuntas atas maksud dan tujuan pada isi dari makna suratan Kitab Suci para umat manusia itu berada, serta memperjelas kembali tentang makna yang terkandung pada isi dari penulisan Sastra Kitab Pararaton itu atas pertandanya guna dipahami oleh orang banyak di seluruh Nusantara ini pada khususnya.

Itulah maksud pada penulisan kali ini oleh Sanghyang Dharmasaksi sebagaimana pula disebutkan sebagai wujud dari Sabda Palon itu tertanda yang sudahlah menanggung malu atas penjabarannya itu dimaksud sebagai amanah-Nya tersebut yang terabaikannya, yang dikarnakannya lebih banyaklah manusia pada saat ini sudahlah melebihi kepandaian Para Hyang Dewata itu berada.
(Sabda adalah Ungkapan/Ucapan tertulis dan atau penyiaran melalui perkataan, Palon adalah Pengikat/Pengunci Pintu atau Kandang, seperti pula disebut Budak Angon / Cah Angon ataupun kisah sastra Damar Wulan ituyang mengisahkan sebagai pengembala, lihatlah papar warna Wungu yang sudah ditakdirkan-Nya saat ini berada menandai pula pada dunianya).
  
Tulisan pada karya sastra tertulis tentang Amanah di Akhir Zaman yang diturunkan melalui Sabda-Nya (oleh Sang Maha Pencipta Alam Semesta) itu tertanda sebanyak 3 x terlampir pada blog website yang disebar luaskan melalui jaringan internet pada zaman modern ini ke seluruh dunia oleh Sanghyang Dharmasaksi, adalah sebagai bagian peringatan tanda adanya Peluit Terompet Sang Sakakala itu tertanda, dimana tertulis pula sisi dari sejarah dunia ini atas cikal bakalnya berada sebagaimana terkutip atas sastra kuna itu tertanda pula adanya, dan begitu pula menandakan berakhirnya zaman kala bendu tersebut itu atas dari kutukannya dimaksud terjadi selama 1033 tahun lamanya guna dilaksanakan oleh banyak orang yang haruslah untuk ditutupnya pula pada akhirannya.
(Apalah daya, manusia saat ini telah banyak yang memungkirinya, seperti pula mereka itu telah memungkiri Kitab-Kitab Suci-Nya dan juga para utusannya tersabda, maka disebutlah Adharma Rayana, serta banyaklah orang yang takut dari atas kesalahannya untuk tidaklah merestui Utusan-Nya yang sudah ditakdirkan dan tertulis di seluruh Kitab Suci itu berada).

( Maka ditutuplah zaman Kala Bendu itu kini pada akhir zamannya yaitu tertanggal 10-10-2011 dari awal sakakalanya 9-11-911 tahun saka kabisat/masehi = 1033 tahun,  yang telah menutup pula seluruh Kitab Suci para umat manusia itu tertanda atas garisnya yang tersabda melalui penjabarannya atas adanya bencana demi bencana itu pertanda pada akhir zamannya berada, dan pula yang terlampir keterangan pada suratan Sastra Suci-Nya itu sebagai pertandanya.  Maka, keseluruhannya itu sudahlah menjadi takdir atas Kehendak-Nya, yang tidaklah bermakna lagi keseluruhan Kitab Suci maupun Sastra Kitab Pararaton itu dimaksud yang menjabarkannya tentang adanya bencana demi bencana pada akhir zaman sebagai menjadikannya pula pertandanya ada ).

Penjelasan secara logika :

Perumpamaan bagai kita telah membuat surat undangan dan sudahlah dilalui pada hari peristiwa besarnya itu terjadi,  maka tidaklah mungkin akan terus kita mengundang para tamunya untuk bertandang dan seterusnya mengulangi guna terjadi  dan terus terjadi. Itulah Karma Hukum Sebab dan Akibatnya.

Maka, kajilah lebih dalam atas suratan-Nya itu tertanda ada pada isi didalam Kitab Suci-Nya itu tersabda... Jika terus diakuinya bahwa belumlah bencana itu pernah terjadi dari atas peristiwa demi peristiwanya dimaksud  terlampir pada Kitab Suci-Nya tertanda, maka kerugian itu akan didapati oleh banyak orang dari atas bencana yang terus akan kembali terjadi dan berulang-ulang, sehingga peradaban ini tak akan lagi  berbekas dan disebut pula hilang kota dan negaranya itu tertanda, yang adalah dikala manusia itu sendiri tidaklah menyadarinya dan tidaklah mengakuinya akan kebenarannya itu tersurat dan tersirat pada Kitab Suci-Nya tersabda.

Inilah kutipan surat dan ayat dari sebuah Al-Kitab - Al-qur’an dan Kitab Pararaton Sabda yang tertulis :
               
                Al-Kitab mengatakannya :
                Orang-orang akan cinta uang, tidak taat kepada orang tua, garang, dan cinta kesenangan.
Akan ada gempa bumi yang dahsyat, kekurangan makanan, dan wabah penyakit. Hal-hal ini sedang terjadi sekarang.
Juga, Yesus mengatakan bahwa kabar baik Kerajaan akan diberitakan diseluruh bumi.
                - Matius 24:14.
               
                Berbagai kesusahan di bumi membuktikan bahwa Kerajaan Allah akan segera bertindak.
                - Lukas 21:10,  11 ; 2  Timotius 3:1-5

                Al-qur’an mengatakannya :
                Surat: Az-Zalzalah  Ayat ke 1 - 8  
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا   
                99.1.  Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا   
                99.2.  dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا   
                99.3.  dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا   
                99.4.  pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا   
                99.5.  karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu)    kepadanya.
يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتاً لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ   
                99.6.  Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya                                 diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ   
                99.7.  Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat                                 (balasan)nya.
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ   
                99.8.  Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan                                      melihat (balasan)nya pula.

                Sabda / Sastra mengatakannya :
               
                Sastra Serat Ronggowarsito :
                Bandhol tulus, mendhosol rinamu puguh, krep grahana surya, kalawan grahana sasi, jawah       lindhu gelap cleret warsa.

                Alampun ikut terpengaruh dengan banyak terjadi gerhana matahari dan bulan, hujan abu dan   gempa bumi.

                Serat Sastra  :
                Bumi ilang berkatira, Ama kathah kang ndhatengi, Kayu kathah ingkang ilang, Cinolong          dening             sujanmi, Pan risaknya nglangkungi, Karana rebut rinebut, Risak tataning janma,
            Yen dalu grimis keh maling, Yen rina-wa kathah tetiyang ambegal.

                Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang     dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia.     Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.

            Alun minggah ing daratan, Karya rusak tepis wiring, Kang dumunung kering kanan, Kajeng   akeh ingkang keli, Kang tumuwuh apinggir, Samya kentir trusing laut, Seia geng sami        brasta, Kabalebeg katut keli, Gumalundhung gumludhug suwaranira.

                Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang    hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut               dengan gemuruh suaranya.

                Serat Sastra Joyoboyo :
            141.
            banjir bandang ana ngendi-endi gunung njeblug tan anjarwani, tan angimpeni gehtinge kepathi-  pati marang pandhita kang oleh pati geni marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti
                banjir bandang dimana-mana, gunung meletus tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu,
                sangat benci terhadap pendeta yang bertapa, tanpa makan dan tidur karena takut bakal               terbongkar rahasianya siapa anda sebenarnya
            142.
            pancen wolak-waliking jaman amenangi jaman edan ora edan ora kumanan sing waras padha    nggagas wong tani padha ditaleni wong dora padha ura-ura beja-bejane sing lali, isih beja              kang eling lan waspadha
                sungguh zaman gonjang-ganjing menyaksikan zaman gila tidak ikut gila tidak dapat bagian yang                 sehat pada olah pikir para petani dibelenggu para pembohong bersuka ria beruntunglah bagi             yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada
            143.
            ratu ora netepi janji musna kuwasa lan prabawane akeh omah ndhuwur kuda wong padha          mangan wong kayu gligan lan wesi hiya padha doyan dirasa enak kaya roti bolu yen wengi padha ora bisa turu
                raja tidak menepati janji kehilangan kekuasaan dan kewibawaannya banyak rumah di atas kuda                orang makan sesamanya kayu gelondongan dan besi juga dimakan katanya enak serasa kue bolu          malam hari semua tak bisa tidur
            144.
            sing edan padha bisa dandan sing ambangkang padha bisa nggalang omah gedong magrong-         magrong
                yang gila dapat berdandan yang membangkang semua dapat membangun rumah, gedung-         gedung megah
            145.
            wong dagang barang sangsaya laris, bandhane ludes akeh wong mati kaliren gisining panganan    akeh wong nyekel bendha ning uriping sengsara
                orang berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habis banyak orang mati kelaparan di    samping makanan banyak orang berharta namun hidupnya sengsara
            146.
            wong waras lan adil uripe ngenes lan kepencil sing ora abisa maling digethingi sing pinter           duraka dadi kanca wong bener sangsaya thenger-thenger wong salah sangsaya bungah akeh           bandha musna tan karuan larine akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe
                orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan dan terkucil yang tidak dapat mencuri dibenci    yang pintar curang jadi teman orang jujur semakin tak berkutik orang salah makin pongah banyak harta musnah tak jelas larinya banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab
            147.
            bumi sangsaya suwe sangsaya mengkeret sakilan bumi dipajeki wong wadon nganggo     panganggo lanang iku pertandhane yen bakal nemoni wolak-walike zaman
                bumi semakin lama semakin sempit sejengkal tanah kena pajak wanita memakai pakaian laki-    laki itu pertanda bakal terjadinya zaman gonjang-ganjing
            148.
            akeh wong janji ora ditepati akeh wong nglanggar sumpahe dhewe manungsa padha seneng        ngalap,tan anindakake hukuming Allah barang jahat diangkat-angkat barang suci dibenci
                banyak orang berjanji diingkari banyak orang melanggar sumpahnya sendiri manusia senang      menipu tidak melaksanakan hukum Allah barang jahat dipuja-puja barang suci dibenci
            149.
            akeh wong ngutamakake royal lali kamanungsane, lali kebecikane lali sanak lali kadang akeh     bapa lali anak akeh anak mundhung biyung sedulur padha cidra keluarga padha curiga kanca           dadi mungsuhmanungsa lali asale
                banyak orang hamburkan uang lupa kemanusiaan, lupa kebaikan lupa sanak saudara banyak      ayah lupa anaknya banyak anak mengusir ibunya antar saudara saling berbohong antar keluarga     saling mencurigai kawan menjadi musuh manusia lupa akan asal-usulnya
Demikianlah terkutip dari beragam suratan takdir yang harus di ketahui oleh banyak orang di dunia maupun di Nusantara guna dipahaminya.

Kembali ke wacana :

Tugas yang diemban oleh Sanghyang Dharmasaksi atas Perintah-Nya guna mengembalikan seluruh Kitab Suci-Nya tersabda melalui tulisan sebagai pula Terompet Sang Sakakala, sudahlah dilakukan melalui peringatan-Nya dari atas tulisan tersebut pada blog website dimaksud tertanda hingga ditampak-kannya bencana yang sesungguhnya itu terjadi keseluruh dunia dan terutama di Nusantara.

Kini tinggal Menunggu Waktu atas titah yang diberikan selanjutnya sebagaimana yang tergaris pada Kitab Suci dan Sastra itu memperjelas, guna menjadikannya satu dalam tujuan untuk memuja Sang Maha Pencipta Alam Semesta yang disesuaikannya atas negara kedaulatannya itu pula berada, dan serta mewujudkan kembali gemah ripah di Nusantara ini tertanda atas perintah-Nya pula tersabda.

Jika tidak merestui dan memungkirinya, maka bacalah atas peristiwa demi peristiwa yang akan terjadi kelak nanti, dimana sudah tertulis yang terjabarkan secara logika umum dan secara spiritual atas penjabarannya pada Buku yang berjudul TAPAK JALAK BUWANA Menunggu Waktu.

(bukanlah pula sebagai penekanan, karna ini adalah hukum Karma Pala / Hukum Sebab dan Akibatnya, Engkau yang menanam-engkau pulalah yang memetiknya)

Tanpa mengurangi rasa hormat yang utama kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta dan juga para leluhur diseluruh jagat bumi ini berada, yaitu guna memohon ampunan-Nya dan atas restu-Nya pula yang telah memberikannya izin guna mengupas tuntas kembali atas kajian yang terkandung didalam makna seluruh Kitab Suci itu tertanda, yang mana penjabaran demi penjabaran tersebut telah dirangkum kembali didalam penulisan kali ini yaitu tentang Amanah dan Situasinya itu dimaksud yang terkutip dari Kitab Suci Pararaton Buwana Galuh Utama, Kitab Suci Dharma Siksa, Kitab Suci Aci-acining Jagat, Kitab Suci Papar Hyang ing swarga, Kitab Suci Dharmawisesa, dan Kitab-Kitab Suci lainnya yang terkutip dan di ajarkan pula pada agama saat ini yang dilaksanakan oleh para umat manusia didunia dalam bahasanya.

(Berani dan bertanggung jawab atas lahir dan batin, dunia dan maupun akhirat adalah ungkapan  selaku penulis sebagai pembawa amanah-Nya dimaksud, yang adalah kami Sanghyang Dharmasaksi selaku Sang Ahli Waris atas izin-Nya pula menuliskan serta mengutip Kitab-KitabNya sebagai bahan pengajaran dan pembenaran tentang atas Alam Hidup Manusia itu dan serta Alam Kehidupan lainnya pula tertanda).

Ada awal pastilah ada akhirannya, begitulah sang bijak memaknai kehidupan yang harus di ikuti hingga tugas itu terselesaikan guna dilaksanakannya, yang sehingga Sanghyang Dharmasaksi hanya berharap kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta untuk menjadikannya tubuh ini Paramalenyep dan tidaklah pula kembali akan penitisannya itu berada kedunia fana ini sebagaimana pula menjadi penanggung jawab guna untuk meluruskan para umat manusia yang memerlukan pembenaran tentang alam semesta atas penataannya berada, dan berharaf pada akhirnya ikut memasuki kedalam ruang dimensi Para Hyang guna menerangi para umat manusia itu berada (bagian dari sinar-Nya), yang tidaklah mengenali waktu siang maupun malam, kelaparan yang dialami, kesenjangan social dan beragam macam yang di dapati, kesemuan dan juga kesengsaraan itu pula tertandanya.  
Semuanya itu akan didapatkannya dalam kebahagiaan tanpa harus meminta, memohon dan seterusnya, itulah janji Sang Maha Pencipta Alam Semesta bersabda.

( Ya Tuhanku.... Janganlah Engkau masukkan hambamu ini ke Surga-Mu, jadikanlah hambamu ini Para Ahli Surga-Mu itu berada, seperti pula Para Dewata-Mu yang menyatukan diri terhadap Sinar-Mu itu )

Melangkah

Inilah bagian sabda atas cikal bakalnya :

Hana nguni hana mangke tan hana nguni tan hana mangke aya ma beuheula aya tu ayeuna hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna hana tunggak hana watang tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangna

Ada dahulu ada sekarang bila tidak ada dahulu tidak akan ada sekarang karena ada masa silam maka ada masa kini bila tidak ada masa silam tidak akan ada masa kini ada tonggak tentu ada batang bila tidak ada tonggak tidak akan ada batang bila ada tunggulnya tentu ada catangnya

Itulah Sabda yang menjadi titik dasar sebagai pedoman langkah pertama yang harus dilakukan oleh Sanghyang Dharmasaksi sebelum diperintahkannya menulis untuk kali pertamannya terdahulu, yaitu sebagaimana pula tanda dasar bahwa Amanah dan serta Sabda-Nya itu yang terukir untuk dijabarkannya.

Menjabarkan pula kembali tentang harta waris yang terselimuti yang menjadikannya sebagai tanda tanya oleh masyarakat pada umumnya yaitu adalah berupa tulisan pada situs Prasasti Batu Tulis di Bogor, yang sebenarnya itu adalah cikal bakal dari peradaban manusia guna memasuki awalnya kembali setelah manusia kala itu dihempaskan atas kemurkaan Sang Dewata terjadi, dan pula menjadikannya manusia tersebut itu menjadi terkotak kotak serta disebut pula beragam macam Negara saat ini kita kenal sebagaimana pengisi kehidupan dunia ini tertanda ada.

Begitu pula terjadinya kembali pada hentakan gn. Krakatau di abad ke 18 hingga dunia mengakuinya atas kekuatannya tersebut itu berada, yang kemudian kala itu terdisainlah kembali peradaban baru serta ajaran baru pula guna untuk mencari jati dirinya yang hilang terkena himbas akan bencana dimaksud berada hingga kini tertanda nyata ada. Maka berdustalah mereka itu jika tidak mengakui sastranya itu berada.

Sabdanya pun tertulis sebagaimana Sabda Sastra Kitab Suci Pararaton Buwana Galuh Utama yang adalah sebagai pula disebut Sakakala / Peringatan waktu tertulis pada Batu Tulis di Bogor, yaitu tersabda dibawah ini atas dasar cikal bakalnya berada ;

Sabdaning ing Batu Tulis :

(wang na) poen. Ini sakakala preboe ratoe poerana poen. Di wastoe Dija wigaran (I.dingaran) preboe goeroe dewatasrana . Diwastoe dija dingaran sri Badoega maharadja ratoe hadji dipakwan padjadj aran. Sri sang ratoe de- Wata poen ja noe njoesoek na pakwan. Dija anak rahijang dewa nis-Kala sasida mokta di goena tiga. i(n)tjoe rahijang niskala wastoeKa(n)tjana sasida mokta ka noesa lara(ng) ja sija noe njijan sakata  Ka goegoenoengan ngahalaj njijan samida njijan sa(ng) hijang talaga Rena mahawidjaja. fa sija poen. I saka pantja pandawa ... han hoemi.

Yang adalah memperingati sebagaimana tahun peringatan tersebut terlaksanan pada tahun 500 saka atau tahun 567 masehi, yang menjabarkan pula tentang adanya peradaban baru di arah barat Nusantara hingga ke Negeri Yunani dan seterusnya, yang menjadikannya kembali Negeri Turki itu berada dan membentuk kerajaan barunya tertanda dan seterusnya pula ada. (negara baru)

Begitu pula sebagaimana simbul dalam pembalikan fakta dari awal cikal bakal tahunnya itu berada, yang  seperti pula kisah sastra dalam seloka Tangkuban Parahu itu tertanda atas Selokanya. “ Loba Jalma nyieun ka hideung ngabuburak anu bodas ” (yang hitam dipuja-puja, yang putih dihancurkan – yang sesat dibangga banggakan, yang suci dan benar itu di tiadakan) 

Begitupun peringatan yang tertanda, yang adalah disebutkan pula sebagaimana awal peringatan oleh Hyang Ratu Bhatari sebagai titik Sakakala-Nya selama 1033 lamanya yang haruslah dijalani atas kutukan tesebut kepada para manusia kedepannya, disebutkan pula sebagai Prasasti Batu Geger Hanjuang itu tertanda, dan dikutip pula dalam Kitab Suci Alqur’an sebagai pula batu perwujudan iblis sebagaimana tandanya guna untuk di zumrah, inilah pesannya : (tidaklah simbul batu itu dapat tergantikan dengan apapun guna di zumrah, nistalah mereka itu yang menyasar bukan yang disasar)

 Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala rumatak disusu (k) ku batari hyang pun.
 
Penjabaran :
“Menerangkan bahwa pada hari ke-13 bulan ke empat (Purnama) selama 1033 tahun telah ditandakan dan diturunkannya Bhatara Kala (Langkir = 13) oleh Bhatari Hyang”. (sebagai peringatannya dimaksud = sakakala)

Yang adalah mengingatkan kita kembali tentang penanggalan tanggal ke 14 pada setiap bulan purnamanya, dimana Bhatara Bhatari tersebut Nyanding ka Jalma nu eling ka Gusti Sang Hyang Maha Widdhi (Tuhan YME), sebagaimana pula yang mendapinginya atas kesejahteraan manusia itu berada.

Ket :
Bhatara – Bhatari adalah wujud tanpa wujud (Para Hyang Dewata) yang memiliki tingkatan tinggi  yang menyatu dengan Sang Maha Widdhi (Tuhan YME) , yang tidaklah tingkatan itu disamakan oleh manusia setelah tiada/mati.
Yang dikarnakan Beliaulah yang mengatur penataan atas terjadinya Bumi ini tertata dari dan atas segala isinya, sebagaimana pula Beliau Sang Dewata yang merestui pula kebenaran itu terjadi dalam wujud nyatanya, yaitu dengan simbul sebagai  air – api – tanah – udara – cahaya, yang dapat pula menghidupkan atas segala yang bernyawa dimuka bumi ini dan serta tak terlihat sekalipun oleh kasat mata, dan dengan restunya pun di perkuat oleh Sang Maha Widdhi, sempurnalah seluruhnya ada.

Penjabaran pada Zaman Baru tersabda

Kini, setelah zaman baru telah memasukinya, maka Sanghyang Dharmasaksi akan memaparkan kembali tentang apa yang harus diberitakan kepada banyak orang di dunia dan pada khususnya di Nusantara ini berada, karna Sanghyang Dharmasaksi sudahlah menanggung malu terhadap Sang Maha Pencipta Alam Semesta yang sudahlah menurunkan Titah atas Sabda-Nya itu dimaksud berada, yang manusia itupun telah pula mengabaikannya atas Amanah-Nya dimaksud itu tertanda ada. Amatilah bencana demi bencana saat ini berada dan bacalah kitab sucimu berada atas kebenarannya sebagai pertanda itu sedanglah terjadi saat ini.

Dengarkanlah....
Pemaparan yang Sanghyang Dharmasaksi tuliskan saat ini adalah sebagai pula disebut Sabda Palon yang sudahlah menanggung malu Kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta, yang pulalah tulisan ini sudah mengandung kutukan kepada manusia di Nusantara ini kembali berada, yaitu dikala mengabaikan atas peringatan-Nya melalui sabda-Nya itu tergaris, yang akan menjadikannya pula kembali karma atas bencana demi bencana itu terus akan terjadi, jika pertanda-Nya tersebut masihlah diabaikan oleh banyak orang di dunia dan di Nusantara ini berada.

Dengarkanlah hanya tinggal selangkah lagi atas sastranya itu bekerja....

Jika gunung Gede yang disebut pula anak dari gn.Krakatau itu membelah bumi yang sangatlah dahyat dan lebih dahsyat dari abad ke 18 itu terjadi yang pernah pula diberitakan pada media televisi baru-baru ini, maka kemudian itu akan disusul kembali oleh ke tujuh gunung lainnya guna serentak meletus sebagai pertanda-Nya hukum sebab dan akibatnya itu berada dan terus akan berulang hingga manusia menyadarinya. (Darengekeun! Jaman bakal ganti deui. tapi engkeé, lamun Gunung Gedeé anggeus bitu, disusul ku tujuh gunung. Geunjlong deui sajajagat).
 
Jika manusia tidaklah cepat sadar akan peringatan-Nya itu tertanda dan tidaklah pula mematuhinya apa yang sudah tergaris pada Kitab Suci serta Serat Sastra itu tersurat, maka akanlah terjadi peristiwa yang sepatutnya belumlah itu akan terjadi, yang akan ditampakkan secepatnya mungkin guna dilenyapkannya ke 80% manusia itu berada dan dipasangkannya pula mereka itu yang selamat, yang akan terjadinya atas peringatan itu yang berasal dari gunung Perahu atau gn, Salak Bogor sebagai pula penghukum yang akan mengadili pada penutupan akhir zaman pada peradabannya.

Sehingga yang disebut pula sebagai Bhatara Enoh atau disebut pula sebagai Nabi Nuh didalam Kitab Suci-Nya akanlah memberangkatkan perahunya tersebut secepatnya, yang sebelumnya itu akan membuat terlebih dahulu yang disebut pula Telaga Candra di Muka / Telaga Rena Maha Wijaya yang berlokasi disebelah Utara dari gn, Salak itu sendiri berada, diawali pula bagaikan menapih karpet sejadah dari atas gunung itu menuju ke bibir pantai utara yang kelak akan terjadi pada buminya tersebut, dan begitu pula tidaklah henti – hentinya hujan itu akan membasahi buminya. Begitulah awal dari air pasang itu akan terjadi hingga tingginya pun mencapai 999 kaki. (selesai)

Perlu diketahui oleh orang banyak, diseluruh Nusantara pun akan terjadi sama halnya seperti Telaga Candra di Muka atas kejadiannya itu, dan pengadilan itupun akan terlaksana “ jika ” manusianya tidaklah mengindahkan Sabda atas Kitab Suci dan Sastra-Nya itu berada.
Dan banyaklah pula negara luarpun ikut hilang tanpa bekas dan menjerit tak berkesudahan akan pengadilannya itu yang didapatkannya pula.
Yang sehingga rekahan pada gunung besar dan tertinggi didunia itupun akan ikut pula menghentakan getarannya dan meluluh lantahkan peradaban manusianya berada, yaitu seperti pula yang berdasarkan tanah akan menjadi pasir, yang berdasarkan pasir akan menjadi hilang, yang berdasar air beku akan mengenang, demikianlah seterusnya akan terjadi. Maka rugilah manusianya itu.

Dengarkanlah kembali....
Sanghyang Dharmasaksi bukanlah Tuhan dan tidak ingin mendahului Sang Maha Pencipta Alam Semesta guna memaparkan kejadian yang belumlah terjadi, akan tetapi Amanah yang diberikan kepada Sanghyang Dharmasaksi adalah sebagaimana pula pembimbing atas Kebenaran-Nya itu kepada seluruh para umat manusia berada, yang tidaklah dapat dihelakkan atas karma itu sudah tergaris dan tidaklah dapat pula dipungkirinya. (tertulis dalam Kitab dan Sastra Suci-Nya tersabda)

Jika ingin mengetahui atas pembenaran air pasang itu memang akan terjadi dan Perahu Nuh itu nyata akan adanya yang berpusat di Parahyangan Agung gn.Salak Bogor sebagai   Karaton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati itu dimaksud, seyogyanya bertanyalah kepada yang memahami spiritual yang sejati itu, atau bermeditasilah di tempat tersebut sesuai ajaranmu guna memohon atas petunjuk-Nya dari atas pertandanya itu berada, maka akanlah terlihat dengan jelas melalui mata bathin bahwa banjir bandang besar itu tertampak pula berada yang mengelilingi gunung itu tertanda.

Mungkinkah daratan/dataran Jabodetabek itu tidak tergenang...???,  jawabannya pastilah hanya menangis.

Maka pahamilah kembali keseluruhannya itu sebagai pertanda akan peristiwa-Nya itu ada, yang memang dapat pula di urungkannya sebelum masanya itu dan tidaklah harus terjadi... (dapat di undur kembali atas peristiwanya)
Yaitu jika kepada banyak orang dapat mengambil keputusan yang relegius atas dasar Kitab dan Sastra-Nya itu tersabda guna memberikannya keputusan yang positif, maka Sang Maha Pencipta Alam Semesta itupun akan merestui keinginan manusianya itu sendiri yang sudahlah tergariskan-Nya itu.

Dengarkanlah lagi....
Ambilah keputusan yang bijak untuk banyak orang di seluruh dunia, yang mereka itu tidaklah tahu keseluruhannya atas Sastra yang tergaris itu berada dari atas hukum sebab dan akibatnya tertanda.
Jika salah mengambil keputusan karna ke egoan semata dan terperosok jauh mengikuti iblis berkata yang membenarkan tidak akan terjadinya mala petaka itu yang dituliskan ini, sesungguhnya kembali, kalian itu akanlah rugi dan akan menerima siksaan yang sangatlah dalam dan serta akan menitis ke bumi sebelum bumi ini tertata kembali, entah itu menjadi apa sebagai hukumannya itu tertanda dalam wujudnya kelak nyata hingga penghukumannya itu selesai dikala bumi ini lebur dengan sendirinya. (maka hukum rimbalah kelak tertata lagi, Eling dan Waspadalah)

Demikianlah ungkapan dari Sanghyang Dharmasaksi yang terakhir kalinya menulis pada blog website ini guna sebagai peringatan kepada umat manusia diseluruh dunia maupun pada khususnya di Nusantara ini berada. Bukanlah ingin menakuti banyak orang di dunia, karna sangatlah berdosa jika berbuat demikian itu dan sagatlah hina nestapa.

Dikarnakan tulisan ini adalah perintah langsung dari-Nya guna dipahami banyak orang untuk diketahui, maka sepatutnya lah yang mengerti akan tulisan ini guna untuk memberitakannya kepada yang memahami tentang alam semesta ini yang akan terjadi nanti, yang tergaris pula melalui penjabaran pada Sastra dan atau Kitab Suci-Nya itu berada guna mengikuti alur arus yang seharusnya terjadi dikemudian hari. Dan tidaklah membalikan fakta atas syair sabda seluruh Kitab Suci-Nya berkata.

Salam dariku Sanghyang Dharmasaksi,  menunggu keputusan yang haruslah bijaksana yang tergaris atas sabdanya itu terjadi.... Rampes.

Dikirim pada hari Anggara Pahing (Purnama Kapat) Batara Durga (Bala)
Di Lebak Cawene Semarang Tembayat Berseri.
Ttd,


Sanghyang Dharmasaksi

Ket :
Sesungguhnya, janganlah lagi ada penghinaan atas tulisan yang ter’Amanahkan-Nya ini, dan janganlah pula dijadikannya maksud dan tujuan yang tidak baik sebagai dasar sebuah politik yang kelak akan merugikan diri sendiri, camkan itu... Karna tulisan ini sudahlah mengandung sumpah atas izin-Nya tersabda.

Sesungguhnya kembali, maka kerugian itu akan didapati pula oleh mereka, jika mereka itu hanya duduk berdiam diri walau mereka itu mengerti apa yang sudah tergariskannya,  mereka itu adalah orang-orang yang ahli di neraka yang di murkainya pula oleh Tuhan-Nya.

Maka ketahuilah, banyaklah kelompok yang tidaklah menginginkan yang tersabda itu tampil guna untuk mendampingi, mereka itu adalah kelompok yang sangat dimurkai Tuhan-Nya dan juga para Leluhurnya berada. Maka neraka lah mereka itu, yang kehidupannya pun tersiksa atas perbuatannya itu pula.
***OOO***

Memasuki Awal Zaman

14/09/2011

Menyambut Zaman Baru Nusantara

Dengan berucap kata Puja dan Puji Syukur atas diberikan suatu kesehatan dan keselamatan oleh dari-Nya yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME), kami selaku teurah/ keturunan Galuh Padjadjaran tidaklah henti-hentinya memanjatkan doa puji syukur dengan hati tulus iklas, dan sangatlah berterima kasih Kepada-Nya yang mana telah diberikannya kesempatan untuk menulis artikel atas kebenaran itu berada yaitu didalam website : www.modellingpicture.blogspot.comwww.matarumpadjadjaran.blogspot.com   –   www.galuhpadjadjaran.blogspot.com .   
Yang adalah sebagai Peniup Terompet Sang Sakakala sebanyak tiga kali untuk mengakhiri  Zaman atas Amanah-Nya dimaksud ada, yaitu dengan tujuan sebagai peringatan kepada seluruh para umat manusia di dunia dan juga pada khususnya yang berada di Nusantara ini sebagaimana pondasi atas cikal bakalnya umat manusia itu tertanda ada. (apa yang ada dinegrimu, di negaraku seluruhnya ada).

Dalam fenomena atas amanah pesan tertulis di artikel dimaksud berada pada blog website yang tertuang kali pertamanya hingga yang ketiga kalinya terpaparkan, sesungguhnya seluruhnya sudahlah membawa dampak yang begitu drasmatis terjadi yaitu diseluruh dunia tanpa mengenal negara itu disegani atau merasa berkuasa, yang sehingga peringatan sebagai peleburan itu ditampakannya pula atas bencana demi bencana nyata terjadi.

Kini Sanghyang Dharmasaksi menulis kembali guna untuk merangkum seluruh artilel dimaksud berada sebagai tulisan yang bersejarah bagi Sanghyang Dharmasaksi secara pribadi yang mana kumpulan artikel tersebut didapatkannya langsung dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME) atas Amanah-Nya dan sebagai pula hadiah yang sangatlah berarti selama hidup menjadi manusia yang dititiskan ke dunia fana ini, yang adalah sebagai pula utusan-Nya yaitu guna untuk memperingatkan kepada seluruh umat manusia itu berada atas Hukum Sebab dan Akibatnya itu tertanda.

Dan kini Sanghyang Dharmasaksi menulis pesan kembali atas amanah-Nya, yaitu kepada para keturunan dan atau kepada para kaum Brahmana dari pulau dewata yang sebagai pemegang aci-aci / tata-titi larung sesaji guna penyempurnaan dan menstabilkan kembali alam semesta Nusantara ini dari gejolak guncangan bumi yang kelak ada, yaitu dengan upakara dan upacara YadNya yang sudah diturunkan melalui pewisik-Nya kepada para kaum Brahmana, dan serta haruslah para kaum Brahmana yang disebut atas amanah-Nya menfokuskan kembali duduk dan berbakti di Karaton Pura/Puri Parahyangan Agung Jagat Kertha di gunung Salak Bogor dan serta di gn. Galunggung sebagai Karaton Pura/Puri Tri Purusa Djagat Pusar Buwana Nusantara.
Yaitu guna meleburkan Kutukan Karmapala (hukum sebab dan akibat) tersebut yang sudah terpatri selama 1033 tahun lamanya  untuk menjadikan Nusantara ini gemah ripah loh jinawi dan jiwani tertanda.
Dan mengembalikan pula Para Batara Kala keperut bumi kembali dengan diiringi japa japi mantra doa dan sesaji sebagai upah supaya tidaklah mengganggu kembali para umat manusia pada khususnya di Nusantara ini berada.

Pesan :

Dengarkanlah wahai para kaum Brahmana yang berada di pulau dewata…. Tidaklah kami sebagai keturunan dari Janggan Sakti (Shri Baduga Maha Raja Prabu Silih Wangi)  akan berdiam diri saja atas rencana yang sudah ditetapkan oleh Sang Hyang Pasupati atas perintah-Nya tersebut dimaksud, pastilah kami akan membantu dengan kekuatan penuh yang sudah diberikan-Nya guna menstabilkan kembali jalur Naga Api dilingkaran bumi pertiwi ini.

Dengarkanlah kembali wahai para kaum Brahmana sebagai pemegang aci-aci larung sesaji yang di percayai Sang Janggan Sakti atas amanah-Nya,  yaitu sebagai pemegang : Mantra jampa-jampa, geugeui(ng). susuratan, sasaranaan, kaseangan, pawayagahan, puspaan, susudaan, hurip-huripan, tu(n)duk iyem, pararasen, pasakwan; segala macam ajian

Haruslah dilaksanakan dengan cermat serta wajib hukumnya kepada para kaum Brahmana yang belum puput mediksa pun haruslah (ngahatur diri) berbakti dan menkordinir serta melayani para umat Walaka atau yang berstatus masyarakat biasa yaitu guna sebagai pembimbing mereka itu yang hadir pula sebagai tamunya Sang Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME) di Karaton Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha di gn.Salak Bogor dengan secara bergantian dan pula bergotong royong.

Untuk para kaum Walaka (orang biasa) yang saat ini belum mengetahui hukum sebab dan akibat yang ditimbulkan atas ke egoan posisi semata, seyogyanya harus menyadari atas status yang dimiliki yaitu sebagai umat masyarakat yang haruslah merasa rendah diri guna memberikan kembali status pengelolaan serta status aji-aji sastranya sebagai pemangku dimaksud kepada para kaum Brahmana yang terutus oleh-Nya.
Karna ini adalah pesan langsung dari Sang Hyang Pasupati dan seluruh Kedelapan (8) Para Hyang Dewata yang sudah tampil di Parahyangan atas sabda-Nya, maka sadarilah secepat mungkin akan waktunya. (jangan salahkan siapapun jika kalian itu melanggar Sabda-Nya atas ke egoan semata).

Dengarkanlah kembali…. Dikarnakan status Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha adalah tempat sujud seluruh umat manusia dengan ciri warna dan rasnya atau seluruh keyakinan beragama itu berada, maka sepatutnya para kaum walaka tidaklah baik untuk memimpin yang bukan hak prioritasnya, berbeda jika lokasi pura itu berada selain di Parahyangan gn.Salak Bogor dan Tri Purusa gn.Galunggung tertanda.

Dengarkanlah…. Para kaum Brahmana dari seluruh belahan dunia luar Nusantara akan tampil dan berziarah guna untuk memohon restu memperbaiki negaranya masing-masing, yang kelak mereka itu akan menghadap ke Karaton Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha dimaksud, dan Sanghyang Dharmasaksi memohon… janganlah menciderai dari Pusat peradaban dunia itu berada.

Dengarkanlah wahai para kaum Satrya diseluruh Nusantara yang masih menggunakan simbul tahta kerajaan itu tertanda… seyogyanya haruslah menata kembali tata titi itu berada dalam kemasyarakatannya, yaitu guna mempersatukan Nusantara ini menjadi lebih kuat dan menjadikan Gerbang Dunia sebagai Mercu Suar Peradaban, dan haruslah segera menghadap ke Karaton Parahyangan di gn.Salak Bogor secepatnya guna memohon ampunan-Nya.  

Demikianlah pesan Amanah dari Sang Hyang Pasupati dan juga 8 Para Hyang Dewata itu bersabda.


Inilah Sanghyang Dharmasaksi memaparkan kembali pesan dan Amanah-Nya tentang tutup tahun KERAJAAN GALUH AGEUNG SUNDA BUWANA yang ke 7000 tahun dan serta Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran yang ke 3245 tahun yang jatuh pada tanggal 23 September 2011 genapnya, dan serta ke 1033 tahun lamanya atas kutukan tersebut itu berada yang harus ditutup pada tanggal 10 Oktober 2011 sesuai yang tertulis dan terkaji di Batu Sastra Geger Hanjuang itu berada yaitu :

Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala rumatak disusu (k) ku batari hyang pun.
 
“Menerangkan bahwa pada hari ke-13 bulan ke empat (purnama) selama 1033 tahun telah ditandakan dan diturunkannya Peringatan (Bhatara Kala/Bhatara Durga - langkir/Bala = 13) oleh Bhatari Hyang”. (sebagai peringatannya (sakakala) dimaksud secara sakala/ nyata)

Didalam proses penutupan tahun dimaksud haruslah ditandakan, adalah sebagai bagian keharusan yang tidak dapat di pungkiri dan diabaikan, karena dampaknya akan begitu memilukan kembali sehingga yang tidak mengerti atau yang tidak berdosapun akan terkena imbasnya atas bencana kelak terjadi kembali ada.

Sang Maha Pencipta Alam Semesta tentulah sangat mengasihi umatnya jika umatnya tersebut mengikuti peraturan alam semesta ini yang telah digoreskan sebagai panduan hidup umat manusia itu sendiri, baik yang tertuang didalam sastra ataupun didalam Kitab-Kitab Suci-Nya berada.
Yang sehingga jika umatnya itu sendiri lalai tidak saling bekerjasama guna untuk menuntaskan apa yang sudah tergaris, maka akan terus berkepanjangan masalah demi masalah kembali kepada seluruh umat manusia itu sendiri, sehingga waktu akan terus terulang dari atas kejadian demi kejadian itu berada.
Atau sama seperti anda pergi ke suatu tempat yang belum pernah anda dikunjungi sehingga  batinpun merasakan seperti merasakan pernah berkunjung pada ingatan anda itu dimaksud berada, itulah yang disebut : Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis diponda sukma  oleh Hyang Bhatara Prabu Silih Wangi dalam piteketnya bersabda.

Dengarkanlah….

Penjabaran dari Sastra dan Kitab Suci di seluruh agama apapun sudahlah terbukti terjadi atas bencananya dan bekerja sebagaimana mestinya atas petunjuk-Nya yang harus diketahui oleh seluruh umat manusia, yang mana Sanghyang Dharmasaksi telah pula mengutipnya kedalam  blog website itu tertulis akan peristiwanya dimaksud itu berada, baik itu gerhana dllnya.
Dan terbukti pula adanya ulat yang tak terhitung jumlahnya, air pasang naik kedaratan, gunung memuntahkan awan panasnya dibarengi gempa yang setiap saat waktu ada dan juga yang lain-lainnya yang sudah tergaris pula pada Kitab Suci seluruh keyakinan umat manusia itu tertanda pada akhir zamannya berada.

No
Tipe Gerhana




1.
Bulan
16-06-2011
10-12-2011


2.
Matahari
04-01-2011
02-06-2011
01-07-2011
25-11-2011


Dengarkanlah baik-baik….
Sang Pencipta Alam Semesta tidaklah akan menghancurkan bumi ini hingga hancur berkeping-keping, akan tetapi bumi ini menjadi rusak adalah atas perbuatan manusia itu sendiri yang menjadikannya hancur dari atas penataan-Nya, ingat dan pahamilah Kitab Sucimu itu bersabda atas Sabda-Nya, dan janganlah engkau menilai rendah Tuhanmu itu atas pemikiranmu yang ingin dibenarkan itu guna mendustakan-Nya. Memohon ampunlah kepada-Nya, yang sehingga para keturunanmu tidaklah menanggung malu kelak nanti.

Dengarkanlah kembali…
Dikala rangkuman ini tertulis atas perintah-Nya untuk menyampaikan pesan kembali kepada umat manusia di seluruh dunia terutama yang berada di Nusantara, maka sudahlah terjadi kembali beberapa peristiwa yang sudah tergaris atas hukum sebab akibatnya itu tertanda, yaitu : yang mana manusia akan kesusahan mencari bahan pangannya, penyakit yang tiba-tiba dan tergigit serangga hingga mati mendadak, banyak orang yang dibisiki Iblis yang sehingga menjadi kesetanan, saling mencurigai diantara kelompoknya, jatuh tak berdaya dan tertimpa pula, air pasang ada dimana-mana, negara dalam keadaan kosong, para pemimpin agama sudah luntur ajarannya yang dikarnakan zamannya sudah berubah total,  dan para pemimpin agama menjadi terkenal bukan dalam bidang ajaran agamanya, serta juga lain-lainnya itu tertanda kelak.

Sanghyang Dharmasaksi tidaklah ingin mengada-ada atas amanah yang diberikan-Nya yaitu supaya eling dan waspada, jika tulisan ini dijadikan sebuah kegelisahan dan alat propaganda tertanda, maka pelajari kembali tulisan Sanghyang Dharmasaksi pada website diatas dikala meniup Terompet Sang Sakakala sebanyak 3x yang menghasilkan bencana demi bencana itu berada diseluruh dunia, yang sudah pula terurai pada Kitab Suci Alqur’an dibawah ini atas Perintah-Nya, yaitu pada surat :

SuSurat: Al-'Asr  Ayat ke 1-3 
وَالْعَصْرِ
103.1. Demi masa.
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
103.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
103.3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat   menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


Surat: Az-Zalzalah  Ayat ke 1 - 8  

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
99.1.  Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),

وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
99.2.  dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا
99.3.  dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
99.4.  pada hari itu bumi menceritakan beritanya,

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
99.5.  karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu)    kepadanya.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتاً لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
99.6.  Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
99.7.  Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
99.8.  Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Surat: Al-Infitaar  Ayat ke 1-19 

إِذَا السَّمَاء انفَطَرَتْ
82.1.  Apabila langit terbelah,

وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انتَثَرَتْ
82.2.  dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ
82.3.  dan apabila lautan menjadikan meluap,

وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ
82.4.  dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ
82.5.  maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
82.6.  Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
82.7.  Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,

ي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ
82.8.  dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.

كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ
82.9.   Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ
82.10.  Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

كِرَاماً كَاتِبِينَ
82.11.  yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
82.12.  mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ
82.13.  Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni'matan,

وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
82.14.  dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ
82.15.  Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.

وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ
82.16.  Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ
82.17.  Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ
82.18.  Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئاً وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ
82.19.  (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

Demikianlah apa yang terkutip dari dalam Kitab Suci Alqur’an atas segala firman-Nya yang harus di terangkan melalui fungsinya saat ini atas tangan-Nya Sang Maha Pencipta Alam Semesta kepada Shanghyang Dharmasaksi sebagai utusannya kembali di Akhir Zaman yaitu guna menata kembali hiruk pikuk ketidak stabilan alam semesta atas kutukannya itu tertanda.

Dengarkanlah kepada siapapun dia yang kelak nanti melihat garis sinar putih (bintang pari) yaitu dari arah Jabodetabek (lebak cawene) memandangnya, menuju ke arah sebelah selatan Gn.Salak dipandang, maka sinar itu akanlah terlihat yaitu menuju ke arah timur ke pulau Dewata, maka  ungkapkanlah kebenaran dan kejujuran itu jika anda melihatnya itu tertanda. Dan kalian itulah yang kelak akan mendapatkan kebahagiaan oleh dari-Nya Sang Maha Pencipta Alam Semesta atas sabda-Nya, yang ditulis pula oleh Shanghyang Dharmasaksi pada blog sebelum ini yaitu Terompet Sang Sakakala tertanda.

Dibawah ini akan dirumuskan kembali tahun Galuh yang menggenapi 7000 tahun lamanya yaitu pada tahun 2011 ini sebagai penggenapannya, dan disebut pula kembali tentang batu zumrah yaitu sebagai batu yang bernama batu situs Geger Hanjuang yang terkutip didalam sastra adalah sebagai batu perwujudan iblis guna untuk menggoda isi hati manusia atas peringatannya, yang artinya adalah sebagai batu simbul atas kutukan itu tertanda.

Jika kita mengamatinya lebih teliti, maka kita akan mengerti masa zaman kalabendu itu tertulis yang juga berakhirnya pada akhir zamannya di tahun 2011 menggenapi 7000 tahun Kerajaan Galuh Buhun itu untuk ditutupnya, yaitu dari masa zaman Galuh Buhun itu terjadi menjadi zaman baru  kembali berada (amati Uga Wangsit Prabu Siliwangi), inilah pada kenyataannya yang perlu diketahui oleh orang banyak di dunia yaitu pada khususnya di Nusantara.

Amatilah dan pahamilah sastra yang tertulis pada situs Geger Hanjuang diatas tentang Sakakala dimaksud sebagai batu kutukan tersebut dimaksud.

Dibawah ini sebagai peringatannya pula tahun Galuh dan Pakwan Padjadjaran yang memasuki zaman barunya.

NO
Nama Tahun
Peringatan zaman
Kala Bandu 1033
Peringatan Awal
Peringatan Tahun
Peringatan Tahun
Galuh awal (KB)
1.
Saka Jawa Da
1033 tahun
911
1944
5967
2.
Saka Bali
1033 tahun
900
1933
-
3.
Hijriyah
1033 tahun
399
1432
-
4.
Saka India
1033 tahun
4078
5111
-
5.
Saka Buddha
1033 tahun
1522
2555
-
6.
Ju Gatsu
1033 tahun
1638
2671
-
7.
Tahun China
1033 tahun
1529
2562
-
8.
Maya Masehi
1033 tahun
978
2011
-
Di Tutup 7000 tahun
NO
Nama Tahun
Peringatan Tahun
Kali Yuga 1111
Peringatan Awal
Peringatan Akhir
Peringatan Tahun
Galuh awal (KY)
1.
Saka Jawa Da
1111 tahun
833
1944
5889
2.
Saka Bali
1111 tahun
822
1933
-
3.
Hijriyah
1111 tahun
321
1432
-
4.
Saka India
1111 tahun
4000
5111
-
5.
Saka Buddha
1111 tahun
1444
2555
-
6.
Ju Gatsu
1111 tahun
1560
2671
-
7.
Tahun China
1111 tahun
1451
2562
-
8.
Maya Masehi
1111 tahun
900
2011
-




NO
Nama Tahun
Peringatan Tahun Galuh
Pakwan Padjadjaran
Peringatan
Sebelum tahun awal
Peringatan Tahun
Peringatan Tahun Awal
Galuh ke Padjadjaran
1.
Saka Jawa Da
3245 tahun/7000 thn
1301 ssjd
1944
3755
2.
Saka Bali
3245 tahun/7000 thn
1312 ssb
1933
-
3.
Hijriyah
3245 tahun/7000 thn
1813 sh
1432
-
4.
Saka India
- 7000 thn
-
-
-
5.
Saka Buddha
- 7000 thn
-
-
-
6.
Ju Gatsu
- 7000 thn
-
-
-
7.
Tahun China
- 7000 thn
-
-
-
8.
Maya Masehi
3245 tahun/7000 thn
1234 sm
2011
-
Di Tutup 3245 tahun


Peringatan tahun galuh tersebut diatas tertanda akan berlanjut hingga tak terbatas masa waktunya yang dihitung oleh pula oleh tahun masehi, dan akan ditutup kembali pada tahun 11989 yaitu pada tahun 7000 masehi (baru akan berpindah keplanet baru yang sudah dijanjikan oleh-Nya).

ket : Karna manusialah yang membedakan kalendernya tersebut masing-masing, maka itulah sebabnya hukum sebab akibat harus diterimanya pula.

Demikianlah Sanghyang Dharmasaksi ungkapkan atas petunjuk Sang Maha Penguasa Alam Semesta mengenai kebenaran yang tidaklah direkayasa.
Semoga bermanfaat bagi orang banyak dan mau menyadari apa yang sudah tergaris serta terpatri di dalam Kitab Suci para umat manusia itu tersabda. Salam sejahtera…. Rampes.


Dikirim pada hari Buda Kliwon Bhatara Sakri (Matal)
Di Lebak Cawene Semarang Tembayat Berseri.
Ttd,


Sanghyang Dharmasaksi 
(ngajajarkeun deui sakabeh jalma, urang sunda disarambat, urang sunda ngahampura)



Mengacu pada sastra Hyang Bhatara Prabu JayaBaya bersabda :


159.
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha bethara Kresna
awatak Baladewa
agegaman trisula wedha
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang


selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) Tampilnya kedelapan Para Hyang Dewata
akan ada dewa tampil
berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula wedha
tanda datangnya perubahan zaman
orang pinjam mengembalikan,
orang berhutang membayar
hutang nyawa bayar nyawa
hutang malu dibayar malu

160.
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur
iku tandane putra Bethara Indra wus katon
tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang pari
panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur
lamanya tujuh malam
hilangnya menjelang pagi sekali
bersama munculnya Batara Surya
bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut
itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak
datang di bumi untuk membantu orang Jawa


161.
dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan
wetane bengawan banyu
andhedukuh pindha Raden Gatotkaca
arupa pagupon dara tundha tiga
kaya manungsa angleledha


asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur
sebelah timurnya bengawan
berumah seperti Raden Gatotkaca
berupa rumah merpati susun tiga
seperti manusia yang menggoda


162.
akeh wong dicakot lemut mati
akeh wong dicakot semut sirna
akeh swara aneh tanpa rupa
bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis
tan kasat mata, tan arupa
sing madhegani putrane Bethara Indra
agegaman trisula wedha
momongane padha dadi nayaka perang
perange tanpa bala
sakti mandraguna tanpa aji-aji


banyak orang digigit nyamuk mati,
banyak orang digigit semut mati
banyak suara aneh tanpa rupa
pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar
tak kelihatan, tak berbentuk
yang memimpin adalah putra Batara Indra,
bersenjatakan trisula wedha
para asuhannya menjadi perwira perang
jika berperang tanpa pasukan
sakti mandraguna tanpa azimat


163.
apeparap pangeraning prang
tan pokro anggoning nyandhang
ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang
sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang


bergelar pangeran perang
kelihatan berpakaian kurang pantas
namun dapat mengatasi keruwetan orang banyak
yang menyembah arca terlentang
cina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan


164.
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu
hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti
mumpuni sakabehing laku
nugel tanah Jawa kaping pindho
ngerahake jin setan
kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda
landhepe triniji suci
bener, jejeg, jujur
kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong


putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu
yaitu yayi Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti
menguasai seluruh ajaran (ngelmu)
memotong tanah Jawa kedua kali
mengerahkan jin dan setan
seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu
membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda
tajamnya tritunggal nan suci
benar, lurus, jujur
didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong


165.
pendhak Sura nguntapa kumara
kang wus katon nembus dosane
kadhepake ngarsaning sang kuasa
isih timur kaceluk wong tuwa
paringane Gatotkaca sayuta


tiap bulan Sura sambutlah kumara
yang sudah tampak menebus dosa
dihadapan sang Maha Kuasa
masih muda sudah dipanggil orang tua
warisannya Gatotkaca sejuta


166.
idune idu geni
sabdane malati
sing mbregendhul mesti mati
ora tuwo, enom padha dene bayi
wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada
garis sabda ora gentalan dina,
beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira
tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa
nanging inung pilih-pilih sapa


ludahnya ludah api
sabdanya sakti (terbukti)
yang membantah pasti mati
orang tua, muda maupun bayi
orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi
garis sabdanya tidak akan lama
beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya
tidak mau dihormati orang se tanah Jawa
tetapi hanya memilih beberapa saja

167.
waskita pindha dewa
bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira
pindha lahir bareng sadina
ora bisa diapusi marga bisa maca ati
wasis, wegig, waskita,
ngerti sakdurunge winarah
bisa pirsa mbah-mbahira
angawuningani jantraning zaman Jawa
ngerti garise siji-sijining umat
Tan kewran sasuruping zaman


pandai meramal seperti dewa
dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda
seolah-olah lahir di waktu yang sama
tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati
bijak, cermat dan sakti
mengerti sebelum sesuatu terjadi
mengetahui leluhur anda
memahami putaran roda zaman Jawa
mengerti garis hidup setiap umat
tidak khawatir tertelan zaman


168.
mula den upadinen sinatriya iku
wus tan abapa, tan bibi, lola
awus aputus weda Jawa
mung angandelake trisula
landheping trisula pucuk
gegawe pati utawa utang nyawa
sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan
sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda


oleh sebab itu carilah satria itu
yatim piatu, tak bersanak saudara
sudah lulus weda Jawa
hanya berpedoman trisula
ujung trisulanya sangat tajam
membawa maut atau utang nyawa
yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain
yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan


169.
sirik den wenehi
ati malati bisa kesiku
senenge anggodha anjejaluk cara nistha
ngertiyo yen iku coba
aja kaino
ana beja-bejane sing den pundhuti
ateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberi
hati mati dapat terkena kutukan
senang menggoda dan minta secara nista
ketahuilah bahwa itu hanya ujian
jangan dihina
ada keuntungan bagi yang dimintai
artinya dilindungi anda sekeluarga

170.
ing ngarsa Begawan
dudu pandhita sinebut pandhita
dudu dewa sinebut dewa
kaya dene manungsa
dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandhang

di hadapan Begawan
bukan pendeta disebut pendeta
bukan dewa disebut dewa
namun manusia biasa
bukan kekuatan lain diterangkan jelas
bayang-bayang menjadi terang benderang

171.
aja gumun, aja ngungun
hiya iku putrane Bethara Indra
kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan
tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh
hiya siji iki kang bisa paring pituduh
marang jarwane jangka kalaningsun
tan kena den apusi
marga bisa manjing jroning ati
ana manungso kaiden ketemu
uga ana jalma sing durung mangsane
aja sirik aja gela
iku dudu wektunira
nganggo simbol ratu tanpa makutha
mula sing menangi enggala den leluri
aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu
beja-bejane anak putu

jangan heran, jangan bingung
itulah putranya Batara Indra
yang sulung dan masih kuasa mengusir setan
turunnya air brajamusti pecah memercik
hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk
tentang arti dan makna ramalan saya
tidak bisa ditipu
karena dapat masuk ke dalam hati
ada manusia yang bisa bertemu
tapi ada manusia yang belum saatnya
jangan iri dan kecewa
itu bukan waktu anda
memakai lambang ratu tanpa mahkota
sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati,
jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh
keberuntungan ada di anak cucu

172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
cures ludhes saka braja jelma kumara
aja-aja kleru pandhita samusana
larinen pandhita asenjata trisula wedha
iku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspada
pada zaman kalabendu Jawa
jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa
yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga
jangan keliru mencari dewa
carilah dewa bersenjata trisula wedha
itulah pemberian dewa

173.
nglurug tanpa bala
yen menang tan ngasorake liyan
para kawula padha suka-suka
marga adiling pangeran wus teka
ratune nyembah kawula
angagem trisula wedha
para pandhita hiya padha muja
hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang
genaha kacetha kanthi njingglang
nora ana wong ngresula kurang
hiya iku tandane kalabendu wis minger
centi wektu jejering kalamukti
andayani indering jagad raya
padha asung bhekti

menyerang tanpa pasukan
bila menang tak menghina yang lain
rakyat bersuka ria
karena keadilan Yang Kuasa telah tiba
raja menyembah rakyat
bersenjatakan trisula wedha
para pendeta juga pada memuja
itulah asuhannya Sabdopalon
yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur
segalanya tampak terang benderang
tak ada yang mengeluh kekurangan
itulah tanda zaman kalabendu telah usai
berganti zaman penuh kemuliaan
memperkokoh tatanan jagad raya
semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi
----------------------------------------------------------------¤¤¤¤¤¤¤---------------------------------------------------