Amanah-Nya

07/03/2011
Amanah di Akhir Zaman

Inilah kisah tertulis dari sebuah pesan kata sebagai Amanah yang didapat melalui  lorong alam gaib guna untuk dipaparkan, yaitu mengenai kisah tentang perjalanan Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran yang telah silih berganti nama guna  kemakmurannya itu dapat dicapai dan menjadi harum disepanjang masa. (silih wangi).

Dan serta mengungkap kembali tentang Rahasia Sastra pada Batu Prasasti di BATU TULIS Bogor, yang konon Batu Prasasti tersebut adalah Cikal Bakal dari Tapak Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran guna untuk merubah kembali nama Kerajaannya dimaksud, dan menurunkannya pula Amanah yang tertitipkannya itu sebagai HARTA KARUN yang tersembunyikan dan untuk dipaparkannya jika sudah memasuki pada masa di Akhir Zaman, yaitu sebagai bukti dalam bentuk otentik atas kerajaan tersebut itu masih tetap Berjaya hingga saat ini berada.

Dibawah ini akan menerangkan pula tentang sebuah sastra “Uga Wangsit Prabu Siliwangi” yang mengungkap tentang Zaman Baru itu akan datang, dimana kerajaan tersebut itu setelah sekian abad lamanya dihilangkan dari kasat mata tanpa meninggalkan jejak sebagai Kerajaan itu pernah ada, dan diperintahkannya pula guna untuk menerangkan bahwa bukti sebagai bentuk otentik dimaksud itu guna dipaparkan atas AmanahNya disaat sudah memasuki pada Akhir Zamannya tertanda yaitu pada th. 2011 saat ini berada.

Inilah kutipan dari sastra Uga Wangsit itu dimaksud atas penjabarkannya

Saur Prabu Siliwangi ka balad Pajajaran anu milu mundur dina sateuacana ngahiang :

“Lalakon urang ngan nepi ka poe ieu, najan dia kabehan ka ngaing pada satia!
Tapi ngaing henteu meunang mawa dia pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin bari lapar.
Dia mudu marilih pikeun hirup ka hareupna, supaya eungke jagana jambar senang sugih mukti, bisa ngadegkeun deui Pajajaran! Lain Pajajaran nu kiwari tapi Pajajaran anu anyar, nu ngadegna digeuingkeun ku obah jaman!
Pilih! ngaing moal ngahalang-halang. Sabab pikeun ngaing hanteu jadi Raja, amur somah sakabehna lapar bae jeung balangsak.”

Kata Pengantar  :

Amanah Di Akhir Zaman adalah Rahasia Kunci Gerbang Dunia yang kedua saat ini dibuka oleh Sanghyang Dharmasaksi, yang sebelumnya telah dipaparkan melalui Kerajaan Utama di Dunia di Akhir Zaman dengan tampilan KALA BENDU pada sampul utamanya di blog webset www.modellingpicture.blogspot.com tertanggal 7/10/10.

Amanah di Akhir Zaman ini akan mengungkap kembali tentang sastra yang menjabarkan sebuah pesan kata “LAWANG SAPTA NGESTHI AJI” yang terucap oleh SABDA PALON secara gaib dimasa lalu, guna untuk diperhatikan tentang tanda-tandanya dimaksud itu akan datang, dan dimana Beliau Sabda Palon tersebut akan turun kembali untuk serta mendampingi yang TERTITAH atas Amanah dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta, yaitu dengan ditandainya dari segala bentuk macam bencana demi bencana itu ada untuk orang Jawan yang lupa akan Jawinya sebagai peringatan yang harus diterimanya pula. (Jawan adalah orang yang ikut – ikutan dengan suatu keyakinan serta bahasa Negara orang lain itu berada, dan Jawi adalah orang yang masih tunduk akan etika serta sopan santun atas cikal bakalnya berada). atau dengan kata lain adalah orang yang kehilangan akan Jati Dirinya dimaksud itu berada (wong Jowo ora ngerti jawane).

Lawang Sapta Ngesthi Aji adalah sebuah ungkapan pesan kata, dimana Sabda Palon menandakan tahun kala bendunya itu akan datang, yaitu yang diartikannya atas penjabaran sastra tersebut dimaksud adalah sebagai : “TERBUKANYA GERBANG TUJUH SASTRA SUCI” itu berada, guna sebagai peringatan datangnya Akhir Zaman yang ditandai dengan Kala Bendu pada kenyataannya, dan Kala Bendu itu sendiripun meng’artikannya adalah sebagai kata “Alam yang Marah (Murka) atas bencana itu sendiri ada.

Maksud dan Tujuan   :
Ada sebuah gerbang pastilah ada beberapa pintunya, ada beberapa pintu pastilah akan ada anak kunci utamanya pula......... tegas Sabda Palon berucap lembut.....

Itulah pesan Sabda Palon kepada Sanghyang Darmasaksi dikala beranjak pada penulisan kali pertamanya terdahulu, guna menerangkan maksud serta tujuan untuk membuka Seluruh Pintu Gerbang Jagat sebagai bagian dari sebuah peringatan itu tertanda. 

Peringatan itu kini sudah terbukti nyata ada, yaitu adanya suatu bencana di seluruh Dunia baik secara moral maupun moril itu tertanda, yang adalah bagian dari kala bendu itu sendiri berada, dan serta pula sebagai teguran untuk banyak orang di Nusantara dan di Dunia dimana Kala Bendunya itu sudah tampak pada akhir di zamannya.

Di dalam wujud Sanghyang Dharmasaksi ada, adalah atas kehendakNya pula guna dijadikan tanganNya untuk menerangkan dan serta menjelaskan apa yang sudah tergaris didalam suatu penataan alamNya tersebut dimaksud yang tersembunyikan dari Rahasia- RahasiaNya itu berada. 

Begitu pula Sanghyang Dharmasaksi terlahirkan, telah ditandainya pula di kedua belah telapak tangan sebagai Juru Kunci AlamNya yaitu guna untuk membebaskan dari Kutukan yang tersumpah itu tertanda, dimana garis tangan tersebut itu ditandainya dalam bentuk garis lurus pada kedua belah telapak tangan dan sebagai tanda peta  yang memiliki arti makna didalam serangkaian garis pada gambarnya, yaitu berupa : Perahu / Mangkuk / Bokor diatas Meja,  Pintu Gerbang Lingga / Candi Bentar,  Dua Buah Lingga dan serta Lampu Lentera yang tergaris atas kehendakNya.

Jika dipelajari didalam suatu makna, maka akan terjabarkan pula sebagai Perahu Nuh atau Perahu Alam Semesta itu ada, yang mengisyaratkan juga sebagai Pemohon isi Kerahayaun AlamNya dan serta pembuka Pintu Gerbang pada ZamanNya, yaitu adalah sebagai simbul kekuatan Utara dan Selatan atas Gerbang AlamNya, dan juga sebagai Penerang didalam suatu pesan kata dari AmanahNya atau yang disebutkan pula didalam sebuah kisah Lampu Aladin dalam 1001 malamnya itu ada (Al = Maha / Adin = Penerangan). Inilah pada kenyataannya atas garis titah dariNya yang ter’amanahkan dengan tanda yang nyata itu tergaris ditangan. 

Nama yang digunakan sebagai nama Sanghyang Dharmasaksi ini tertulis, adalah sebuah kosa kata nama sebagai ungkapan gelar status didalam penjabaran pada penulisan ini dimaksud, yang memiliki arti juga sebagai wujud nama sebutan pada zaman dahulu itu tertanda pula, yang mengartikannya adalah sebagai Sang Pelaksana Atas KebenaranNya didalam suatu Kesaksiannya guna untuk membawa Amanah dariNya yaitu Sang Maha Pencipta Alam Semesta (Tuhan Yang Maha Esa) atas Perintah TitahNya itu ada. 

Titah dari PerintahNya tersebut adalah guna untuk menerangkan tentang di Akhir Zaman yang sudah memasukinya, dan juga beberapa titah yang harus di laksanakannya pula guna untuk diwujudkan, yaitu salah satunya adalah untuk mengembalikannya kembali BATHARA KALA (Langkir) yang di keluarkan dari perut bumi dan juga dari angkasa sejak dahulu kala itu ada atas hukuman kutukannya selama 1033 tahun lamanya, dan tepatnya diturunkannya ialah pada tahun 911 saka Sunda/Jawa guna untuk menghukum sifat dari kerakusan manusia saat itu dan saat ini berada atas hukuman atau sumpahnya itu tertanda nyata berada.

Dimana sakakala tersebut dituliskannya adalah atas kehendakNya (Ratu Galuh) yaitu pada BATU PRASASTI GEGER HANJUANG sebagai sakakala tanda bukti lamanya hukuman yang harus dijalani oleh para manusia hingga saat ini nyata telah terjadi.
(Sesungguhnya Batu itu lah yang sebenarnya adalah sebagai batu yang di Zumrah dengan benar yang tertulis di Kitab Suci Al’quran pada kenyataannya dari ramalan atas Kitab Suci tersebut itu yang nyata kini telah berada).

Inilah kutipan pada tulisannya :

Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala rumatak disusu (k) ku batari hyang pun.

 “Pada hari ke-13 (Langkir) bulan kapat “Rabiulakhir” selama 1033 tahun telah ditandakan (Diperingatinya / sakakala) oleh Bathari Hyang (Ratu Galuh).” 

Sejujurnya Sanghyang Dharmasaksi berat untuk menjabarkan perkataan didalam tulisan ini, karna menyangkut sisi dari ke Agamaan itu berada atas batu prasasti diatas tersebut dimaksud tertanda. 

Apa boleh buat karna ini adalah sebuah pesan perintah langsung dariNya guna menjelaskan dan menerangkan kepada seluruh umat manusia di Nusantara ini pada kenyataannya.  

Beliau Sang Pemberi Amanah Utama dalam PerintahNya guna menurunkannya langsung kepada Sanghyang Dharmasaksi dimaksud, ialah Beliau Sang Maha Penguasa Alam Semesta Jagat Raya ini yaitu dengan sebutan Nama BesarNya adalah sebagai  Maha Widdhy – Alloh SWT – Allah Kristus dan juga nama besar lainNya yang disebutkan pula guna untuk memujaNya didalam ucapan doa para manusia hingga kini berada. 

Alasan Sanghyang Dharmasaksi mengungkapkan tulisan tentang Amanah ini pastilah ada sebab musababnya, yang mana Amanah tersebut sudah sekian lama tersimpan erat didalam hati dari tahun ke tahun tentang rahasia AmanahNya itu dimaksud ada guna untuk disembunyikannya serta sebagai pula pedoman dan penuntun panduan didalam diri dikala itu (Eling lan Waspodo).

Inilah yang disebut Amanah Sejati atas PerintahNya NYATA yang kuat di sembunyikannya sampai batas waktunya guna untuk dipaparkannya. 

Sebelum membuka rahasia gerbang sastra selanjutnya, Sanghyang Dharmasaksi akan memperjelas kembali tentang perjalanan Rahasia dari Batu Tulis itu berada, serta Rahasia teka-teki Wangsit Prabu Siliwangi – Sabdo Palon – Sabdo Prabu Brawijaya – Sabdo Prabu Jayoboyo dan juga yang lainnya. 

Yang dikarnakan hubungan sabda dan sastra terdahulu tersebut itu seluruhnya memiliki keterkaitan dengan Sanghyang Dharmasaksi, yaitu tentang sebuah Nama – Alamat rumah – Tipe rumah – Lokasi rumah dan lainnya pun tertulis dengan jelas dan benar, jika seluruh panduan sastra terdahulu itu disatukan dari satu demi satu ke yang lainnya yang terjabarkannya pula secara logika atas AmanahNya. 

Salah satu contoh yang ada di dalam serat makna didalam Kitab Suci pun, juga telah menjabarkan adanya wujud nama yang dimaksud sebagai penutup pada Akhir Zamannya itu berada, yaitu adalah sebagai Imam Mahdhi dan atau Sang Gembala yang turun ke bumi, serta tertulis pula pada Sastra Kitab Suci yang lainnya itu tersurat. 

(dan haruskah Sanghyang Dharmasaksi melawan suratan takdir ini atas kehendakNya ?!...maka akan menjadi pendustalah jika telah mengabaikan Titah atas PerintahNya itu ada)

Tidaklah Sanghyang Dharmasaksi mengintervensi siapapun, baik kalangan elite atau masyarakat pada umumnya guna mengungkap maksud didalam tujuan dari tulisan ini tertulis, akan tetapi maksud dan tujuan Sanghyang Dharmasaksi menulis adalah atas AmanahNya pula dari seluruh Para Nabi dan Rasullulah guna Sanghyang Dhamasaksi menerangkan kembali tentang di Akhir Zamannya itu dimaksud, dan serta mengajak seluruh umat manusia di Nusantara guna untuk mendapatkan kembali Harkat dan Martabatnya supaya menjadi lebih baik lagi serta pulih dan serta JAYA kembali akan Nusantaranya yang kelak akan Berjaya di Dunia pada kenyataannya.

Dengarkanlah.... tulisan sebelum dan sesudah ini tertulis bukanlah sebuah kata rekayasa yang tercipta guna untuk dikenal dllnya semata, akan tetapi tulisan ini dibuat akan dipertanggung jawabkan LAHIR dan BATHIN dan siap menerima Hukuman yang seberat – beratnya dari SANG MAHA PENCIPTA ALAM SEMESTA dan juga PARA NABI – RASULLULAH / PARA DEWATA itu berada, dan siap pula menanggung DOSA jika DUSTA akan kebenaran pada tulisan ini tertanda berada. Inilah konsekwensi dari Sanghyang Dharmasaksi mengambil resiko yang sangatlah berat, maka jika kalian tidak mempercayai akan Amanah ini didapat, semoga Sang Maha Pencipta Alam Semesta akan memaafkan kalian atas ketidak tahuan dari Kebenaran AmanahNya ini guna diturunkanNya.

KISAH BATU TULIS. (versi amanah)

Inilah kisah Utama Batu Tulis yang pernah di ungkap pada sesi pertama terdahulu yaitu tentang Gerbang Kerajaan Utama di Dunia di Akhir Zaman, dan inilah sesi kelengkapannya dari kisah perjalanan atas Batu Tulis itu berada, dimana kisah tersebut juga menyangkut hajat untuk orang banyak baik itu secara Agama, Lambang Negara dan juga nama daerah itu ada hingga kini masih nyata berada, inilah pada kenyataannya yang harus dimengerti oleh orang banyak di Nusantara dan di Dunia.

Inilah Naskah Asli Batu Tulis :
(wang na) poen. Ini sakakala preboe ratoe poerana poen. Di wastoe Dija wigaran (I.dingaran) preboe goeroe dewatasrana . Diwastoe dija dingaran sri Badoega maharadja ratoe adji dipakwan padjadj aran. Sri sang ratoe de-Wata poen ja noe njoesoek na pakwan. Dija anak rahijang dewa nis- Kala sasida mokta di goena tiga. i(n)tjoe rahijang niskala wastoe Ka(n)tjana sasida mokta ka noesa lara(ng) ja sija noe njijan sakata  Ka goegoenoengan ngahalaj njijan samida njijan sa(ng) hijang talaga Rena mahawidjaja. fa sija poen. I saka pantja pandawa ... han hoemi.

Terjemahan :
Prasasti ini adalah peringatan Prabu Ratu Purana, yang disebut juga sebagai Prabu Guru Dewatasrana.  Dikatakan juga sebagai Sri Baduga Maharaja ratu Aji di Pakwan Padjadjaran. Sri sang Ratu Dewata yang menyusun di Pakwan adalah anak Rahyang Dewa Niskala yang mokhsa di gunung tiga, cucu dari Rahyang Niskala Wastu Kancana sasida yang Mokhsa di Nura Larang yang berada di pegunungan, setelah  membuat hutan  dll, juga menata telaga rena mahawijaya. Di tahun 500 saka galuh sunda/jawa. (Isaka pantja pandawa… han hoemi)


Ket :
Pro dan kontra tentang penempatan tahun yang tertulis di Batu Prasasti Batu Tulis  tersebut di atas akan menjadi polemik terus menerus yang tidak berkesudahan, yaitu jika kita tidak saling menyadari bahwa rumusan yang telah terlanjur diungkapkan tersebut oleh para ahli sejarah haruslah kita telaah kembali atas pembuktiannya itu ada.

Salah satu penempatan tahun yang terumuskan dari kata Panca Pandawa Han Hoemi menurut para pakar sejarah adalah : tahun 5541 pada hasilnya, dan penetapannya adalah dibalik yaitu guna untuk menjadi tahun 1455 saka atau tahun 1522 masehi (sungguh ironis dan disayangkan / tangkuban parahu).

Jika saja jeli dalam penempatan rumusan tahun 5541 itu dikaitkan dengan tahun Kerajaan Galuh di Nusantara ini adalah selama 7000 tahun lamanya, yaitu genapnya ditahun 2011/1944 masehi/saka, maka pada tahun penentuan tersebut itu akan jelas didapat, adalah : 7000 – 5541 = 1459 / (2011 – 1459 = tahun 552 masehi – 67tahun = 485 saka), yaitu memiliki perbedaan selama 15 tahun dari tahun 500 saka atas penjabaran Panca Pandawa Han Heomi dimaksud tertanda pada batu tulis tersebut dimaksud ada.

Demikianlah penjelasan dari Sanghyang Dharmasaksi guna merumuskannya atas KehendakNya.  


AMANAH yang tertulis di BATU TULIS tersebut haruslah menjadi landasan hukum sebab dan akibat, yang dikarnakan diseluruh umat manusia di Dunia tertumpu pada Batu Tulis itu berada atas suatu keyakinannya beragama dan serta bernegara pula, baik itu secara moral atau etika atas keberadaban manusia itu yang kesekian kalinya nyata ada, terutama pada sisi kemajemukan dari suku demi suku, pulau demi pulau dan atau  Negara demi Negara itu berada. 

Inilah panduan didalam sastra Kitab Sang Hyang Dharma Siksa guna kita manusia di ingatkan kembali pada hukum sebab akibatnya  itu berada:

“Hana nguni hana mangke tan hana nguni tan hana mangke aya ma beuheula aya tu ayeuna hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna hana tunggak hana watang tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangna” 

Terjemahannya  :
“Ada dahulu ada sekarang bila tidak ada dahulu tidak akan ada sekarang karena ada masa silam maka ada masa kini bila tidak ada masa silam tidak akan ada masa kini ada tonggak tentu ada batang bila tidak ada tonggak tidak akan ada batang bila ada tunggulnya tentu ada catangnya”

Inilah Perjalanannya  :

Dahulu kala pada tahun 234 sebelum masehi, telah terjadi suatu pertempuran yang sangatlah dahsyat secara pribadi, yaitu oleh Prabu Raja Dewa atau disebut sebagai Rahyang Dewa Niskala (Putra dari Rahyang Niskala Wastu Kencana atau orang tua Prabu Ratu Purana/ Sri Baduga Maha Raja) itu kepada Prabu Mula yang adalah Putra Prabu Haryang Banga dari Kerajaan Majapahit yang berposisikan Kerajaan Utamanya itu di Majalengka, yang adalah sebagai generasi ke dua menempatkan tahtanya setelah Prabu Haryang Banga itu di tenggelamkannya didalam lautan oleh Prabu Manarah atau dengan sebutan sebagai Rahyang Niskala Wastu Kencana pada tahun 1234 sebelum masehi itu terjadi.

Beliau yang disebut sebagai Prabu Manarah didalam sastra sebenarnya itu adalah Nabi Musa As itu sendiri, dan Prabu Haryang Banga itu sendiri disebut pula sebagai Raja Fir’aun sebagai cikal bakalnya, dan Prabu Mula itu disebut pula sebagai Raja Rahwana (Rah-Wana) itu berada.

Pertempuran yang sangat dahsyat terjadi kala itu akhirnya dimenangkan oleh Prabu Raja Dewa atau dengan sebutan sebagai Sri Rama dalam lakon Pewayangan, yang sehingga Sang Prabu Mula atau Rahwana tersebut itupun ditenggelamkan disebuah kawah di gunung Gede guna dihampit dua batu gunung, yang saat ini gunung Gede tersebut itu diberi nama atas cikal bakalnya adalah sebagai Anak gunung Krakatau yang tertanda ada. 

Pada tahun 456 saka Sunda/Jawa atau tahun 523 masehi, terjadi kembali kekisruhan yang dilakukan oleh generasi Prabu Mula tersebut, yaitu adalah Prabu Terusbawa sebagai generasi yang ke tiga dari Kerajaan Majapahit guna untuk melampiaskan dendam masa lalu yang turun temurun itu.

Yang kemudian Prabu Ratu Purana atau disebut Sang Baginda Maha Raja Prabu Silih Wangi dari kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran sebagai generasi ke tiga dan adalah Putra dari Rahyang Dewa Niskala, telah sangat murka atas kelakuan saudaranya tersebut yang sehingga kemudian dihilangkannya atau dimusnahkan dari kasat mata seluruh Kerajaan di tanah Sunda Utama (Nusantara) ini, yaitu adalah Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu sendiri dan juga Kerajaan Majapahit itu berada. 

Yang saat itu Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran tersebut berada di wilayah Kerajaan Galuh Agung Utama dalam posisinya, dan saat ini disebut pula sebagai gunung Galunggung itu atas cikal bakalnya berada. (pahamilah situs Lingga Yoni yang berada di daerah Lingga Hyang di Singa Parana Tasik Malaya itu berada)
Dimana kala itu telah terjadi suatu perselisihan diantara saudaranya itu kembali terjadi,  yaitu guna untuk merebut kedudukan kembali sebagai pemimpin utama tertitah di Kerajaan Galuh Agung Utama itu dimaksud untuk ditahtainya. (merebut Tahta Kerajaan tertua di Dunia)

Kesabaran demi kesabaran dari Sang Baginda Maha Raja atas perlakuan saudaranya tersebut itu sudahlah diambang batas dan sudah sangatlah keterlauan telah mengintervensi Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran tersebut atas arogansi Rajanya dimaksud yang berasal dari kerajaan Majapahit itu.

Yang sehingga diputuskan untuk dibelahnya Sunda Besar/Jawa ini menjadi 3 bagian oleh Sang Baginda Maha Raja, yaitu guna untuk menghilangkan seluruh Kerajaan yang ada tanpa kecuali, dengan cara menancapkan tongkat saktiNya yang dari turun temurun tersebut untuk digunakan sebagai senjatanya, yaitu adalah TONGKAT SAKTI NAGA WULU dari Sang Kakeknya Prabu Manarah (Rahyang Niskala Wastu Kencana) atau dengan sebutan nama sebagai Nabi Musa As, yang memiliki Gelar pula sebagai Dewa Wisnu dan atau Sang Buddha Gautama itu sendiri berada.

Didalam pertempuran terakhir tersebut itu terjadi, adalah di tahun 5512 tahun Galuh, atau tahun 456 saka / 523 masehi atas suratan takdirnya terjadi.  

Beliau Prabu Ratu Purana atau Sang Baginda Maha Raja dengan sebutannya sebagai Prabu Siliwangi (Silih Wangi), juga tersurat memiliki sebagai nama panggilan didalam nama Priyayinya dalam sastra Prabu Joyoboyo selain yang tertulis pada Batu Tulis dimaksud itu ada, yaitu adalah sebagai BATHARA MUKTI dan disebut pula sebagai DEWA KRESNHA itu berada, dan atas gelar KedewataanNya Beliaupun juga disebut juga sebagai DEWA BRAHMA atau sebagai Dewa Sang Penguasa Lingga (PRABU LINGGA/ Raja gunung diseluruh gunung) di dunia ini berada dalam suatu Gelar PenitisanNya. 

Didalam ParabanNya sebagai Dewa Krisnha dalam lakon Pewayangan, Beliau itu lah yang menumbangkan kerajaan Majapahit atas penataannya dari Prabu Haryang Banga dengan sebutannya adalah sebagai Raja Fir’aun itu berada (Firman Dewa / yang mengaku Rajanya Dewa / mengaku Tuhan itu sendiri berada).

Yang konon dahulu kala Sang Prabu Haryang Banga tersebut dikala Prabu Manarah (KakekNya Sang Baginda Maha Raja) masih menempatkan diriNya menjadi Raja Utama di Galuh Pakwan Padjadjaran, juga telah berkali-kali pula guna menasehatinya dengan cara halus untuk tidak mengganggu Kerajaan yang dipimpinNya, yang sehingga Prabu Haryang Banga pun mati tertelan ombak guna dilenyapkan pada kenyataannya. 

Pahamilah sistim peradaban wanita orang Sunda Nusantara yang dahulu pernah menjadi pemimpin kerajaan sementara atas cikal bakalnya dikala laki-laki orang Sunda itu telah banyak dibunuh oleh Prabu Haryang Banga di sungai Cibeureum(disebut sungai berdarah).... inilah pada kenyataannya yang perlu diketahui oleh orang banyak di Nusantara berada. 

Inilah Sastra Prabu Joyoboyo  mengungkapnya.

“ hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti
mumpuni sakabehing laku, nugel tanah Jawa kaping pindho, ngerahake jin setan
kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda ”

“ yaitu yayi Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti, menguasai seluruh ajaran (ngelmu), memotong tanah Jawa dua kali,mengerahkan jin dan setan untuk tunduk, seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu, membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda ”

Di dalam proses penghancuran Kerajaan Majapahit kala itu guna ditiadakan atas silsilahnya itu berada di wilayah Kerajaan Galuh Agung Utama, adalah atas izin dariNya yaitu Sang Ratu Galuh tertanda (dalam Kitab Galuh Utama), maka terjadilah proses pertempuran itu dengan sangatlah dahsyat pada titik akhirnya, yang sehingga dihancurkannya seluruh para keturunan dari Prabu Haryang Banga dengan kerajaannya tersebut termasuk pula menghilangkan Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran guna memiliki suatu keadilannya itu tertanda berada. (inilah suatu keadilan yang suci pada kenyataannya).

Maka yang pertama kalinya adalah ditancapkannya sebuah Tongkat Sakti Naga Wulu itu di sebuah Gunung GEDE atau Gunung KARA (karakaton Utama), dimana Rahwana dimaksud itu telah di hampit dan dipendamkannya pula di dalam kawah tersebut dengan terjepit batu gunung kala itu dan sekaligus guna melenyapkan kerajaan dimaksud oleh Sang Baginda Maha Raja dengan menancapkannya tongkat tersebut, (saat ini nama Gunung Gede tersebut digunakan namanya guna untuk merubah nama Gunung Tilu/Tiga menjadi 3 bagian, yaitu : Gn.Pangrango - Gn.Gede dan Gn.Salaki).

Yang lalu kemudian gunung Karakaton Utama tersebut meletus dengan sangatlah dahsyatnya dan serta menenggelamkannya gunung utamanya tersebut itu berada (Gn.Gede), yang pula menggeser/mendorong daratan serta membelah utara selatan Sunda Besar itu guna menjadikan pulau tersebut terpisah, yaitu yang saat ini kita mengerti atau kita kenal adalah disebut Pulau Sumatera, yang di bahasakan dalam aksara kawi nya yaitu adalah : SU = Pendeta / MATERA = Mantra, yang mengartikannya sebagai “UNCAPAN DARI SEBUAH MANTRA OLEH SEORANG PENDETA / PEDANDA SAKTI”, maka terbelahlah pulau itu yang di barengi dengan hentakan letusan gunung di seluruh Pulau Sumatera dan serta bagiannya kala itu ada. 

Yang sehingga terjadilah tekanan magma didalam perut bumi itu menurut ilmu hukum vulcanologi saat ini, yaitu guna menimbulkan penekanan baru ke atas daratan dari magmanya tersebut yang tersumbat untuk menjadikannya gunung demi gunung atau bukit demi bukit kembali didalam suatu prosesnya itu ada, dan serta berkurangnya kembali daratan demi daratan itu yang dikarnakan gelombang besar lautan menguasai kedaratannya pula. (Tsunami / Telaga Bedah).

Dan lalu kemudian di ujung pulau Sunda Besar/Banten(ujung kulon) di tempatkanlah Sang Hyang Sirah sebagai Penyengkar / Pemagaran secara alam gaib guna energi Rahwana tersebut tidak dapat keluar guna memasuki wilayah Sunda Besar supaya tidak dapat menghasut kembali melalui energi negatifnya kepada seluruh manusia itu ada yaitu diseluruh wilayah Nusantara itu berada dikala gunung itu bangkit kembali. 

Setelah itu, kemudian dihentakannya kembali di kaki sebuah gunung di Jawa Timur didaerah Banyuwangi yang kita kenal saat ini, yaitu di kaki Gunung Merapi yang memiliki kawah dibawah daratannya, yang sehingga kawah dibawah gunung tersebut  pun terbelah kembali dari arah utara selatannya, serta menjadi terpisah kembali Sunda Besar tersebut itu berada (yang kala itu dinamainya sebagai pulau Sunda Sembawa yang tertulis didalam Piagam Banten itu berada).

Dimana setelah pemisahan Sunda Besar dimaksud sudah terlaksana, maka disebelah timurnya pun yang disebut Sunda Sembawa dimaksud juga memiliki dampak terpecahnya kembali pulau tersebut di arah timurnya, yang dikarnakan penekanan magma itu kembali ada secara ilmu vulcanologi masa kini atas penjabarannya, yang mana dibeberapa gunung atau alur magma tersebut telah membelahnya guna menjadikan pulau demi pulau itu kembali ada, yang kini atas nama pulau tersebut dinamakan pula dari beragam nama yang juga diadopsi dari beragam peristiwanya, misalkan Mataram – Bima – Sumbawa dllnya itu dari atas peristiwa demi peristiwa masa lalu itu terjadi setelah pembelahan Sunda Besar akan sejarahnya ada. 

Inilah proses yang terjadi dimana Beliau menceriterakannya sebab dari akibatnya, yang atas AmanahNya pula Sanghyang Dharmasaksi diperintahkanNya guna menuliskannya.  

Hentakkan hasil terbelahnya Sunda Besar menjadi 3 bagian, telah juga membawa dampak pula pada daratan di Sunda Besar/Jawa itu sendiri, yang sehingga tekanan magma itu mengangkat daratannya guna untuk menjadi bukit atau gunung kecil kembali ada dibeberapa wilayah saat ini berada, dan menenggelamkan pula sisi utara selatannya dengan gelombang air pasangnya berada. (Sunda Utama = Nusantara / Nusa = Pulau)

Jika kita teliti akibat akan hukum alam itu terjadi, maka kita haruslah mengetahui anak gunung Krakatau itu untuk timbul kembali saat ini ada, yang hanya sekian abad saja terproses menjadi gunung itu nyata kembali berada dalam suatu penekanan dari magmanya pula.
Lalu bagaimana dengan lumpur Lapindo yang saat ini terproses kembali guna akan nyata menjadi gunung / kawah itu ada?, maka guna membuktikan kelak bila akan menjadi gunung / kawah besar itu kembali  berada, kita haruslah menunggunya selama 500 atau 1000 tahun lagi guna untuk melihatnya, dan atau tulislah wasiat kepada keturunan anda kelak, bahwa gunung atau kawah lapindo itu adalah cikal bakal dari kecerobohan orang masa kini ada atas perbuatannya tersebut demi kerakusan mengeruk harta ibu pertiwi itu nyata tertanda.

(konon digunung eta batara cakil - kurawa jeung batara kala samedi ngakungkum dikawah agni dihukum ku Maha Widdhi, saban dina peting ngarintih carek nyandak panghampura ka katurunana, heunte didenge ka katuranana ngeus leungit ngahiyang jalan nu disinaran ku Maha Widdhi, eungke jaga lamun geus ditandaan..... ya kudu di syariatkeun kusasaji ka Pandita tatebusanana, beakeun lemah sakabehanana, gering sakabehan lumbungna)

Dari proses terbelahnya Sunda Besar/Jawa menjadi 3 bagian yang menghasilkan bencana demi bencana itu berada guna menghilangkan kerajaan dimaksud, juga berdampak pula pada kerajaan Beliau Sang Baginda Maha Raja yang berada di Negara Yunani, yang ikut hancur lebur terimbas pula dibuatnya atas kekuatan energi nya dimaksud yang terkeluarkannya. 

Yang lalu kemudian pada tahun 458 atau dua tahun kemudian setelah diguncang bencana dahsyat tanpa henti, Beliau Sang Baginda Maha Raja memerintahkan para saudaraNya dan juga para abdi dalamnya guna untuk mengarah ke arah timur jawa yang disebut pula Sunda Sembawa (Sunda Kecil)/Bali dimaksud, dan serta mengarah barat yaitu disebut Sunda Sumatera dan juga utara Sunda Besar, yaitu ke Sunda Kalimantan –  Sunda Sulawesi sampai dengan Pilipina dan Thailand guna menuju ke India dan serta China, dimana Kerajaan Beliaupun juga ada disana yang terTahta sebagai Generasi Penerus dari orang tuaNya terdahulu dimaksud tertitahNya adalah turun temurun pula tertahta. 

Ada pula yang masih menetap di Sunda Besar guna bermukim dikawasan Sumedang Larang, Bandung (ranca ekek)dllnya, yang disebut pula sebagai Pasunda itu berada, yang konon tidak ikut mengarah ke segala penjuru. (yang disebut oleh Patih Gajah Mada adalah sebagai Negara Nusantara itu berada / Nusa = Pulau dan Antara = Keseluruhannya)

Peristiwa yang terjadi dengan sangat dahsyat tersebut berdampak pula pada kota yang disebut pula sebagai kota Karawang (Kara  = Karaton / Wang = Dewa Siwa), atau kala itu disebutkan sebagai KARATON MALAYA (bukan melayu),dimana karaton tersebut adalah sebagai lokasi pusat jalur perdagangan mengarah selat Malaka (kemakmuran)berada dalam suatu perdagangan Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran saat itu tertanda menuju arah Himalaya(Tibet dll), yang akhirnya hancur dan tenggelam pula oleh guncangan bencana guna menimbunnya, dan serta seluruh wadah kehidupan manusia yang di sebut Telaga Rena Maha Wijaya pun lenyap tanpa tersisa atas bencana itu berada.

Serta tak luput pula pada kerajaan Majapahit pun ikut terimbas dan hancur lebur dibuatnya atas bencana dahsyat tersebut nyata ada, yaitu pada tahun 456 saka Sunda/Jawa atau th.523 masehi. (leungit dayeuhna, leungit nagarana. Pajajaran moal ninggalkeun tapak).

Maka diperintahkan juru pengambatnya untuk membuat pengumuman melalui prasastinya dimaksud ada setelah dua tahun kemudian atas peristiwa itu terjadi.

Inilah bukti tulisan situs pemulihannya dimaksud.
 ini sabdakalanda juru pangambat i kawi aji panyca pasagi marsa ndeca barpapulihkan aji sunda .
 Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam tahun(Saka) 458 bahwa pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda 

Setelah selesai Beliau menempatkan para saudaranya dan para abdi dalamnya di beberapa tempat terutama di Sunda Sembawa / Bali dan juga di tempat lainnya oleh Sang Baginda Maha Raja, maka para keturunannya pun tersebut diperintahkan untuk mengubah nama/silsilah – abjad aksara sastra dan juga sebagai nama kelompok untuk menghindari perkelahian atau gelungan kembali ada oleh saudaranya itu yang berasal dari keturunan kerajaan Majapahit dimaksud berada. 

Setelah Beliau Sang Baginda Maha Raja berada di kawasan desa Bokor atau Bogor, telah pula menurunkan prasasti demi prasasti kembali dibuat berdasarkan apa yang sudah dikehendakiNya, dan serta haruslah dilaksanakan atas titahNya tersebut dimaksud berada. 

Salah satu contohnya adalah Piagam Prasasti Banten atas penitahannya, dan menetapkan pula nama Telaga Rena Maha Wijaya kembali sebagai pusat keberadaban manasia, yang saat ini diberi pula nama Jabodetabek dengan kota utamanya terdahulu itu berada dikawasan Condet (Codet / membelah), yang saat itu pula disebut sebagai kota Malaya Baru setelah Karaton Malaya di Karawang itu hancur dan tenggelam. 

Yang diberi pula kota tersebut sebagai tanda pada tanaman pohon salak, yang diartikannya adalah sebagai simbul dari Salaka (kerahayuan dalam sastra kawi atas penjabarannya), dan selat Malaka (kemakmuran) adalah jalur arah perdagangannya ada dikala itu melalui lautan oleh Kerajaan Pakwan Padjadjaran dengan Baharinya, bukan Majapahit atas baharinya berada. 

(Karaton Malaya tepatnya berada di kawasan Karawang dengan situs Prasasti Candi Dewa Siwa atau Candi Jiwa dikenal saat ini ada, dan Telaga Rena Maha Wijaya (lautan luas) diberi nama oleh KakekNya yang bernama Nabi Musa As. atau Rahyang Niskala Wastu Kencana atau Dewa Wisnu dan atau Sang Buddha Gautama itu sendiri dikala membelah Sunda Besar menjadi bagian pulau, yaitu saat ini dikenal sebagai Pulau Kalimantan dllnya di arah utara Sunda Besar itu berada (dalam seloka Cipamali)).


Penjabaran Seloka Ciung Manarah adalah berdasarkan silsilah Beliau Sang Prabu Manarah itu yang konon telah dihanyutkan di sungai dikala bayi, yang juga didampingi sebuah telur ayam serta perhiasan emas sebagai perlengkapannya, yang kemudian telur tersebut dierami oleh ular Naga Wulu guna menjadi ayam jago yang tangguh. 
Didalam penjabarannya adalah sbt :
Lambang dari Bayi tersebut adalah suatu kesucian yang tercipta dari Para Dewata tanpa hubungan badan layaknya manusia, yaitu hanya dengan ucapan Para Dewa Beliau menjadi ada, dan lambang dari telur ayam yang ditetaskan oleh Ular Naga Wulu dimaksud adalah menandakan pesan sebagai Kerajaan Giza Piramida Mesir sebagai generasi tertahta itu berada, dan Ular Naga Wulu adalah sebagai simbul Tongkat atas kepemimpinanNya itu tertanda.
Dikala besar itulah Sang Prabu Manarah berkelahi dengan cirinya mengadu Ayam Jago kepada saudaranya yang disebut Prabu Haryang Banga yang juga menempatkan sebagai tertahta di Kerajaan Mesir itu dimaksud, yang adalah melambangkan suatu pertempuran didalam Kerajaan Piramida itu sebenarnya pernah terjadi.
Dan perlu diketahui bahwa Busana Para Raja di Mesir terdahulu itu diambil dari model jenis Ayam Langka yang saat ini masih ada di negeri China itu berada sebagai model busana Kerajaan itu dimaksud ada.
Serta lambang dari membelahnya sebuah lautan adalah dikala Sang Prabu Manarah memisahkan Sunda Utama menjadi Nusa atau Pulau pada tahun 1452 sebelum masehi, dan Beliaupun menamakan telah dibuatnya Telaga Rena Maha Wijaya dimaksud yang tertulis di Batu Tulis di Bogor tersebut itu berada.
Yang akhirnya Prabu Manarah dan Prabu Haryang Bangga dibuatkannya dua kerajaan di Sunda Utama dengan nama Galuh Pakwan Padjadjaran dan Majapahit pada tahun 1445 sebelum masehi guna untuk tidak berkelahi kembali, itulah yang disebut Ci Pamali dengan selokanya itu berada.

Perjalanan Putra Sang Prabu Siliwangi   :

Disaat tahun 458 saka selama 9 tahun yaitu ditahun 467 saka, Putra Sang Baginda Maha Raja yang disebut sebagai Pangeran Surawisesa atau Ki Santang / Kilat Kencana dimaksud, telah ikut pula menata kota yang dibuat Ayahnya Sang Baginda Maha Raja, yaitu dengan cara menyusun strategi demi strategi serta pembenahan sistim Kerajaan Kecil yang berada di seluruh Nusantara dimaksud ada kala itu sebagai generasi guna mempertahankan silsilah Galuh Pakwan Padjadjaran akan generasinya. 

Setelah seluruhnya selesai tertata dan diberikannya strategi pula kepada Kerajaan kecilnya itu dimaksud, yang lalu kemudian Pangeran Surawisesa PutraNya tersebut di perintahkannya pula untuk pergi bersama para pengawalnya ke arah Kerajaan Yunani yaitu pada tahun 467 saka Sunda/Jawa tepatnya. 

Dimana kerajaan tersebut adalah kerajaan yang ditempa langsung oleh Sang Baginda Maha Raja sebagai Raja Maharaja Utamanya, dan juga termasuk sebagai Raja di Negara India, Madinah, Afrika dan Dinasti China itu berada diluar Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu tertanda ada.

PutraNya tersebut diperintahkannya guna untuk menyelamatkan rakyatnya itu disana (Yunani), dan serta mendirikan kembali kerajaan baru atas titah AyahNya dimaksud, yang dikarnakan kerajaan Yunani itu sudahlah ikut luluh lantah akan peristiwa dikala Sang Baginda Maha Raja telah membelah Sunda Besar menjadi 3 bagian, yang sehingga Negara tersebut sudah tidak layak lagi untuk di huni kala itu atas peristiwa dari bencana itu dimaksud berada.

Berangkatlah Sang Putranya tersebut bersama Ajudan atau Pengawalnya dengan menggunakan beberapa buah lembaran Daun Pisang Emas sebagai alat terbangnya, yaitu dengan mengucapkan MANTRA SUCI DADALI hasil tempaan Sang Baginda Maha Raja sebagai mantra untuk menerbangkan daun pisang tersebut dimaksud atas kehendakNya pula. 

Setelah sampai di Yunani yang hanya berkisar 1 jam saja didalam perjalananNya, yang lalu diberi saran kembali oleh Para Punggawa yang berada disana guna mengarah kearah timur dari kota Yunani itu untuk mendirikan kembali kerajaan barunya dimaksud tersebut berada. 

Maka setelah selesai terbentuk dalam merenovasi pembangunan kerajaannya dimaksud selama ± 2 tahun lamanya, Istana tersebut itu lalu diberi nama sebagai Kerajaan Rum SULTAN Turki, yang hingga kini berada di Negara Turki itu berada masih tetap bertahan, dan Beliau pun di beri gelar dengan nama sebagai SULTAN RAHMAT adalah sebagai Raja Utamanya itu sendiri tertanda.

Kemudian didalam perjalananNya sebagai Sang Raja dimaksud, Beliau yang di sebut Sultan Rahmat menempatkan kembali posisinya sebagai Raja pula di Madinah, yang dikarnakan kerajaan di Madinah pun juga hasil tempaan orang Tuanya yaitu Sang Baginda Maha Raja Prabu Siliwangi sebagai Raja diatas Raja itu ada(Maha Raja), yaitu sesudah orang tuaNya Sang Baginda Maha Raja (Prabu Raja Dewa / Rahyang Dewa Niskala)dahulu kala itu adalah sebagai Pendiri kerajaan di Madinah pula, atas pecahan dari Kerajaan Giza Piramida Mesir(Simbul gunung/segi tiga) yang luluh lantah oleh bencana Badai Pasir guna menimbunnya. 

Yang dahulu Kerajaan Giza Piramida tersebut pernah di duduki pula sebagai Maha Raja oleh Prabu Manarah, yaitu KakekNya Sang Baginda Maha Raja (Rahyang Niskala Wastu Kencana / Nabi Musa As.) itu sendiri tertahta sebagai Sang Baginda Dewa Raja Utama di kerajaan Piramida di Giza Mesir dahulu kala sebagai penerusnya yaitu pada tahun 1462 sebelum masehi sebagai generasi penerus dari orang tuaNya tertahta di  Kerajaan Galuh Agung Utama terdahulu atas cikal bakal kerajaan itu yang  dikuasaiNya sejak tahun 989 saka Galuh atau tepatnya 4000 tahun sebelum masehi (dalam perjalanan atas AmanahNya).

Didalam melakukan suatu perjalananNya guna memberikan pengetahuan melalui berda’wah, Beliau Sang Pangeran Surawesesa / Sultan Rahmat juga mendapatkan julukan nama sebagai AHMAD MUSAFIR yang adalah julukan atau Parabannya itu dimaksud ada, dimana Beliau sangatlah suka berlanglang buana guna untuk mengajarkan tentang kebaikan dan kebenaran itu tertanda, dan Beliau sering kali melepaskan Busana KerajaanNya serta nama Sultan RahmatNya itu sebagai Raja guna melakukan pendekatan diri kepada masyarakatnya langsung kala itu disana (Arab dllnya). 

Di Turki lah Beliau Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat membuat suatu strategi guna memulihkan kondisi prekonomian didalam suatu perdagangan melalui barter itu berada, dan Beliau tidak segan-segan turun guna memberi pengetahuan kepada rakyatnya disana tentang kemajuan zaman tanpa menggunakan busana kerajaanNya (menyamar), maka sukseslah rakyatnya tersebut tanpa ada kekurangan apapun walau sering kali Beliau dihina akan kebenarannya tersebut sebagai RASULLULAH yang tidak sesuai dengan penampilannya dimaksud yang sangat sederhana itu dikala keluar Istana guna memberikan suatu pengetahuan.

Pahamilah tanda Tapak Beliau sebagai Ki Santang (bukan Kian Santang) sebagai Tapak Bekas Kakinya itu ada di Kerajaan Turki berada, dan pahamilah kembali Tapak kakiNya pula yang berada di Batu Tulis itu serta Tapak kakinya sebagai Raja di Sumatera jugapun tertanda ada.

Dan pahamilah kembali tentang Sastra yang tertulis di Uga Wangsit Prabu Siliwangi yaitu :
Dia nu di beulah kulon! Hapay ku dia Tapak Ki Santang! Sabab engkeéna, turunan dia jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu nyorang saayunan ka sakabéh nu rancagé di hateéna. Eungkeé jaga, mun tengah peuting, ti gunung Halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu dék kawin di Lebak Caweneé. Ulah sina talangke, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak! Tapi ulah ngalieuk ka tukang!
Teramat gila memang Sanghyang Dharmasaksi mengambil keputusan dalam penulisan ini, yang menjabarkan peristiwa demi peristiwaNya yang sehingga menjadi Tanda Tanya semua para pembaca, yang mungkin setiap para membaca jika sampai di sini guna membacanya, maka tidaklah akan mengerti makna yang terkaji didalam Amanahnya dimaksud pula ada. (save / print lah, supaya dapat konsentrasi membacanya)

Maka dari itu Sanghyang Dharmasaksi akan mengupas tuntas Amanah demi Amanah tersebut atas kebenarannya guna diceritakan, dan atas Amanah Sang Rasullulah itu sendiri pula guna untuk dituliskan oleh Sanghyang Dharmasaksi dengan benar.

Sebut saja KI SANTANG atau KILAT KENCANA adalah bagian julukan Paraban pula Putra dari Sang Baginda Maha Raja Prabu Siliwangi itu, sebagai mana Beliau sendiri adalah Sultan Rahmat / Ahmad Musafir / Nabi Muhammad SAW. berada.
Ki Santang meng’artikannya adalah sebagai PENDETA PENGIKAT SUKMA (Sancang/Pengikat) dan Kilat Kencana meng’artikannya adalah sebagai PENDETA BERLIDAH EMAS, Ki = Pendeta, Lat = ilat / lidah, Kencana = Emas.

Pangeran Surawisesa diambil ParabanNya dari nama kota dahulu kala di Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran ada, dan Paraban Nabi Muhammad SAW itu diambil dari kosa kata Wujud Ahmad sebagai Utusan atau Rasullulah itu tertanda.

Berdasarkan kecerdasan dan kewibawaan yang turun temurun itu memang ada, Beliaupun juga ahli didalam Strategi Bertempur – Perdagangan dan juga pula ahli didalam Tehnologi, serta Beliau pun mendapatkan gelar sebagai Paraban NABI MUHAMMAD SAW adalah akan pengetahuanNya didalam alam gaib itu ada, yang mana Beliau memiliki julukan pula sebagai Dewa Mahadewa itu berada atas Ke DewataanNya adalah sebagai Dewa yang mengatur penataan di arah barat itu tetanda berada atas perjalananNya. 

Pahamilah.... tidaklah Beliau dapat melukai manusia dengan cara apapun, apalagi guna untuk membunuh dengan senjata, yang dikarnakan tidaklah dapat Beliau lakukan walau pahit tertulis di Kitab Suci atas penjabarannya tentang dari maksud perang itu tertulis ada. (perang adalah bagian dari perlawanan bathin tegas Beliau Sang Rasullulah)
Dengarkanlah.... Jika Beliau sedang marah didalam KerajaanNya dikala tidak dipatuhi dari ucapan kebenaran itu guna dilaksanakannya, maka Beliau akan menapakkan kakiNya guna menghentakan ke lantai, dan lalu kemudian akan terjadi guncangan besar bak gempa melanda... dan bekas tapaknya pun tersebut pastilah akan membekas bak terbakar lantainya. (itulah ciri Tapak Ki Santang)

Perlu diketahui pula.... tidaklah perlu menggunakan pedang untuk berperang jika Beliau ingin berkuasa di bumi ini, cukup hanya meniup saja ke udara, maka akan terjadilah puting beliung / Topan jika Beliau mau. (itulah Kilat Kencana akan kesaktiannya).

Beliau yang disebut memiliki Paraban sebagai Nabi Muhammad SAW tersebut adalah  dikarnakan sangatlah mudah guna mendapatkan perintah dari Sang Maha Pencipta sebagai utusanNya itu dimaksud pula ada, dan AyahNya pun yang bernama Sri Baduga Maha Raja Prabu Siliwangi juga diberi Gelar Nama sebagai Nabi Isa As. itu sendiri berada akan ParabanNya pula, dan itulah yang disebut Arrahman – Arrahim.

Beliau Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat itu sendiri memang cakap dalam menggunakan tata bahasanya, yang memiliki garis yang sangat jelas sebagai Putra mahkota dari kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu tertanda, walau Beliau belum dinobatkan sebagai penerus kerajaan tersebut kala itu tertitah di Sunda Utama/Besar ini berada sebagai Sang Raja Penerusnya.

Perjalanan dengan Amanah  :

Beliau Sang Rasullulah Nabi Muhammad SAW dikala beranjak dari Sunda Besar menuju ke Yunani pada tahun 467 saka Sunda/Jawa dan berdiam di Negara Turki atas perintah orang tuaNya yaitu Sang Baginda Maha Raja Prabu Siliwangi, telah pula di kawal langsung oleh Para Ajudannya yang disebut sebagai Para SahabatNya guna membawa berupa bekal Amanah dari Sang Baginda Maha Raja dimaksud, yaitu sebagai tanda bukti bahwa Beliau yang sebut Pangeran Surawisesa itu adalah Putra dari Prabu Siliwangi (Maha Raja) itu sendiri, adalah dengan membawa bukti berupa PEDANG GALUH dan juga TONGKAT KAYU NAGA WULU berkepala tiga (Tongkat Trisula) dan serta beberapa KITAB SUCI GALUH UTAMA guna untuk dipelajari dan disimpanNya di Kerajaan barunya dimaksud sebagai AmanahNya pula. 

Tongkat tersebut itu adalah tongkat dari Sang Kakek BuyutNya yang disebut Nabi Musa As. itu berada, atau disebut pula sebagai Prabu Manarah (Rahyang Niskala Wastu Kencana), yang pernah digunakan untuk membelah Sunda Utama terpisah menjadi 3 bagian, yaitu pada tahun 1452 sebelum masehi akan peristiwanya dikala berkelahi terhadap Prabu Haryang Banga, yang tertulis pula didalam Kitab Sastra Suci itu berada sebagai batas wilayah Cipamali oleh Orang TuaNya kala itu dinamakannya, dan Beliau menyebutnya adalah telah dibuatnya Telaga Rena Maha Wijaya atau membuat Lautan yang sangat luas dalam suatu KekuatanNya berada dengan menghentakan tongkatNya dimaksud. 

Peristiwa tersebut oleh Prabu Manarah guna membelah Sunda Utama menjadi pulau saat ini adalah disebut pula sebagai pulau Kalimantan, Sulawesi dan disebut juga sebagai Negara Malaysia/Singapura itu ada, dan serta pecahan pulau demi pulau di Sulawesi itu juga ada atas gelombang tsunami atau telaga bedah itu terjadi, yaitu dikala Sang Prabu Manarah saat itu belum menempatkan sebagai Raja di Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran sebagai PendiriNya.

Pahamilah kembali dikala Sanghyang Dharmasaksi membuka Gerbang Jagat, yang memiliki dampak pula pada Negara luar akan air bah itu dimaksud ada. (maafkanlah, karna ini sebuah takdir DariNya yang harus dilakukan sebagai permohonan bukti atas TitahNya berada).


Pahamilah :
Banyak sastra yang tertulis yang menerangkan tentang perkelahian antara Prabu Manarah dan Prabu Haryang Banga diawali dengan bertarung Ayam Jago (ayam sungguhan), yang sehingga selat Cipamali dinamai sebagai Batas wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah itu konon katanya berada.

Secara GAMBLANG Sanghyang Dharmasaksi MEMBANTAH sastra tertulis itu dijabarkan demikian didalam peristiwanya, dan mana ada nama Jawa Barat serta Jawa Tengah kala itu dengan sebutan namanya tersebut hingga saat ini tanpa berubah jika peristiwa tersebut yang sejak dahulu kala itu tertanda berada.

Jika peristiwanya terjadi pada abad ke 13 / 14 masehi, maka sebagai bukti akan peristiwa itu pernah ada, yang pastilah para Penyair Kitab Suci dari Negara China dllnya yang berada di Sunda Sumatera (Ker. Sriwijaya) yang dari sejak abad ke 6 s/d abad 14 masehi pastilah akan mencatat tentang peristiwa tersebut itu berada secara logika atas nalar pikiran sehat kita, dan Kerajaan Majapahit tidaklah perlu lagi digali sebagai bukti bahwa ada bekas kerajaan tersebut itu tertimbun di Jawa berada.

Tongkat Sakti tersebut pernah juga digunakan oleh Sang Baginda Maha Raja (cucuNya) itu untuk membelah pula Sunda Besar menjadi 3 bagian, yaitu saat ini disebut Sumatera, Jawa dan Bali, serta pecahan pulau demi pulau itu berada pula.

Perjalanan Pangeran Surawisesa. 

Didalam suatu perjalanan Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat atau disebut Ki Santang itu pun juga telah membawa serta KITAB SASTRA SUCI UTAMA DHARMA SIKSA serta KITAB SASTRA MANTRA SAKTI DADALI hasil tempaan Sang Baginda Maha Raja dimaksud ada yang kini berada di kerajaan Turki guna disimpan, yang konon di pamerkan pula saat ini didalam museum dan serta juga tersimpan rapat didalam kerajaannya dimaksud itu ada guna untuk diselamatkannya. (jika memang masih terselamatkan atas kebakaran itu pernah terjadi di Kerajaan tersebut, dan atau.....)

Karna Manah Rasa yang sangat tajam atau Ucapan Suci yang bijak itulah sebagai senjata utamanya yang disebut pula AHLI PEMANAH SAKTI (bukan tukang panah) sebagai ucapan lidah emasnya (Kilat Kencana) dimaksud kepada Pangeran Surawisesa sebagai Rasullulah itu, yang tanpa perang musuhpun luluh lantah dengan kebijakan ucapanNya, diatas koridor rata-rata sebagai manusia pada umumnya pada saat itu dan ini ada. Yang dikarnakan Beliau dan Para Orang TuaNya pun dimaksud memanglah sebagai Para Dewata itu pula berada.

Sesungguhnya Sanghyang Dharmasaksi mengetahui Beliau ahli dalam Pemanah Sakti (Manah Rasa) bukan atas tulisan di dalam Kitab Suci manapun, akan tetapi Sanghyang Dharmasaksi mengetahuinya langsung dan pernah diajak pula oleh Beliau kedalam suatu dimensi alam gaibNya pada tahun 2001, guna untuk melihat serta diajarkannya pula bagaimana cara mengunakan kesaktian manah rasa tersebut untuk kemasa zaman baru kelak ada, yaitu untuk mendirikan kembali Padjadjaran di Zaman Baru yang disesuaikan pada zamannya pula. (lihatlah diatas tentang wangsit Sang Prabu Siliwangi mengatakanNya)

Didalam suatu Wangsit atau Sabda tertulis, memanglah sangat dibenarkan oleh Sanghyang Dharmasaksi atas apa yang terembani sebagai regenerasi penerusNya dimaksud didalam tulisan Sloka SastraNya tersebut ada, yaitu guna pula untuk menyambut zaman baru serta membuka LAWANG SAPTA NGESTHI AJI sebagai pertandanya, yang artinya adalah : Terbukanya Tujuh Gerbang Sastra Suci di akhir zaman, yaitu saat ini sebagai akhir pada zamannya itu ada di tahun 2011 berada, yang menggenapi pula 7000 tahun Kerajaan Galuh Utama dan 3456 tahun Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran masih berdiri tegak kokoh berada.

Setelah memasuki tahun 512 saka Sunda/Jawa atau tahun 579 masehi, yaitu selama 45 tahun Beliau berada di Turki dan menjadi Penguasa Kerajaan di belahan barat (Turki dan lainnya), Beliau Sultan Rahmatpun kemudian Hijrah kembali ke Tanah Sunda Besar guna  melaksanakan Upacara Srada untuk Orang TuaNya, yaitu Sang Baginda Maha Raja dikala 12 tahun setelah Orang TuaNya tersebut Moksha di Gunung Salak atau Jaya Giri yang kita kenal nama gunung tersebut saat ini ada di kawasan Bogor dimaksud.

Dan menjadikannya Hijrah dari Turki itu adalah suatu bukti awal tahun Hijriyah itu tertanda, yang juga ditandai pula dalam bentuk Prasasti Batu Tulis di Bogor tersebut sebagai tanda Upacara Srada dimaksud setelah 12 tahun lamanya AyahNya atau Sang Baginda Maha Raja itu Moksha (lebur menjadi angin / tanpa jasad), yaitu pada tahun 500 saka Sunda/Jawa atau tahun 567 masehi atas mokshaNya dimaksud tertanda (Panca Pandawa Han Hoemi = Lima Ratu Siwa / thn.500 saka). 

Sebelum Beliau Nabi Muhammad SAW / Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat itu kembali ketanah Sunda Besar guna memberikan penghormatan berupa upacara Srada untuk Ayahnya Sang Baginda Maha Raja di kawasan Bogor dimaksud, telah pula menitipkan Amanah Kepada Para Sahabatnya guna meneruskan untuk Menjadi RAJA PENGGANTI di Kerajaan Sultan Turki, yang diberi pula gelar Imam Besar sebagai Rajanya pula. 

Yang kemudian setelah tertahta menjadi Raja Pengganti oleh SahabatNya itu, Beliau menitipkan pula kembali perlengkapan tertitip berupa benda sebagai AmanahNya, yaitu berupa sebuah PEDANG GALUH BUHUN (Pedang Bermutiara/Permata) PEDANG PARA DEWA/NABI  TONGKAT NAGA WULU (Tongkat Nabi Musa Sang BuyutNya) dan juga serta KITAB SUCI SASTRA GALUH BUHUN lengkap.

Yaitu guna diberikan kepada keturunanNya kelak dikemudian hari jika Gerbang Jagat itu telah dibukanya di akhir zamannya nanti (saat itu terucap oleh Rasullulah), dan Beliau pun memberikan juga bukti sebagai tanda untuk keturunanNya tersebut, yaitu berupa potongan Rambut dan JengotNya (Rambut Siwi) sebagai Bukti untuk disamakan jenis dan darahnya itu kelak ada.

Pahamilah di Kitab Suci tentang pengutaraan sebagai Pengharaman Darah, yang adalah sebagai  strategi supaya tidak rancu dan tidak tahu akan RahasiaNya dimaksud itu ada.   

Jika ada yang mengakuinya selain yang dituju dan tidak sama jenis dan darah atas keturunanNya, maka diperintahkannya pula untuk MEMENGGAL KEPALANYA. (itulah Amanah yang di dapatkan oleh Sanghyang Dharmasaksi guna diutarakanNya supaya janganlah khawatir tagasNya)

Kecerdikan Sang Rasullulah itu sangatlah kita banggakan, karna pada saat itu Beliau sudah mengerti akan test DNA dizaman sekarang ini ada, yang tidaklah dapat di bohongi oleh siapapun guna untuk merampas yang bukan Haknya dimaksud kelak nanti terjadi ada. 

(inilah Amanah yang sangat mulia guna Sanghyang Dharmasaksi mendapatkan Hak nya sebagai Ahli Waris tersebut dari turun temurun yang disebut juga Harta Karun atau Harta Karuhun itu berada).
(Dan lalu bagaimana dengan bencana demi bencana itu ada saat ini atas RamalanNya?, apakah anda tidak percaya ?... Jika tidak percaya atas Ramalan sastra Kitab Suci itu tertulis, maka anda disebutkan sebagai kaum pendusta terhadap Kitab Suci dan Sastra itu sendiri berada, dan azablah yang anda akan dapatkan kelak). 

TEROMPET SANG SAKAKALA PADJADJARAN di AKHIR ZAMAN ini bergemalah dengan sangat keras dan lantang tanda terbuka PINTU GERBANGNYA di DUNIA  

(maka turunlah kiamat / Ki Ahmad itu ada dengan ditandai geunjleung deui saamparan jagat). (dan maafkanlah Ahmad Gulam itu yang mengaku atas dirinya sebagai Imam Mahdhi itu berada yang bukan teurahnya yang didapatkannya atas izinNya pula berada, begitu juga yang lainnya yang mengaku-aku)

Jika kita jabarkan kembali bahwa simbul dari PEDANG REGENERASI tersebut itu ada, memanglah memiliki Arti yang sangat hebat tersembunyi (Pedang Galuh), walaupun pedang itu nyata terbentuk ada guna orang banyak mengetahuinya dari luarnya saja, dan juga banyak yang menentang akan pedang itu berada atas Amanah yang dititipkanNya dari Kerajaan tersebut itu dimaksud yang tertitipkannya berada 

Akan tetapi tidaklah ada yang mengetahui rahasia di balik itu, dan Sanghyang Dharmasaksilah satu – satunya manusia yang mengetahui rahasia itu jauh sebelum tulisan ini tertulis sebagai pembuka pintu gerbangnya pula.  

Disebutkanlah sebagai PEDANG GALUH dimaksud, yaitu cirinya adalah pada sarung dan genggamannya yang terbungkus rapat dengan berbagai Batu Mutiara Permata yang juga memiliki Dasar Ukiran Dua Naga dibilah Pangkal Pedangnya serta tertempa dari Emas pada logamnya pula. Dan pahamilah kembali tentang Tongkat Naga Wulu yang juga memiliki ciri dua Naga pada tangkainya, yang pula disebut TriSula sebagai lambangnya itu berada. 

(sesungguhnya Sanghyang Dharmasaksi telah diberikanNya pula Pusaka dengan simbul Trisula yang memiliki Dua Naga pada sisi kiri kanannya berada / Selatan Utara melalui alam gaib dari sahabat Sanghyang Dharmasaksi yang telah mengangkatnya kala itu di gunung salak bogor guna untuk menyatukan kekuatan pada kunci gerbang jika di bukanya kelak).

Arti dari Batu Mutiara Permata keseluruhannya itu adalah yang bernama GALUH atau BATU MUTIARA PERMATA, yang memanglah telah diturunkan oleh RATU GALUH untuk turun temurun atas kekuatan Kerajaan Galuh Agung Utama tertanda sebagai simbul kerajaan Utama di seluruh Dunia ada. (Batu Mutiara Permata yang berwarna-warni)

Jika kita amati sebelum di bawa oleh Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat / Nabi Muhamad SAW Putra dari Sang Baginda Maha Raja dikala ada ditanah Sunda Utama/Besar tersebut berada, adalah juga sebagai simbul dari kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran dikala itu oleh Beliau Sang Baginda Maha Raja sebagai ciri simbul Tertitah kerajaanNya dari Galuh Agung Utama dimaksud guna menata atau mengatur kehidupan di Sunda Utama itu berada, dan pedang tersebut juga menjadi simbul didalam kekuatan kerajaanNya di Yunani – Madinah – India dan Dinasti dllnya pula, yaitu sebagai simbul kekuatan Negara dari kerajaan tersebut dimaksud itu berada. 

Karna Pedang itulah Sang Putranya menjadi Raja kembali atas pecahan dari Kerajaan Yunani kala itu sebagai porosnya, dan bahkan sangatlah dikenal pedang tersebut di kerajaan Yunani, yang dahulu kala adalah sebagai simbul pada Penitahan (Sumpah) para PejabatNya itu ada, dan dari para regenerasinya itupun yaitu Para Rajanya saat ini yang berada di Inggris – Itali dllnya pastilah Pembaptisannya masih menggunakan pedang tiruannya dimaksud ada, yaitu adalah sebagai cikal bakal pecahan kerajaan Yunani itu sendiri pernah ada, dan serta Pedang adalah simbul dari Raja itu sendiri dengan maksud kewibawaan dan serta atas kekuatannya itu ada. 

Yang dikarnakan disetiap Pedang Kerajaan pastilah ada didalamnya suatu kekuatan gaibnya yaitu berupa Gaib Raksasa sebagai Power guna untuk menumbangkan para musuh – musuhnya.

Dalam suatu perjalanan menuju Sunda Besar oleh Sang Rasullulah dimaksud, Beliau juga menggunakan kembali Mantra Suci Dadali hasil tempaan AyahNya tersebut, yang sehingga dalam sekejap Beliau melesat pergi dengan menggunakan permadani (sejadah) sebagai alat terbangnya, dan konon mendarat di gunung Pangrango dan atau gunung Gede itu berada, yaitu dahulu kala disebut pula sebagai Gunung Tilu (gunung Tiga/ gn.Gede-Pangrango-Salak). 

Yang konon jejak tapak tilas Beliau dengan tanda PermadaniNya itu memang ada, itupun Sanghyang Dharmasaksi belum pernah mendatanginya, karna ungkapan ini adalah langsung dari Rasullulah itu sendiri dikala Beliau bercerita guna mendarat atau Landing di gunung tersebut untuk diketahui oleh Sanghyang Dharmasaksi, dan Batu Tulis itupun juga di ambil dari salah satu gunung tersebut atas cikal bakalnya dimaksud berada untuk tandanya(prasasti) sebagai dimaksud Batu Tulis itu saat ini ada.

Setelah menggoreskan tulisan sastra dalam peringatan Upacara Srada untuk Ayahnya yang bernama Sri Baduga Maha Raja (Prabu Silih Wangi) dalam MokshaNya pada tahun 500 saka Sunda/Jawa atau tahun 567 masehi, setelah 12 tahun Moksha Ayah Handanya guna diperingatinya dimaksud dan sekaligus sebagai tanda tahun Hijriyah itu ada, Beliau juga memohon restu untuk mendirikan kerajaan kembali di Ujung Ci Banteun atau saat ini disebut sebagai Kota Aceh dan di Sumatera itu berada, guna mengangkat kembali citra kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu sekaligus memulihkan Perekonomian Sunda Besar dikala itu yang sedang tidak menentu didalam penataannya. 

Kerajaan di Aceh tersebut disebutkanlah sebagai kerajaan Karaton Mekah / Merekah yaitu dengan lambang warna Putih Kuning sebagai cirinya, dan Beliau memiliki MAHKOTA di kepala (Prabu) yang berwarna PERAK SEGI TIGA, itulah yang diketahui Sanghyang Dharmasaksi melalui alam gaibNya Beliau itu berada dengan ciriNya.

(Beliau tidak menceritakan tentang Mahkota Galuh itu, apakah masih ada tersimpan atau tenggelam didalam bencana tersebut, karena Sanghyang Dharmasaksi memahami Beliau belumlah di Titahkan dalam Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran kala itu tertitah sebagai Raja penerusNya, itulah sebabnya Sanghyang Dharmasaksi diperintahkan untuk memanjangkan rambutnya sebagai Mahkotanya yang akan menjadi TANDANYA tegas Beliau bersabda).

Pada tahun 579 masehi atau 512 saka Sunda/Jawa, Beliau Sultan Rahmat telah menempatkan pula tanda tahun Baru Hijriyah pada awalnya untuk kerajaan di barat atau di Turki itu sebagai pedoman kalendernya disana.

(mungkin nama Turki diambil dari abjad TURunan KIdul atau disebut pula keturunan dari arah selatan yang dimaksud, yaitu gunung Salak atau gunung Perahu jika kita berada di Jabodetabek guna melihat arah gunung tersebut ada, itu menurut Sanghyang Dharmasaksi memandangnya, maafkanlah jika salah. Karna sebelum nama negara Turki itu ada konon kerajaan Yunani itulah atas pembaharuannya menjadi Negaranya, dan pahamilah atas nama Sultan itu berada dari cikal bakal di Turki itu berada pula).  

Yaitu sebagai tahun awal serta tanda bahwa perjalanan sastra itu harus dituliskan / dicatat, yang diperintahkannya pula Para Ajudannya / PengawalNya untuk menyusun perjalananNya guna untuk dijadikannya sebuah Panduan Buku Besar (Kitab Suci Al’quran saat ini), yang dilengkapi kembali dari sastra Galuh Buhun itu ada dan sastra lainnya tentang perjalanan demi peristiwa itu berada, sebagai acuan pedoman untuk masyarakat disana (Turki – Arab dll.), bukan disini (Nusantara) pada awal mulanya. 

Perjalanan dan Nama Kerajaan Baru  :

Didalam suatu perjalananNya, Beliaupun juga telah membuat kosakata baru dalam abjad barunya yaitu tulisan pada bahasa Sastra Aksara Sunda, yang pada awal mula pecahan sastra terdahulu adalah Sastra Kawi Sansekerta Galuh Sunda/Jawa yang saat ini masih ada yaitu Ha Na Ca Ra Ka yang masih bertahan (amatilah kosa kata abjadnya di Batu Tulis itu tertanda akan tulisannya dan juga Surat-suratnya itu berada di Turki),
Lalu kemudian Beliau memecahkan kembali dalam aksara sastra bahasa di seluruh daerah di Nusantara, sesudah AyahNya dahulu juga menata pula sastra itu dimaksud berada, dan serta mengatur kembali strategi perdagangan melalui lajur luar negeri di arah barat (Aceh), dan Beliau pun memerintahkannya pula guna mendirikan kembali Kerajaan Kecil disetiap wilayah Tapak Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran kala itu pernah ada, yang runtuh atas peristiwa guna membelah Sunda Besar menjadi 3 bagian kala itu, serta mengatur arus lajur perdagangan kembali di Selat Malaka yang dahulu oleh Sang Baginda Maha Raja juga untuk jalur perdagangan di arah Utara Galuh Sunda Utama sebelum Beliau moksha di tahun 500 saka Sunda/Jawa.

Didalam suatu perjalanan atas penataan itu kembali dilaksanakan, maka Beliau Sang Rasullulah / Sulta Rahmat / Pangeran Surawisesa setelah mendirikan basis utama sebagai Karaton Mekah di Aceh adalah sebagai Kerajaan Bayangan guna menempatkan kembali strateginya untuk mengumpulkan keluarga serta para abdi dalamnya tersebut itu ada atas pilihanNya, dan lalu kemudian Beliau kembali mengarah kearah Timur dari Aceh dimaksud guna mendirikan Kerajaan BaruNya yang diberi nama yaitu Kerajaan SRI WIJAYA itu berada.

Nama Kerajaan Sri Wijaya tersebut pun juga diadopsi dari Gelar nama orang tuanya yaitu Sri Baduga Maha Raja, adalah sebagai tanda perjalanan Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu bangkit kembali di Sunda Utama berada, yaitu tetapnya kerajaan itu berdiri menurut Beliau Pangeran Surawisesa atau Sultan Rahmat akan AmanahNya kepada Sanghyang Dharmasaksi adalah di tahun 534 saka Sunda/Jawa atau tahun 601 masehi di Purnama Kapitu / Ketujuh.

Setelah menempatkan Karaton Mekah/Merekah sebagai Kerajaan Bayangan yaitu pada tahun 521 saka atau tahun 588 masehi, adalah keraton dimaksud disebut  sebagai pintu gerbang Kerajaan Sri Wijaya disebelah barat dimaksud guna dibuka untuk jalur lajur perdagangan dan juga pasukanNya dari negeri Turki, China, India dll.

Beliau Pangeran Surawisesa / Sultan Rahmat itupun kembali menjadi Raja Utama dengan nama Parabannya adalah sebagai Prabu DAPUNTA HYANG SRIJAYANAGARA, yang juga sebagai cikal bakalnya pula Beliau mendapatkan Gelar KedewataanNya adalah sebagai DEWA MAHADEWA itu tertanda berada. 

Yang kemudian setelah Kerajaan Sri Wijaya tersebut sudah berdiri tegak selama 21 tahun lamanya atau tepatnya pada tahun 555 saka atau tahun 622 masehi, Beliau sebut Sang Prabu (Sultan Rahmat) meminta bantuan kepada PamaNya (UwaNya) yaitu Sang Wiku Manumanasa yang adalah saudara AyahNya (Prabu Siliwangi) yang juga disebut pula didalam perjalanan Dewa Krisnha itu adalah sebagai saudaraNya berada, yaitu guna mendirikan kerajaan Mata Rum di Sunda Besar/Jawa, sebagai mata kerajaan dari kerajaan Rum atau kerajaan Turki dll, yang kemudian dibaca dalam aksara Matarum itu adalah menjadi MATARAM (Buhun) itu berada. 

Beliau dimaksud sebagai Pamannya itu adalah Sang Prabu Brawijaya 1, juga memiliki sebutan atas nama ParabanNya sebagai “Bra-Him” itu ada yang tertulis didalam Alquran pula, atau lengkapnya adalah sebagai Nabi Ibrahim As. yang artinya Brah = Cahaya / Raja – Hima = Awan / Wimawan = Gagah (Brahimawan = Raja yang Gagah / Cahaya/Sinar Wijaya). Begitu pula Sri Baduga Maha Raja yang bergelar Dewa Brahma = Brah – Ma / Sinar/Cahaya Suci.

Dari tentang pelajaran Sang Buddha Gauthama yang diberikan oleh Sultan Rahmat itu adalah sebenarnya Beliau sebagai Prabu Manarah adalah sebagai Buyutnya (Mana-Rah = Darah Putih) atau Rahyang Niskala Wastu Kencana dan atau Nabi Musa As. itu sendiri dan serta Dewa Wisnu itu tertanda atas Gelarnya pula.

Menurut versi Sanghyang Dharmasaksi tentang Gelar dari Dewa Wisnu itu berada, yang adalah cikal bakalnya sebagai Penguasa Lautan dan juga Sang Pencipta sumber dari air itu sendiri ada atas PenitisanNya, dan pahami pula cicitNya yang bernama Sultan Rahmat atau Nabi Muhammad SAW dikala membuat sumur dengan cara meludah saja ke daratan dan terjadilah genangan air dengan sumbernya itu ada, yang konon disebut pula air Zamzam / Tirtha itu berada. (Kilat Kencana)

Pelajaran tentang Siwa itupun diturunkannya oleh Beliau Prabu Raja Dewa atau Rahyang Dewa Niskala Putra dari Prabu Manarah itu berada sebagai penyusunnya, atau disebut sebagai KakekNya Sultan Rahmat / Ki Santang, yang mengajarkan tentang Ibu Pretiwi/Bumi/Siwa dan atau yang disebut Sang Hyang Ratu Galuh itu tertanda ada sebagai Pemilik Bumi ini berada, dan Beliau disebut pula sebagai Nabi Sulaiman As. dan sebagai Dewa Iswara atau Dewa Isana itu ada.

Dari pemahaman Tri Sula itu adalah orang tua dari Sang Rasullulah itu berada sebagai Arrahman – Arrahim berada yaitu adalah Dewa Brahma – Wisnu – Iswara dan juga Mahadewa itu ada sebagai disebut pula Rasullulah berada.

Maka pahamilah nama kerajaan Sri Wijaya yang mengadopsi dari sebuah nama Sri dan Wijaya, yaitu adalah SriBaduga Maha Raja dan Brawijaya itu sendiri berada sebagai kakak adik yang meguasai dan menyusun pula pelajaran Siwa Buddha itu tertanda didalam rumusan Kitab SuciNya itu berada, yang diteruskan oleh Sultan Rahmat / Prabu Dapunta Hyang Srijayanagara sebagai pembawa rumusan itu keseluruh dunia (pahamilah di kerajaan Sriwijaya dengan perjalanannya dan juga Candi Ceto itu dengan sejarahnya pula).

Pelajaran tentang Siwa Buddha, adalah mengajarkan tentang Bumi ini berada yang di imbangi dengan Budi Dharma itu yang di Utamakan, maka Bumi ini akan terawat dengan baik serta bermanfaat hingga akhir hayat sampai tidak dibatasi keturunannya berada. Tidakah pelajaran itu sangat mulia, yang mengontrol sebagai penyeimbang pula didalam penataan regenerasi manusia itu ada....???.

Penjelasan Cikal Bakal   :

Jika kita mengamati, maka Prabu Brawijaya 1. itulah yang disebut Nabi Ibrahim berada dan CANDI CETO (adalah Makkah atau Makkoh = Candi Gundul/Petilasan) itulah yang menjadi cikal bakal Beliau memiliki julukanNya, yang konon Beliau akan di bunuh oleh Prabu Haryang Banga pula, karna Beliau Sang Prabu Brawijaya 1. itu lebih sujud kepada Dewa Siwa (Dewa Bumi), yang konon Beliau menyelamatkan Simbul Patung Siwa tersebut guna melarikan dirinya yaitu dari kejaran Fir’aun itu dimaksud dan hingga bersembunyi digunung Padang  

(Candi Ceto/Padang Sahara) - (Fir’Aun/AUM diambil dalam aksara Firman Dewa atau yang mengaku Raja Dewa atau mengaku Tuhan itu sendiri berada, adalah Beliau Prabu Haryang Banga Raja Utama Kerajaan Majapahit itu tertanda berada).

Dan pahamilah kembali tentang keyakinan tertulis di Kitab Suci yaitu tentang ajaran Taurat itu berada, yang adalah sebenarnya pelajaran sistim metode lama yang harus dipertahankan guna menyelamatkan Ibu Pretiwi ini dari desakan bencana kelak terjadi.

Pelajaran Taurat saat ini masih ada dan masih tampak di mata kita dengan jelas, yaitu yang berada di daerah TORAJA di Sulawesi itu berada, dengan nama upacaranya adalah disebut Rambu Solo. Taurat / Tauradj adalah mengartikan sebagai TOU = Keturunan / RADJ = Radja atau dibahasakannya adalah sebagai wilayah TORAJA itu berada atas cikal bakal Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran dengan Upacaranya ada.

Sistim Upacara Tauradj adalah diambil dari metode Kitab DHARMA SIKSA atas penjabarannya yaitu tentang KERA – KERBAU dan BABI adalah sebagai persembahan yang dikorbankan kepada BUMI/SIWA guna penyeimbangannya.
Pahamilah dikala Suku Toraja membuat upacara kematian dan atau Upacara lainnya yang dengan persembahan binatang tersebut ada yaitu Babi dan Kerbau sebagai perlambangnya pula.

Dan pahamilah kembali tentang MINANG KABAU itu berada dengan Upacaranya dahulu ada sebagai simbul kestabilan Alamnya itu berada, yaitu dengan upacara dimaksud dan serta pula mengadu ayam jago sebagai tanda upacaranya yang telah dilakukan, dan lalu ayam hasil aduannya pun guna disantap bersama sebagai bukti kebersamaannya.

Didalam sastra Minang Kabau telah juga memberikan peringatan guna dipahami selokanya sebagai legenda yang terungkap saat ini atas penjabarannya, yaitu tentang MALIN KUNDANG yang adalah sebenarnya sebagai peringatan kemasa depan anak cucu cicinya ada guna jangan melupakan tradisi kuna itu berada.

Maka jika anda pahami adanya bencana dahsyat di Padang dengan Gempanya itu, adalah sebenarnya bagian teguran yang sangat keras kepada mereka itu sebagai generasinya yang telah sangat melupakan tradisi lamanya itu berada, dan simbul batu menangis itu adalah gempa itu sendiri berguguran dari gunung / bukit itu dimaksud dan atau gedung itu sendiri yang runtuh dibuatnya, maka disebutlah batu menangis.

Jika mereka itu orang Minang Kabau tidak melupakan nama kota Padangnya yang diadopsi dari gunung Padang di Candi Ceto itu berada, maka tidaklah mungkin akan terjadi bencana dahsyat yang kapan waktupun akan kembali diterimanya, pahamilah...!!!, ini adalah bagian dari pesanNya pula.

Meletakan didalam suatu cikal bakal pastilah kita merujuk dari sastra SANG HYANG DHARMA SIKSA itu ada sebagai alternatifnya berada, maka janganlah sekali-kali melupakan bahwa Kebenaran itu berada. (janganlah menangis kembali jika tidak menyadarkan diri) 

Kembali ke Sultan Rahmat   :

Setelah menata Kerajaan demi Kerajaan kecil diseluruh Nusantara sekian lamanya, lalu Beliau Sultan Rahmat / Prabu Dapunta Hyang Srijayanagara menurunkan kembali Tahtanya kepada Putranya, yaitu yang bernama / ber Paraban sebagai Prabu Hyang Dharmasetu di Kerajaan Sri Wijaya guna Beliau Sultan Rahmat memutuskan untuk menjadi Pendeta sebagai PenyempurnaanNya sebelum Moksha, dan kemudian Beliau Moksha pada tahun 678 saka atau tahun 745 masehi di Gunung Halimun (Anak Gunung Salak akan petilasannya berada).

Yang kemudian Kerajaan Sri Wijaya tersebut oleh para keturunanNya pun  diteruskannya, dan oleh generasinya pun kemudian berpindah menuju kearah timur kembali hingga ke Sunda Besar/Jawa itu berada guna untuk menata tanah Pasundan / Jawa, dan serta seluruh kerajaan kecilnya itu berada di Nusantara yang bergabung dengan kerajaan Mataram yang juga telah diteruskan tahtaNya oleh Para KeturunanNya pula dimaksud tertanda.

Konon didalam perjalanan menuju Sunda Besar oleh para Keturunan dari Sang Rasullulah / Sultan Rahmat dimaksud, juga mengajarkan Ajaran pula tentang Siwa Buddha (Ajaran tentang sifat dari sastra Kitab Suci Dharma Siksa), dan beberapa bahasa negara serta bahasa Kawi Sunda Buhun (lama) dan Baru hasil tempaan Orang TuanNya yaitu Sang Rasul itu sendiri dahulu berada atas AmanahNya. 

(Maka jika kita pelajari tentang serat sastra Sanghyang Siksakandang Karesian itu menulis,  yang menjabarkan tentang pelajaran bahasa diseluruh dunia itu ada, adalah guna dimengerti sebagai hadiah bekal kelak untuk sekedar mengerti kultur dan bahasanya jika bertandang ke Negara orang itu dan juga sebagai hadiah dalam perantauannya (memahami etika dan cara orang lain menerapkan kulturnya masing-masing dan bukan untuk dipindahkan ke nusantara). 

Beliau Prabu Dharmasetu setelah menurunkan TahtaNya kepada PutraNya Prabu Balaputra Dewa, yaitu telah meneruskan pula sistim prekonomian hasil tempaan LeluhurNya dimaksud, yang mengembangkan pula sistim jalur alur metode pusat perdagangan Karaton Malaya kala itu ada yang berpusat di Karawang dahulu itu berada. 
(bukan melayu, melayu adalah orang yang lari / penakut akan perang dan atau sebagai Penghianat) (bacalah Mo – Lo –  Yeu sebagai MALAYA bukan Melayu, dan Pa – Do - Da adalah sebagai PADUKA. Jika ingin dibuktikan, maka bertanyalah kepada orang di daerah Karawang yang mengerti sejarah Buhun itu tentang adanya Cimalaya itu berada akan sejarahnya berada). 

Dan juga membuka jalur perdaganan tetap antara Negara didaerah Aceh dimaksud dalam beberapa tahun saja guna para saudaranya yang berada di Negara China – Turki dan India masuk melalui Aceh dimaksud sebagai peradaban baru guna untuk mencari Jati Diri atas Cikal Bakalnya mereka itu ada, dan juga serta menyusun ajaran Siwa Buddha itu sendiri ada untuk pelajaran ajaran ke seluruh dunia berada. 


Ket :
Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran telah berkembang diseluruh dunia, yaitu terdapat di Mesir, Madinah, Yunani, Turki, India, Afrika. Dimana perkembangan kerajaan tersebut ditandainya dengan Sungai Nil – Sungai Gangga sebagai arus bahari didalam perjalanan kerajaan dimaksud. Dan Kerajaan Sriwijaya serta Matarum/Mataram dan Malaka juga disertai dengan sungai Musi, Bengawan, Kapuas dan Citareum itu tertanda pula sebagai cikal bakal dari Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu berada sebagai ahli dalam baharinya.
Maka itu disebut pula gunung Salaki / gunung Salak Bogor sebagai gunung Perahu itu berada, dan atau disebut pula sebagai Perahu Nuh (Karaton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati).

Didalam suatu perjalan di Kerajaan Karaton Mekah/Merekah yang didirikan oleh Sultan Rahmat pada tahun 521 saka atau 13 tahun sebelum Pendirian Kerajaan Sri Wijaya berada yang adalah sebagai pintu gerbang KerajaanNya dimaksud itu ada, dan kemudian setelah tertata Kerajaan Sri Wijaya atas kemakmurannya tercapai, maka diserahkannya kerajaan Bayangan Karaton Mekah tersebut itu kepada orang kepercayaannya (Patihnya)guna untuk di tahtainya sebagai raja penerus. 

Yang konon pada abad ke 6 saka lebih, kerajaan karaton Mekah di Aceh tersebut hancur dikala Sang Rasullulah Moksha di gunung Halimun pada tahun 678 saka, dan berdiri kembali pada tahun 789 saka Sunda/Jawa kerajaan itu kembali berada, dan kemudian hancur kembali hingga hanya tertinggal 20% saja atas Tapaknya itu berada(timbul tenggelam karna ketidak mampu mengelola keraton sakral tersebut itu ada oleh orang-orangnya).

Setelah perjalanan panjang Para Keturunan dari Sang Rasul tersebut membuka strategi sampai di tanah Sunda Besar/Jawa, dan memasuki pada masa abad ke 9 yaitu pada tahun 911 saka Sunda / Jawa atau tahun 978 masehi berada, maka terjadilah suatu perubahan suhu politik kembali di Sunda Besar yang sangatlah tajam serta drastis, dan arogansi manusiapun meningkat tinggi. 

Yang lalu diperintahkannya Raja dari Matarum / Mataram guna membuat tanda sebagai keseimbangan bumi melalui tempat Pemujaan supaya tidak digoyang terus tanah jawanya dimaksud oleh bencana nyata dan tidak nyata dari Sumpah Kutukan itu terjadi, yaitu dengan mendirikannya Candi sebagai simbul 3 kekuatan yang menyeimbangi bumi dimaksud adalah yang kita kenal saat ini disebut juga sebagai Candi Prambanan itu ada, dan begitu juga di Balipun dibuatkannya di Pura Besakih itu berada sebagai penyeimbang buminya pula. 

Yang kemudian itu para keturunan Rasullulah / Sultan Rahmat / Pangerang Surawisesa / Prabu Dapunta Hyang Srijayanagara, yaitu Prabu Bala Putra Dewa tersebut pun setelah 110 tahun bertahta di kerajaan Sriwijaya, akhirnya melepaskan Tahta kerajaanNya tersebut guna menjadi Para Pendeta kembali yang juga disebut sebagai para kaum Brahmana / Janggan itu berada, yaitu setelah menyelesaikan gejolak didalam pertempuran yang ada, serta juga mengatur strategi demi strategi diseluruh wilayah, dan lalu kemudian menghilangkannya Kerajaan Sri Wijaya dimaksud itu berada guna menjadikan kerajaan kecil yang terpecah, yang adalah bagian dari Tapaknya tersebut sebagai penerusnya tertanda tanpa memiliki penataan sistim yang ada. 

Begitu juga Kerajaan Matarum atau Mataram menutup Kerajaannya guna hilang tanpa jejak, yang dikarnakan peperangan merebut kekuasaan itu dimaksud terjadi kembali oleh keluarga dari bekas Kerajaan Majapahit yang secara diam-diam membentuk suatu kekuatan didalam Kerajaan Mataram, guna untuk menghancurkan Simbul dari Sang Hyang Sirah di ujung kulon Banten dari penyengkeran atau penahanan energi negative itu ada guna dengan mudah kerajaan itu dimaksud untuk dimusnahkannya. 

Yang sehingga tampuh kekuatan kerajaan utama di Nusantara itu hilang dikala Kerajaan Sri Wijaya dan Mataram dihilangkan dari kasat mata, maka sempat pula menjadi kosong dari penataan Sunda Utama tersebut itu terjadi, yang konon kala itu banyaklah terjadi pembakaran rumah/ kerajaan kecil sebagai penghilangan jejak dan sekaligus menghilangkan sastra yang tertulis dari peristiwa zaman dahulu kala itu ada, guna tersesat kembali tentang silsilah itu dimaksud atas tentang dari Kerajaan Buhun itu ada, yaitu adalah Galuh Pakwan Padjadjaran berada dan juga dari Mataram itu juga berada . (ada musuh didalam selimut guna menempatkan Tahta kerajaan Galuh Agung Utama yang tidak berlandaskan etika). 

Dari sebab itulah BATU SITUS PRASASTI GEGER HANJUANG itu di Pancangkan oleh RATU GALUH di Galunggung pada tahun 911 saka, yang ditandakan guna diturunkannya BATHARA KALA merajah isi hati manusia selama 1033 tahun lamanya atas kutukan karmanya, dan dari sanalah pula perpecahan itu mulai kembali timbul dan dari antara gesekan demi gesekan peperangan itu ada, yang berdampak terjadilah perpecahan. 

Disebut Sakakala adalah Saka dan Kala yang artinya Tahun Buruk atau Tahun Peringatan itu berada, dan jangan sekali-kali menempatkan terompet sang sakakala itu sama seperti Azhan bergema, maka sama dengan menempatkan keburukan pada azan itu tertanda. 

(maka hapuslah penulisan di blog website tentang terompet sakakala adalah azhan itu sendiri, yang oleh para sahabat blogger telah menuliskannya demikian dan pahamilah arti sesungguhnya sakakala itu berada, serta pahamilah kembali cikal bakal Batu Prasasti Geger Hanjuang terjadi atas sakakalanya). (sesungguhnya sakakala adalah peringatan bukan mengingatkan, maka sakakala ditempatkan pada fase kritis yang terjadi kala itu guna sebagai peringatan jangka panjang).

Begitu hebatnya pertempuran itu ada dimana-mana hingga merusak penataan Sunda Besar itu kembali terjadi, yang mana hampir seluruhnya terpisah pisah dan ingin berdiri sendiri-sendiri, maka pada saat itu di abad ke 10 saka diturunkanlah strategi kembali dari Galuh Pakwan Padjadjaran itu ada guna untuk menentramkannya kembali, yaitu dengan strategi menaklukan kembali para keturunan bekas kerajaan Majapahit atas arogansinya dimaksud dengan strateginya, yang sehingga nama Kerajaan Majapahit pun hilang tertelan waktu pula kala itu berada.

Pada abad ke 12, kembali lagi nama kerajaan Majapahit itu disuarakan oleh keturunan dari Mataram Buhun, yang karna kerajaan di Nusantara ini tidak memiliki induksi sebagai Kerajaan Utama yang hilang atas cikal bakal dari Kerajaannya, yaitu adalah guna untuk merangkul kembali seluruh keluarganya supaya tidak saling bermusuhan sebagai pemersatuannya. 

Didalam suatu perjalanan Kerajaan Majapahit dimaksud itu dikibarkan kembali yaitu oleh Raden Wijaya adalah guna untuk sebagai tambal sulam, maka banyaklah yang tidak setuju atas nama Kerajaan tersebut itu guna untuk didirikannya kembali.
Yang  kemudian terjadi kembali suatu gesekan dari kerajaan kecil diseluruh Nusantara itupun akhirnya terjadi dan perang saudarapun tidak dapat dihindarkan disegala penjuru demi harga diri, dan kemudian dibuatlah suatu strategi kembali guna menggempur Kerajaan Bayangan Majapahit Baru dimaksud, yaitu dengan menurunkan seorang Pemuda yang bernama Patih Gajah Mada berada didalam lingkungan kerajaan tersebut yang sudah terlanjur tertata.  

Beliau Sang Patih Gajah Mada lah yang akhirnya menyatukan kembali Sunda Utama ini dan dikenal atas Supah PalapaNya itu yaitu dengan Nusantaranya ada, yang kemudian Beliau Patih Gajah Mada pun mengatur strateginya kembali guna para keturunan atau yang meneruskan kerajaan Mataram Buhun itu masuk dalam dimensi tambal sulam pula sebagai strateginya untuk mengibarkan nama Majapahit sementara waktu itu ada, dengan kata lain untuk menentramkan gejolak pada saat itu yang telah terjadi.

Beliaupun Patih Gajah Mada akhirnya Moksha di gunung Pangrango, dan petilasannya pun ada di Bogor pula sebagai Tapak bukti akan sejarahNya itu Beliau ada atas cikal bakalNya dari Teurah / Keturunan Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran itu tertanda. 

Setelah Sang Patih Gajah Mada moksha terjadilah kekisruhan kembali, maka salah satu strategi dari Galuh Pakwan Padjadjaran (Sri Wijaya / kerajaan bayangan) adalah guna melumpuhkan kerajaan Majapahit Baru itu kembali ada, yaitu dengan memberikan pelajaran tentang ajaran kebaikan yang dibawa dari Negara luar dimaksud yaitu dengan cara membonceng pasukan dari Kerajaan Dinasti untuk membuat strategi tambal sulamnya dimaksud pula berada. (pahamilah Candi Buddha itu berada atas rekayasa strategi Dinasti itu ada yang tersusun dari kerajaan Sri Wijaya itu berada)

Pada abad ke 13 saka lebih dengan strategi perjuangannya pula dari Galuh Pakwan Padjadjaran Sriwijaya Matarum, adalah dengan cara mengangkat Para Sunan sebagai strateginya secara diam-diam, maka tanpa disadari kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran terus berkembang pesat hingga saat ini tetap ada serta nyata tegak berdiri kokoh, itulah pada kenyataannya didalam strateginya berada akan hukum sebab dan akibatnya ada. 

(maka maafkanlah orang tersebut yang menulis sastra Dharmogandul akan emosinya, yang telah membonceng sastra buhun atas ramalannya berada guna ditambahkannya tulisan untuk mengejek tentang agama itu terjadi, bijaksanalah kita sebagai manusia yang tidak merasakan peperangan untuk mempertahankan harga diri dahulu kala itu terjadi, pahamilah jika kita pada posisinya)

Dikala peristiwa itu terjadi, mulailah para pengikut dan keturunan dari kerajaan Mataram Buhun yang mengibarkan bendera Majapahit itu menjadi sadar atas kesalahannya, dan banyak yang memisahkan dirinya guna ikut bergabung menuju di beberapa kerajaan kecil Galuh Pakwan Padjadjaran yang berada di seluruh Nusantara terutama di Sunda Besar itu berada (Nusantara).

Strategi tersebut lambat laun mengena dalam posisinya, yang sehingga nama kerajaan Majapahit baru itu pun musnah tertelan zaman, dikarnakan elemen demi elemen sudah memasuki dimensinya dan hancur, yang dikarnakan pula oleh bencana yang sangat dahsyat itu melanda terjadi. 

Maka setelah sekian tahun lamanya, terbentuklah kembali kerajaan Matarum baru yaitu Mataram Islam kala itu ada, yang saat ini jejaknya masih berada di Jogjakartha serta Solo dan juga ditempat yang lainnya yang menggunakan nama Sri / Sultan itu sebagai Gelar Raja diwilayahnya itu ada. (pahamilah dengan nama Sultan itu dengan cikal bakalnya berada)


Ket :
Kerajaan Majapahit Buhun atau Lama, telah hilang atau lenyap beserta Raja dan leluarganya dikala Beliau Sang Baginda Maha Raja telah membelah Sunda Besar menjadi 3 bagian pada saat tahun 456 saka.
Kerajaan Majapahit didirikan kembali oleh Keturunan dari Brawijaya 1 pada abad ke 12, adalah semata-mata untuk menyatukan keluarga dari perang dingin itu terjadi dikala Kerajaan Sriwijaya dan Matarum/Mataram lama itu menghilangkan kerajaannya tanpa jejak di tahun 921 saka. Dan Mataram Islam didirikan berdasarkan strategi politik zaman kala itu guna diselaraskan untuk menunggu zaman baru itu akan datang dalam pesan demi pesan sebuah Wangsit dan serta Sabda di Kitab Suci Buhun itu dimaksud berada. Pahamilah dengan Iklas......

Pada abad ke 14 saka lah, Sabda Palon Murka kepada Sang Prabu Brawijaya ke V,  yang karna telah mengabaikan perintah dariNya (Sabdo Palon Gaib) guna tidak bergabung kepada Sunan Kalijaga untuk ikut masuk Islam, padahal tanpa ikut aliran agamanya pun kerajaan Mataram (Majapahit) itu yang memilikinya adalah Sang Prabu Surawisesa itu atau disebut Sang Rasullulah itu sendiri berada, yang memperkokoh tentang ajaran Siwa Buddha atas Perintah Orang Tuanya terdahulu yang menulis tentang Sastra Kitab Suci Dharma Siksa sebagai panduannya, yaitu adalah sebagai hak pemilik kerajaan tersebut guna mempertahankan Galuh Pakwan Padjadjaran dan Mataram itu sendiri berada. 

Inilah pada kenyataannya tentang peristiwa demi peristiwa ada kala itu, yaitu atas ungkapan Sabda Palon kepada Sanghyang Dharmasaksi sebagai AmanahNya pula, guna dituliskan sebagai peringatan kembali kepada mereka itu saat ini atas sebagai Kala BenduNya itu berada, tegas Sabda Palon kepada Sanghyang Dharmasaksi ber Sabda. 


Pahamilah : Beliau Prabu Brawijaya ke V akhirnya menitis ke tubuh Bung Karno guna menebus kesalahan yang dibuatnya terdahulu, begitu juga Dewi Sekar istri dari Prabu Brawijaya ke V juga menitis ke tubuh Ibu Tien Soeharto guna guna menebus pula kesalahannya terdahulu yang suka menghambur-hamburkan harta kerajaan demi pencitraannya dahulu kala, maka wajiblah mereka itu membenahi kembali penataan Nusantara dengan kemerdekaan dan pembangunannya berada. inilah pada kenyataannya yang harus dimengerti oleh orang banyak di Nusantara berada atas AmanahNya pula guna diceritakannya.

Perjalanan Sang Ahli Waris   :

Konon Para Pendeta sudah banyak yang mengetahui kapan akan turunnya Sang Ahli Waris tersebut ada kala itu, dan harus bagaimana guna melaksanakannya. Itulah pada kenyataannya rahasia Gerbang tersebut diberi jarak oleh Sabda Palon secara gaib kepada Prabu Brawijaya ke.V yaitu selama 500 tahun lamanya, dan peristiwa Prabu Brawijaya ke.V tersebut ada adalah dikala tahun 1511 masehi atau tahun 1444 saka Sunda/Jawa, dan tepat Kala Bendunya adalah di tahun 2011 saat ini berada. 

Maka sebelum waktunya Tutup tahun, akan banyaknya orang yang mengaku sebagai penerus Sang Rasullulah atau mengaku Nabi itu kembali yang tidak dilandasi dengan FAKTA yang akurat, sehingga mereka itu menjadi gila jabatan sebagai Nabi dan / Imam Mahdhi, yang pula tidaklah tahu akan Amanah yang harus dijalankannya di kemudian hari kelak haruslah bagaimana tentang akhir zamannya berada.
Bukan hanya di Indonesia saja yang ber IKRAR menjadi Nabi, akan tetapi dari Negara luarpun banyak yang mengakui meraka itu sebagai Nabi penerus, yaitu Wangsit Prabu Siliwangi mengatakannya sebagai keturunan KEBO DONGKOL berada yang kepinterannya mereka itu sangatlah KEBELINGER.

Dan kerajaan Mataram Islam ada berdiri kembali sejak 111 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1555 saka atau tahun 1622 masehi di Solo itu berada, dan dari tahun itulah perang dingin itu terjadi kembali oleh si kunyuk(penghianat) yang masuk melalui Aceh guna membonceng Negara luar guna untuk merebut kekuasaan yang bukan pada Haknya itu digunakan, dan akhirnya pun terkena sengatan pula oleh para penjajah guna dijadikan sebagai alat bangsa di Nusantara ini berada dalam strateginya.  

(mungkin hingga kini sikunyuk itu masih ada atas cikal bakalnya dari keturunannya itu ada sebagai Penghianat Negara juga berada)

Sabda Palon :

Klawan Paduka sang Nata, Wangsul maring sunya ruri, Mung kula matur petungna, Ing benjang sakpungkur mami, Yen wus prapta kang wanci, Jangkep gangsal atus tahun. 

Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Buddha (Budi Dharma) lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa. 

Jika kita amati rahasia tersembunyi tentang Pedang Galuh – Tongkat Kayu Naga Wulu dan Kitab Suci Sastra Galuh Buhun yang berada di Turki, maka Sanghyang Dharmasaksi lah sebagai Ahli Warisnya guna untuk mengambilnya, yang sekaligus mengangkat kembali Etika dan Harga Diri Bangsa, serta guna untuk meredam bencana demi bencana yang akan terjadi yang sangatlah dahsyat kelak menanti ada atas kutukan itu tertanda di bumi ini di Akhir Zamannya, dan guna untuk menumpas pula Sang Dhazal atas PerintahNya ada (Sang Rasullulah). Dan perlu diketahui, Sanghyang Dharmasaksi bukanlah Nabi, akan tetapi hanya Keturunan dari Nabi / Rasullulah itu sendiri ada dan dari atas AmanahNya pula melangkah untuk perdamaian di Dunia ini, karna nama Nabi digunakan namanya di Arab saja bukan di Nusantara berada.

Pahamilah sebagaimana tahun Gajah itu berada , dimana Rasullulah itu lahir. Yang adalah gajah itu disebut pula sebagai Dewa Ganesha itu berada.

Tanpa disadari bahwa diseluruh dunia ini adalah sebenarnya Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran yang memiliki nama berbeda yang berpusat di Nusantara adalah hasil Tahta sebagai penerusnya itu berada, nah...!!! Gambaran inilah dengan jelas atas tabirnya itu ada.

1.       Ratu Galuh adalah Pendiri Kerajaan Galuh Agung Utama, yang memiliki Paraban sebagai Sang Ibu Pretiwi / Sang Hyang Lingga Bingba (Siwa) itu sendiri berada, yang memiliki Paraban KedewataanNya pula sebagai Dewi Laksmi – Dewi Saraswati – Kanjeng Ratu Pantai Selatan – Dewi Kwan in – Dahyang Sumbi – Ratu Niang Sakti – Bunda Maria dan juga nama Paraban yang disesuaikan atas Keyakinan manusia itu akan memujanya secara KedewataanNya berada. Wujud Rupa Kedewataan Beliau jika dipahami adalah Dewa Purusa (Siwa) dan sangat Cantik seperti Dewi, itulah sebabnya Beliau memiliki Paraban yang sangat banyak serta disebut pula sebagai Sabda Palon itu berada.  Dan Nabi Adam adalah memiliki Paraban sebagai Sang Hyang Lingga Hyang atau Raja Dewata dan atau sebagai Sang Hyang Dewa Raja Purana itu berada, yang menyatu SinarNya terhadap Maha Widdhi (pahamilah seloka Sangkuriang / Sangku = Wadah / Riang = Kehidupan).

2.       Nabi Musa As. disebut juga Rahyang Niskala Wastu Kencana atau Prabu Manarah, adalah Sang Pelaku Utama pendiri Galuh Pakwan Padjadjaran pada tahun 1445 sebelum masehi dan selama 901 tahun menjadi Raja UtamaNya, dalam ajarannya adalah sebagai sosok Sang Buddha Gautama  (Budi Dharma yang diutamakan), serta bergelar sebagai Dewa Wisnu itu sendiri tertanda, dan juga sebagai Raja Dewata dengan sebutan sebagai Sang Hyang Pasupati itu berada (yang memberi wewenang dan berpusat diarah Uttara).

3.       Nabi Sulaiman As. (Tri Sula) adalah Rahyang Dewa Niskala atau Prabu Raja Dewa Iswara / Sri Rama, adalah pencipta Kitab Suci yang disebut Sang Hyang Dharma Siksa (Hyang Agni) dalam Pengajaran Kitab SastraNya tentang Siwa (Bumi) Buddha (Dharma) yang memiliki pula Paraban sebagai Dewa Isana. Menampuh Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran selama 543 tahun sebagai RajaNya. Beliaulah yang berpusat diarah Timur sebagai ciriNya.

4.       Nabi Isa Almasih juga disebut Dewa Brahma / Dewa Kresnha / Sri Baduga Maha Raja / Prabu Siliwangi dllnya yang tertulis di Batu Tulis, adalah Pemegang Tampuh Galuh Pakwan Padjadjaran selama 456 tahun, guna menampuh sebagai Raja Maha Raja. Didalam ajarannya yang diakui disebut pula sebagai Ajaran Ngawiwit Siwa Buddha (muslim dalam bahasa arab /berkeyakinan), saat ini dikenal adalah Ajaran Hindhu, dan juga sebagai ajaran Kristiani atau Kristen (Krisna) yang dikenal saat ini pula. Begitu juga Sang Baginda Maha Raja atas julukan / ParabanNya adalah sebagai Pedanda Sakti (Tongkat Sakti) Wawu Rauh / Hyang Agni dimaksud berada di Pura Lempuyang Luhur di Bali itu berada. yang berpusat di arah Selatan.

5.       Nabi Ibrahim As. memiliki paraban sebagai Prabu Brawijaya Pratama, yaitu yang bernama Sang Wiku Manumanasa. Adalah dikenal sebagai Kakak dari Sang Baginda Maha Raja didalam Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran. Yang mengajarkan tentang Sifat Siwa itu berada tertanda dan sebagai Raja Utama Matarum / Mataram yang didirikan oleh Keponakannya pada tahun 555 saka, yaitu oleh Sultan Rahmat / Prabu Dapunta Hyang Srijayanagara (amatilah di Candi Ceto tentang Dewa Mahadewa dengan simbulnya itu berada).dan berpusat pada tengah tengah ke 4 penjuru itu berada.

6.       Nabi Muhammad SAW disebut pula sebagai Dewa Mahadewa adalah berparaban sebagai PangeranSurawisesa – Sultan Rahmat – Ahmad Musafir – Ki Santang – Kilat Kencana dan Prabu Dapunta Hyang Srijayanagara / Putra Hyang Agni, adalah pemegang Amanah guna menurunkan kembali kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran kepada keturunannya untuk menutup tahun di Akhir Zamannya itu setelah 1544 tahun lamanya dalam perjalanannya (7000 tahun Galuh). Jika Amanah tersebut tidak dirintangi oleh manusia saat ini, maka Beliau menggenapkanNya guna menjadi 11 Para Dewata yang bersinggasana di Pura Parahyangan di gunung Salak Bogor itu berada, atau dengan sebutan nama Karaton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, dan disebut pula sebagai Jayagiri atau gunung Salak/Perahu atau disebut pula sebagai TANAH PERJANJIAN (Kitab Injil) itu tertulis ada dan sebagai Isro dan Miraj pula. Sang Rasullulah mengajarkan pula dalam ajaran Siwa Buddha di Kerajaan Sri Wijaya dan Mataram serta di Dunia, yang saat ini disebutkannya adalah ajaran Agama Islam itu sendiri berada (Muslim – Berkeyakinan), yaitu yang berada di Negara Turki dllnya. (Didalam ajaran Sunda Buhun, Beliau disebut pula Parabannya adalah sebagai Gusti Pangeran Maha Widdhi (Sang Penyinar) itu berada atas KedewataanNya sebagai Dewa Mahadewa itu berada yang melengkapi sebagai 4 penjuru dunia dengan mata anginnya). Beliau berposisikan di arah Barat itu berada guna menghadap ke Timur.

7.       Dalam konsep kelima Dewata tersebut, disebut pula sebagai Arrahman dan Arrahim itu berada didalam suatu dimensinya berada, yaitu Timur, Selatan, Barat, Uttara dan Tengah. Jika ke Lima Sinar tersebut disatukan, maka akan dinamakan sebagai Pusat Indra atau disebut Dewa Indra berada. maka dijabarkan pula Tawaf yang mengartikannya sebagai Yatra atau Purwa Daksina (mengelilingi / berziarah keseluruh penjuru Para Dewata bersinggasana).

8.       Dari Kelima Para Dewata (Pretiwi / Siwa – Wisnu – Iswara – Brahma dan Mahadewa) tersebut diatas guna disatukan akan Sinar SuciNya, maka disebutlah sebagai Simbul dari BATARA INDRA / DEWA INDRA (lima penjuru) itu berada, dan Sanghyang Dharmasaksi ada sebagai Putranya dimaksud atas SastraNya dan  atas KehendakNya pula. Dimana Sanghyang Dharmasaksi di Titahkan guna untuk menyatukan Tri Purusa (Trisula Dewata / tiga kekuataNya) tersebut itu berada, yaitu atas SinarNya Dewa Brahma – Wisnu dan Iswara  guna untuk dijadi satukan akan Titik SinarNya menuju Sang Hyang Maha Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa) itu berada, yang juga disebut di Kitab Suci adalah sebagai IMAM MAHDHI / Imam Maha Widdhi (dalam Alquran). Didalam Pedoman yang teramanahkannya adalah bersifat dari Ajaran Kahawitan – Wiwitan dan Kawitan (Ngawiwit)itu ada berdasarkan Kitab Suci Utama Galuh Buhun dan Dharma Siksa berada yang terpecah menjadi Kitab Suci Agama yang ada saat ini sekarang, dan melangkahkan pula tapaknya dari arah Barat yaitu dari Sang Dewa Mahadewa atas Keturunannya itu berada dalam posisi terakhirnya, guna menuju ke arah Timur atas AmanahNya Lima Para Dewata dimaksud sebagai pemersatuNya (Sila 1,2 dan 3 Pancasila dalam ke Negara an).

9.       Aksara nama Indonesia pun adalah diambil dari kosa kata INDUN SIA RAJA NUSA (Indonesia Raja Nusa / Indonesia Raya) yang artinya adalah Ibu Pertiwimu adalah Raja Nusa atau Raja Dunia (Ratu Galuh). Dan lambang burung Garuda di ambil dari seekor burung Elang Galuh yang berjambul ada sebagai kekuatanNya (lakon Angling Dharma menunggang burung garuda). Pancasila juga diambil dari tahun Moksha Sang Baginda Maha Raja (Panca Pandawa Han Hoemi) dan lambang isi dari silanya di ambil dari Panca Pandawa yang di Pawayangankan, serta kata Bhinneka tunggal ika adalah diambil juga dari sastra Para Empu yaitu dari para keturunan Galuh Pakwan Padjadjaran itu sendiri ada (inilah ke Istimewaan Indonesia Raja Nusa itu berada)

Jika kita mengamati, maka Seloka didalam Pewayangan Putra dari Istri Pertama Sang Pandu adalah YUDISTIRA – BIMA dan ARJUNA, yaitu mengajarkan tentang Ajaran (berkeyakinan) – Tehnologi dan Persatuan itu berada. Dan serta dari Istri yang ke dua Sang Pandu (Penuntun) memiliki Putra kembar yaitu Nangkula dan Sadewa, adalah sebagai panduan tentang Kerakyatan dan Keadilan itu harus ditegakkannya bersamaan, guna melengkapi Panca Sila – Panca Pandawa – Panca Sakti dan Panca Jiwa/Diri, itulah Bathara Indra yang dapat menghidupkan kembali yang sudah mati dengan simbul Bunga Kamboja / Jepun dan atau Bunga Handeuleum nya itu berada.

Itulah kehebatan Negara Indonesia sebagai Raja Nusa, dan ini berupa sedikit point yang harus dimengerti oleh orang banyak di Indonesia, yang seharusnya Indonesialah yang HARUS ISTIMEWA ada, dan kerajaan kecilpun juga perlu di istimewakan atas mempertahankannya adat dan TRADISI KUNA INDONESIA itu ada hingga kini, dan tidak perlu lagi diperdebatkan dengan celoteh apapun. (Lieur)
Seharusnya kita malu terhadap Sang Nabi dan Sang Rasullulah itu sendiri, jika gara-gara tidak setuju dengan nama Istimewa itu ada, yang sehingga perpecahan diantara saudara semakin menyeruak terjadi (Pamali), apa kata dunia... maka kurangilah pajaknya mereka sebagai rakyat itu ada, sungguh malulah kita terhadap Sang Dewata itu jika kita manusia tidak salin rukun Asah Asih dan Asuh itu berada). 

Maka dari itu jika kita mengamati tentang pesan teks ulang tertulis dari Kitab Suci Sastra Dharma Siksa itu berada, tertuanglah makna bila Putra Raja yang tidak dapat mempertahankan Kabuyutan (Negeri – Negara dan yang lainnya), yang kelak mereka itu akan disamakan seperti Kulit Musang yang berada Ditempat Sampah dari pada Putra Raja yang berhianat itu berada (nista nestapa), maka mereka itu akan menitis kembali menjadi binatang yang sangat menjijikkan ke dunia nyata kelak kembali berada.

Dan perlu Sanghyang Dharmasaksi tegaskan kepada seluruh umat manusia yang berada di Nusantara ini pada khususnya. 

Haruslah kalian MALU jika kalian adalah masih keturunan teurah baheula (dari keturunanNya), yang membuat suatu kesalahan baik itu secara berkelompok ataupun secara pribadi, dimana kalian itu menggunakan ajaran dan nama yang kalian gunakan itu untuk membesarkan Nama SuciNya berada. (Sang Nabi / Rasullulah itu berada).

Jika kalian itu tidak secepatnya untuk SADAR atau TAUBAT maka kalian itulah sendiri yang telah menghancurkan AjaranNya yang sangat mulia itu ada, dan terkutuklah kalian akan azabNya kelak nanti ada secara Nyata dan atau Tidak Nyata itu berada tertanda jika kalian mengabaikan pertanda peringatan ini ada. 

Mulai saat ini jika kalian percaya atas tulisan ini, bahwa kalian itu bagian dari keluarga Sang Nabi atau Rasullulah di tanah suci ini (Nusantara) berada, maka haruslah kalian merubah arogansi kalian menjadi Sadar dan Tahu Malu, serta hilangkanlah KEMAKSIATAN itu berada dalam diri guna tidak mencoreng Nama Besar Sang Nabi dan Sang Rasullulah itu berada, dan haruslah kalian pahami kembali jika Ayat demi Ayat itu kalian Zolimi atas kelakuan ABMORAL tersebut itu berada. BERTOBATLAH KALIAN SELAGI MASIH ADA WAKTU dan janganlah kelak Sanghyang Dharmasaksi mengatakan ENGKAU adalah DHAZAL itu berada yang harus di PENGGAL KEPALANYA.

Semoga tulisan ini tidak ada lagi yang mencela dan menghina kembali ada, karna didalam sastra Uga Wangsit Prabu Siliwangi sudahlah tertulis | ULAH SANA TALANGKE... SABAB TELAGA BAKAL BEDAH (Tsunami) |. itulah yang pernah terjadi pada tahun 2004 setelah Upacara Ruwatan Raga Suci Sanghyang Dharmasaksi menjadi Pinandhita(kawin/ruwat dilebak cawene/ jabodetabek), yang lalu kemudian  dihina dan dicerca oleh para sahabat-sahabatnya tersebut karna musrik dikatakannya. 

Dia nu di beulah kulon! Hapay ku dia Tapak Ki Santang! Sabab engkéna, turunan dia jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu nyorang saayunan ka sakabéh nu rancagé di haténa. Engké jaga, mun tengah peuting, ti gunung Halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu dek kawin di Lebak Caweneé. Ulah sina talangkeé, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak! Tapi ulah ngalieuk ka tukang!.
Amatilah kembali sastra Uga Wangsit Prabu Siliwangi menjabarkan tentang keturunan Ki Santang itu yang kawin di lebak cawene, yang adalah  Beliau Sang Rasullulah itu sendirilah yang memerintahkan Pensucian Raga itu guna mudah membawa AmanahNya kelak, dan maka terjadilah bencana tsunami dibulan Desember thn. 2004 atas penghinaan tersebut, sekaligus peringatan kepada Sang Pemimpin itu untuk pertama kalinya yaitu kepada  SATRIO BOYONG PAMBUKANING GAPURO atas peringatannya Eling itu ada tertanda.

Dan pada tahun 2005 penghinaan itu terjadi kembali oleh para sahabatnya pula dikala sebelum Upacara ngenteg Linggih atau Peresmian Pura Parahyangan / Karaton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati di Gunung Salak Bogor kali pertamanya, yang sehingga hentakan bumi tersebut hampir melumatkan pulau Jawa dan Bali dengan Tsunaminya itu dari arah lautan selatan, untunglah Sanghyang Dharmasaksi secepatnya naik ke Parahyangan guna memohon ampunanNya dan mohon diperkecil akan bencananya, yang sehingga daerah Pangandaran pun terkena imbasnya atas keangkara murkaan alam yang telah menghina Sanghyang Dharmasaksi, tegas Sabda Palon mengelegar diangkasa murka / marah (Bendu), dan pada upacara itupun dibanjiri air dari atas gunung salak itu terjadi dengan sangat memilukan (menghanyutkan Bebantenan / Sesajinyanya secara Niskala).

Di tahun 2006... maafkanlah.... karna ada yang sengaja membuka merapi belum pada waktunya guna untuk ketangkasan mereka semata, dan ditutup atas KehendakNya, yang sehingga terbelahlah Jogjakarta itu.

Selanjutnya tsunami yang ke tiga mudah di terka, yaitu banyaklah yang menghina atas tulisan yang di buat Sanghyang Dharmasaksi untuk membuka Jagat Gerbang kali pertamanya pada tanggal 7 Oktober 2010 terkirim melalui Website, dan lalu kemudian terbelahlah Mentawai – Merapi dan seterusnya gunjlung deui sa amparan jagat di buatnya hingga saat ini terjadi, maka berdosalah orang-orang itu yang dibisiki iblis guna menghina akan tertitah dari AmanahNya terjabar dimaksud berada (Kala Bendu dalam gerbangnya).

_______________________________ kembali ke Pusaka Galuh.

Jika ada yang ingin mengklaim tentang PUSAKA GALUH keseluruhannya yang konon tersimpan di Kerajaan Sultan(Rum) di Turki, maka bersiaplah anda untuk test DNA dari rambut anda dan juga darah anda, jika sama atau positif sekian % saja maka selamatlah anda. (tidak terpenggal saja cukuplah baik)

Akan tetapi tidaklah anda dapat memiliki Pusaka dimaksud jika tidak memiliki tanda atas sebagai garis kedua tangannya dimaksud ada, dan program selanjutnya pun tidaklah anda ketahui apa tujuan Sang Maha Pencipta memberikan Sabda Nya yang harus dilaksanakannya, serta bagaimana harus dilakukannya pula guna menempatkan Sang Rasullulah itu sendiri guna untuk Isro Miraj Nya, dan harus apa atas penataan selanjutnya serta harus bagaimana cara menggunakan Pedang tersebut dimaksud dengan Nyata bukan dengan UCAPAN SEMATA.(ya kudu areudan heula)

Jika tidak cocok DNA nya, maka Anda dan anak istri atau sebaliknya, akan menjadi taruhan untuk dipenggal kepalanya oleh kerajaan dari Turki, aibpun akan menghantui keluarga anda hingga keluarga besar andapun mati menikam dirinya sendiri, itulah Hukum Sebab dan Akibat / Karma Pala itu ada.

Jika anda tidak percaya, maka bertanyalah kepada Sang Ahli yang mengerti Sastra dan ahli dalam meditasi alam gaib itu ada (ma’rifat tingkat tinggi), apakah benar atau tidak tulisan ini dibuatnya. 

Jika Tidak percaya...??? Tanya kembalilah kepadaNya (boleh Tuhan atau Rasullulah itu sendiri). Itulah sebabnya Titah yang Ke Tujuh harus diberlakukannya ada, dan jika anda memaksakan untuk duduk atas keegoan, maka berpikirlah secara dewasa dan dengan hati yang tulus iklas menerima akan atas kenyataannya itu kelak berada. (Sanghyang Dharmasaksi akan merahasiakan tentang azabnya yang kelak akan didapatkannya, guna kelak akan ditulis didalam sejarah selanjutnya di zaman baru itu ada oleh Regenerasi manusia saat ini ada sebagai pelajarannya).

Kilasan Sastra dengan Penjelasannya  :

Didalam makna Nama, Alamat lengkap rumah dan lokasi tinggal Sanghyang Dharmasaksipun tertulis dengan benar dan nyata ada tercatat di seluruh sastra, yaitu pada sastra  Wangsit Prabu Siliwangi – Sabdo Palon – Sabdo Prabu Brawijaya – Sastra Wedha – Alqur’an – Injil –  Sabdo Prabu Joyoboyo dan sabdo-sabdo lainnya itu ada yang menjelaskan serta menjabarkannya pula.

Perhatikan didalam sastra ini tentang sedikit penjelasannya : 

Nyaéeta budak angon; imahna di birit leuwi, pantona batu satangtungeun, kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang. 

Geus narindak babarengan jeung budak anu janggotan; geus mariang pindah ngababakan, parindah ka Lebak Caweneé!, Ti dinya datang budak janggotan. Datangna sajamang hideung kai, bari nyoren kaneron butut. (diwilayah tipe aliran /ajaran Islam itu yang sudah terpecah dalam sistimnya, atas KehendakNya tinggal)

”Sang Prabu diaturi ngyêktosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajênêng tuwa, agêgaman kawruh, iya iku sing diêmong Sabdapalon, wong jawan arêp diwulang wêruha marang bênêr luput.”

”Sang Prabu diminta memahami, suatu saat nanti kalau ada orang Jawa menggunakan nama tua (sepuh), berpegang pada kawruh Jawa, yaitulah yang diasuh oleh Sabda Palon, orang Jawan (yang telah kehilangan Jawa-nya) akan diajarkan agar bisa melihat benar salahnya.”  

”Tan kober paes sarira, Sinjang kemben tan tinolih, Lajengipun sinung lambang, Dene Maolana Ngali, Samsujen Sang-a Yogi, Tekane Sang Kala Bendu, Ing Semarang Tembayat, Poma den samya ngawruhi, Sasmitane lambang kang kocap punika.”  

”Tan kober paes sarira, Sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.”  (Semar/Sema = Bumi/Rumah. dan Ang/Rang = Daksina(selatan)/ Dewa(larangan)) serta (Tem = Tempa – B = Baiat – Aya = Ayat – T = Tuhan / Tempa Baiat Ayat Tuhan).  

“Prabu tusing waliyulah, Kadhatone pan kekalih, Ing Mekah ingkang satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, Prenahe iku kaki, Perak lan gunung Perahu, Sakulone tempuran, Balane samya jrih asih, Iya iku ratu rinenggeng sajagad.”

“Raja utusan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa. Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barattempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.”  (bahasakeun kubahasa Sunda)

Dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan, wetane bengawan banyu, andhedukuh pindha Raden Gatotkaca, arupa pagupon dara tundha tiga, kaya manungsa angleledha.

Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah timurnya bengawan berumah seperti Raden Gatotkaca, berupa rumah merpati susun tiga seperti manusia yang menggoda. (beraksara Allah tipe pada rumahnya)

ludahnya ludah api, sabdanya sakti (terbukti), yang membantah pasti mati; orang tua, muda maupun bayi; orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi; garis sabdanya tidak akan lama; beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya; tidak mau dihormati orang se tanah Jawa; tetapi hanya memilih beberapa saja

Sumarambah kana bayah nyalusup ka jero ati, yatamangan saukur murangkalih, sa kembaran Pangeran Kilat Kencana, asuheun sakabeh jalma. (pahamilah Ludah dan Kilat Kencananya)

Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.  

Didalam kutipan di beberapa sabda diatas, telah menjelaskan dan memaparkan dengan sangat jelas mengenai Nama, alamat, bentuk rumah, wilayah, lokasi dan statusnya. Dan Sanghyang Dharmasaksi hanya tinggal menambahkan nama jalan dari Kabinet Megawati itu ada yang terbaru, karna nama itu didapatkan pula oleh mereka secara gaib sebagai pemetaan posisi Sanghyang Dharmasaksi guna dicari, dan serta dinamakannya pula pada kabinetnya itu berada.

Alamat lengkappun sudah tertulis dengan jelas, semua keputusan ada ditangan kalian, baik menjadi perdamaian nagara ini terjadi atau hancur lebur tanpa sisa jika kalian menginginkannya, yaitu jika untuk dimusnahkannya dari alam nyata, Sanghyang Dharmasaksi pun berpasrah diri. Dan ketahuilah...  tidak perlu lagi menerjang lewat gaib guna meniadakan Sanghyang Dharmasaksi akan keberadaannya, kini waktunya Sanghyang Dharmasaksi berpasrah diri dan tidak melawan atas kehendakNya pula. (eunggeus terbebas dipingit tujuh taun lamina)

Demikianlah ungkapan didalam sastra yang dikutip atas izinNya, bak memilih jenis belanjaan di pasar, di bilah-bilah pastilah baik didapatnya. Begitu juga jika kita menyatukan sastra, maka akan teranglah sinar yang kita dapatkan. Habis Gelap Terbitlah Terang, itulah ungkapan RA Kartini tentang pelajaran akan sastranya ada, dan atau Habis gelap yang dulu sirna lambat laun mulailah terang terungkap.

Jika tulisan ini ada yang memanfaatkan guna menghilangkan atau meniadakan serta menukar Amanah tersebut di Negara tertitip dimaksud berdasarkan politiknya, maka bersiaplah terkena imbasnya dan hancur negaranya itu dan ini tanpa meninggalkan jejak lagi ada / disebut Tutup Zaman itu berada kelak nyata jika diinginkan oleh para manusia.

(pandanglah disebelah utara selatan titik bumi ini jika garis katulistiwa itu memanas akan murkanya ke 67 sang lingga kelak ada (dan pernah juga diuji coba selama membuka gerbang jagat atas izinNya pula). Jika besok terjadi pendidihan ke 67 Sang Lingga itu ada, maka kemurkaan itu telah dilakukan oleh Sang Maha Pencipta Alam Semesta atas ke egoan dari manusia itu sendiri, dan itulah atas kehendakNya dari AzabNya kepada manusia berada, maka tidaklah dapat bisa lagi Sanghyang Dharmasaksi dapat menghentikannya bumi ini menjadi tenang jika tidak dilengkapi dengan Upakara dan Upacara.

Demikianlah pemaparan ini yang Sanghyang Dharmasaksi lontarkan dalam tulisan, yaitu tentang AMANAH DI AKHIR ZAMAN sebagai RAHASIA GERBANG DUNIA yang menyangkut hajat orang banyak di Nusantara maupun di Dunia berada untuk dipahami. 

Jika anda kurang yakin maka berzhikirlah (bersemadi) untuk memohon PetunjukNya.
Jika hati kalian membenarkan akan AMANAH ini dengan kepala dingin, maka marilah sama-sama kita memperbaiki Negara Kesatuan ini berada kembali menjadi suatu Kerajaan Utama Dunia yang modern tanpa menghilangkan nama Besar Negara Indonesia berada (Indonesia Raja Nusa), dan haruslah memulihkan kembali Kerajaan wilayah yang terpecah-pecah itu guna memiliki etika serta sopan santun kembali tertata, karna Sanghyang Dharmasaksi tunduk kepada rakyat di Nusantara ini guna merekalah yang menjadi Rajanya kelak untuk mencapai Gemah Ripah Loh Jinawi itu ada, serta melengkapi Sila Ke 4 dan Ke 5 Pancasila itu terukir ada. 

Tunggulah tanda datangnya Cahaya Sinar Garis Putih Panjang itu berada diangkasa secara Sekala Niskala (nyata / tidak nyata), itulah tandanya ada atas petunjukNya kelak bila Zaman Baru (Kala Mukti) itu memang sudah memasukinya pada kenyataannya berada. Pahamilah dengan benar... 

Dan Sanghyang Dharmasaksi ucapkan Pamit undur diri... semoga Sang Maha Pencipta Alam Semesta melindungi kalian semua....  Rampes. 

Dikirim pada hari Coma Wage Rabiulakhir Prangbakat (Bisma)
Di Lebak Cawene Semarang Tembayat Berseri.
Ttd,


Sanghyang Dharmasaksi

Sabda Sang ILLAHI / MAHA WIDDHY :

“Maka dari itu segala titah yang Aku (Tuhan) berikan, jalanilah dengan kemulyaan hati”.
“Tidaklah engkau merasakan kesakitan (siksaan batin dan raga) jika engkau tidak melakukannya (amanah) dengan baik”.
“Dan kembalikanlah buku-buku (kitab suci) itu kepadaKu (Tuhan)”
“Maka dialah orang-orang (yang mungkir) tersesat yang tidak mengindahkan peringatan dariKu (Tuhan)” 
“SesungguhNya Aku (Tuhan) telah memberikan kebahagiaan tanpa henti kepadamu (manusia), maka haruslah memberi kebahagiaan (kerukunan) kembali kepadaKu (Tuhan)”

Nb:
Semua ini atas kehendakNya, dan Sanghyang Dharmasaksi kembalikan kembali kepada masyarakat di Indonesia ini berada guna melangkah kedalam kesucian hati atas keputusannya.......................................................SELESAI.........................................................................

Pesan :
 “...jika kita memiliki pohon yang sudah berbuah masak, maka wajiblah buah itu untuk dipanennya. Jika kita lambat, maka akan didahului hama malam dan sang pencuri mengendap-endap tergiur dengan buah itu ada...” . *sanghyang dharmasaksi*

“...Ada awal pastilah ada pula akhirnya, ada kata pastilah akan ada kesalahahnya. Bila kita bijaksana, maka perbaikilah kosa katanya dan juga memaafkannya pula...”

“...Jika engkau asli dari Nusantara, maka maafkanlah Para Leluhur atas strateginya itu ada. Jika engkau hanya terlahir saja diwilayahnya, maka pahamilah asal usulmu itu berada pula...”
*******
Srata Tujuh
Diposkan oleh King of the World