Memasuki Awal Zaman

14/09/2011

Menyambut Zaman Baru Nusantara

Dengan berucap kata Puja dan Puji Syukur atas diberikan suatu kesehatan dan keselamatan oleh dari-Nya yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME), kami selaku teurah/ keturunan Galuh Padjadjaran tidaklah henti-hentinya memanjatkan doa puji syukur dengan hati tulus iklas, dan sangatlah berterima kasih Kepada-Nya yang mana telah diberikannya kesempatan untuk menulis artikel atas kebenaran itu berada yaitu didalam website : www.modellingpicture.blogspot.comwww.matarumpadjadjaran.blogspot.com   –   www.galuhpadjadjaran.blogspot.com .   
Yang adalah sebagai Peniup Terompet Sang Sakakala sebanyak tiga kali untuk mengakhiri  Zaman atas Amanah-Nya dimaksud ada, yaitu dengan tujuan sebagai peringatan kepada seluruh para umat manusia di dunia dan juga pada khususnya yang berada di Nusantara ini sebagaimana pondasi atas cikal bakalnya umat manusia itu tertanda ada. (apa yang ada dinegrimu, di negaraku seluruhnya ada).

Dalam fenomena atas amanah pesan tertulis di artikel dimaksud berada pada blog website yang tertuang kali pertamanya hingga yang ketiga kalinya terpaparkan, sesungguhnya seluruhnya sudahlah membawa dampak yang begitu drasmatis terjadi yaitu diseluruh dunia tanpa mengenal negara itu disegani atau merasa berkuasa, yang sehingga peringatan sebagai peleburan itu ditampakannya pula atas bencana demi bencana nyata terjadi.

Kini Sanghyang Dharmasaksi menulis kembali guna untuk merangkum seluruh artilel dimaksud berada sebagai tulisan yang bersejarah bagi Sanghyang Dharmasaksi secara pribadi yang mana kumpulan artikel tersebut didapatkannya langsung dari Sang Maha Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME) atas Amanah-Nya dan sebagai pula hadiah yang sangatlah berarti selama hidup menjadi manusia yang dititiskan ke dunia fana ini, yang adalah sebagai pula utusan-Nya yaitu guna untuk memperingatkan kepada seluruh umat manusia itu berada atas Hukum Sebab dan Akibatnya itu tertanda.

Dan kini Sanghyang Dharmasaksi menulis pesan kembali atas amanah-Nya, yaitu kepada para keturunan dan atau kepada para kaum Brahmana dari pulau dewata yang sebagai pemegang aci-aci / tata-titi larung sesaji guna penyempurnaan dan menstabilkan kembali alam semesta Nusantara ini dari gejolak guncangan bumi yang kelak ada, yaitu dengan upakara dan upacara YadNya yang sudah diturunkan melalui pewisik-Nya kepada para kaum Brahmana, dan serta haruslah para kaum Brahmana yang disebut atas amanah-Nya menfokuskan kembali duduk dan berbakti di Karaton Pura/Puri Parahyangan Agung Jagat Kertha di gunung Salak Bogor dan serta di gn. Galunggung sebagai Karaton Pura/Puri Tri Purusa Djagat Pusar Buwana Nusantara.
Yaitu guna meleburkan Kutukan Karmapala (hukum sebab dan akibat) tersebut yang sudah terpatri selama 1033 tahun lamanya  untuk menjadikan Nusantara ini gemah ripah loh jinawi dan jiwani tertanda.
Dan mengembalikan pula Para Batara Kala keperut bumi kembali dengan diiringi japa japi mantra doa dan sesaji sebagai upah supaya tidaklah mengganggu kembali para umat manusia pada khususnya di Nusantara ini berada.

Pesan :

Dengarkanlah wahai para kaum Brahmana yang berada di pulau dewata…. Tidaklah kami sebagai keturunan dari Janggan Sakti (Shri Baduga Maha Raja Prabu Silih Wangi)  akan berdiam diri saja atas rencana yang sudah ditetapkan oleh Sang Hyang Pasupati atas perintah-Nya tersebut dimaksud, pastilah kami akan membantu dengan kekuatan penuh yang sudah diberikan-Nya guna menstabilkan kembali jalur Naga Api dilingkaran bumi pertiwi ini.

Dengarkanlah kembali wahai para kaum Brahmana sebagai pemegang aci-aci larung sesaji yang di percayai Sang Janggan Sakti atas amanah-Nya,  yaitu sebagai pemegang : Mantra jampa-jampa, geugeui(ng). susuratan, sasaranaan, kaseangan, pawayagahan, puspaan, susudaan, hurip-huripan, tu(n)duk iyem, pararasen, pasakwan; segala macam ajian

Haruslah dilaksanakan dengan cermat serta wajib hukumnya kepada para kaum Brahmana yang belum puput mediksa pun haruslah (ngahatur diri) berbakti dan menkordinir serta melayani para umat Walaka atau yang berstatus masyarakat biasa yaitu guna sebagai pembimbing mereka itu yang hadir pula sebagai tamunya Sang Pencipta Alam Semesta (Tuhan YME) di Karaton Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha di gn.Salak Bogor dengan secara bergantian dan pula bergotong royong.

Untuk para kaum Walaka (orang biasa) yang saat ini belum mengetahui hukum sebab dan akibat yang ditimbulkan atas ke egoan posisi semata, seyogyanya harus menyadari atas status yang dimiliki yaitu sebagai umat masyarakat yang haruslah merasa rendah diri guna memberikan kembali status pengelolaan serta status aji-aji sastranya sebagai pemangku dimaksud kepada para kaum Brahmana yang terutus oleh-Nya.
Karna ini adalah pesan langsung dari Sang Hyang Pasupati dan seluruh Kedelapan (8) Para Hyang Dewata yang sudah tampil di Parahyangan atas sabda-Nya, maka sadarilah secepat mungkin akan waktunya. (jangan salahkan siapapun jika kalian itu melanggar Sabda-Nya atas ke egoan semata).

Dengarkanlah kembali…. Dikarnakan status Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha adalah tempat sujud seluruh umat manusia dengan ciri warna dan rasnya atau seluruh keyakinan beragama itu berada, maka sepatutnya para kaum walaka tidaklah baik untuk memimpin yang bukan hak prioritasnya, berbeda jika lokasi pura itu berada selain di Parahyangan gn.Salak Bogor dan Tri Purusa gn.Galunggung tertanda.

Dengarkanlah…. Para kaum Brahmana dari seluruh belahan dunia luar Nusantara akan tampil dan berziarah guna untuk memohon restu memperbaiki negaranya masing-masing, yang kelak mereka itu akan menghadap ke Karaton Pura Parahyangan Agung Jagat Kertha dimaksud, dan Sanghyang Dharmasaksi memohon… janganlah menciderai dari Pusat peradaban dunia itu berada.

Dengarkanlah wahai para kaum Satrya diseluruh Nusantara yang masih menggunakan simbul tahta kerajaan itu tertanda… seyogyanya haruslah menata kembali tata titi itu berada dalam kemasyarakatannya, yaitu guna mempersatukan Nusantara ini menjadi lebih kuat dan menjadikan Gerbang Dunia sebagai Mercu Suar Peradaban, dan haruslah segera menghadap ke Karaton Parahyangan di gn.Salak Bogor secepatnya guna memohon ampunan-Nya.  

Demikianlah pesan Amanah dari Sang Hyang Pasupati dan juga 8 Para Hyang Dewata itu bersabda.


Inilah Sanghyang Dharmasaksi memaparkan kembali pesan dan Amanah-Nya tentang tutup tahun KERAJAAN GALUH AGEUNG SUNDA BUWANA yang ke 7000 tahun dan serta Kerajaan Galuh Pakwan Padjadjaran yang ke 3245 tahun yang jatuh pada tanggal 23 September 2011 genapnya, dan serta ke 1033 tahun lamanya atas kutukan tersebut itu berada yang harus ditutup pada tanggal 10 Oktober 2011 sesuai yang tertulis dan terkaji di Batu Sastra Geger Hanjuang itu berada yaitu :

Tra ba i gunna apuy nasta gomati sakakala rumatak disusu (k) ku batari hyang pun.
 
“Menerangkan bahwa pada hari ke-13 bulan ke empat (purnama) selama 1033 tahun telah ditandakan dan diturunkannya Peringatan (Bhatara Kala/Bhatara Durga - langkir/Bala = 13) oleh Bhatari Hyang”. (sebagai peringatannya (sakakala) dimaksud secara sakala/ nyata)

Didalam proses penutupan tahun dimaksud haruslah ditandakan, adalah sebagai bagian keharusan yang tidak dapat di pungkiri dan diabaikan, karena dampaknya akan begitu memilukan kembali sehingga yang tidak mengerti atau yang tidak berdosapun akan terkena imbasnya atas bencana kelak terjadi kembali ada.

Sang Maha Pencipta Alam Semesta tentulah sangat mengasihi umatnya jika umatnya tersebut mengikuti peraturan alam semesta ini yang telah digoreskan sebagai panduan hidup umat manusia itu sendiri, baik yang tertuang didalam sastra ataupun didalam Kitab-Kitab Suci-Nya berada.
Yang sehingga jika umatnya itu sendiri lalai tidak saling bekerjasama guna untuk menuntaskan apa yang sudah tergaris, maka akan terus berkepanjangan masalah demi masalah kembali kepada seluruh umat manusia itu sendiri, sehingga waktu akan terus terulang dari atas kejadian demi kejadian itu berada.
Atau sama seperti anda pergi ke suatu tempat yang belum pernah anda dikunjungi sehingga  batinpun merasakan seperti merasakan pernah berkunjung pada ingatan anda itu dimaksud berada, itulah yang disebut : Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis diponda sukma  oleh Hyang Bhatara Prabu Silih Wangi dalam piteketnya bersabda.

Dengarkanlah….

Penjabaran dari Sastra dan Kitab Suci di seluruh agama apapun sudahlah terbukti terjadi atas bencananya dan bekerja sebagaimana mestinya atas petunjuk-Nya yang harus diketahui oleh seluruh umat manusia, yang mana Sanghyang Dharmasaksi telah pula mengutipnya kedalam  blog website itu tertulis akan peristiwanya dimaksud itu berada, baik itu gerhana dllnya.
Dan terbukti pula adanya ulat yang tak terhitung jumlahnya, air pasang naik kedaratan, gunung memuntahkan awan panasnya dibarengi gempa yang setiap saat waktu ada dan juga yang lain-lainnya yang sudah tergaris pula pada Kitab Suci seluruh keyakinan umat manusia itu tertanda pada akhir zamannya berada.

No
Tipe Gerhana




1.
Bulan
16-06-2011
10-12-2011


2.
Matahari
04-01-2011
02-06-2011
01-07-2011
25-11-2011


Dengarkanlah baik-baik….
Sang Pencipta Alam Semesta tidaklah akan menghancurkan bumi ini hingga hancur berkeping-keping, akan tetapi bumi ini menjadi rusak adalah atas perbuatan manusia itu sendiri yang menjadikannya hancur dari atas penataan-Nya, ingat dan pahamilah Kitab Sucimu itu bersabda atas Sabda-Nya, dan janganlah engkau menilai rendah Tuhanmu itu atas pemikiranmu yang ingin dibenarkan itu guna mendustakan-Nya. Memohon ampunlah kepada-Nya, yang sehingga para keturunanmu tidaklah menanggung malu kelak nanti.

Dengarkanlah kembali…
Dikala rangkuman ini tertulis atas perintah-Nya untuk menyampaikan pesan kembali kepada umat manusia di seluruh dunia terutama yang berada di Nusantara, maka sudahlah terjadi kembali beberapa peristiwa yang sudah tergaris atas hukum sebab akibatnya itu tertanda, yaitu : yang mana manusia akan kesusahan mencari bahan pangannya, penyakit yang tiba-tiba dan tergigit serangga hingga mati mendadak, banyak orang yang dibisiki Iblis yang sehingga menjadi kesetanan, saling mencurigai diantara kelompoknya, jatuh tak berdaya dan tertimpa pula, air pasang ada dimana-mana, negara dalam keadaan kosong, para pemimpin agama sudah luntur ajarannya yang dikarnakan zamannya sudah berubah total,  dan para pemimpin agama menjadi terkenal bukan dalam bidang ajaran agamanya, serta juga lain-lainnya itu tertanda kelak.

Sanghyang Dharmasaksi tidaklah ingin mengada-ada atas amanah yang diberikan-Nya yaitu supaya eling dan waspada, jika tulisan ini dijadikan sebuah kegelisahan dan alat propaganda tertanda, maka pelajari kembali tulisan Sanghyang Dharmasaksi pada website diatas dikala meniup Terompet Sang Sakakala sebanyak 3x yang menghasilkan bencana demi bencana itu berada diseluruh dunia, yang sudah pula terurai pada Kitab Suci Alqur’an dibawah ini atas Perintah-Nya, yaitu pada surat :

SuSurat: Al-'Asr  Ayat ke 1-3 
وَالْعَصْرِ
103.1. Demi masa.
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
103.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
103.3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat   menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


Surat: Az-Zalzalah  Ayat ke 1 - 8  

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
99.1.  Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),

وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا
99.2.  dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,

وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَا
99.3.  dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
99.4.  pada hari itu bumi menceritakan beritanya,

بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
99.5.  karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu)    kepadanya.

يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتاً لِّيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ
99.6.  Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
99.7.  Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ
99.8.  Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Surat: Al-Infitaar  Ayat ke 1-19 

إِذَا السَّمَاء انفَطَرَتْ
82.1.  Apabila langit terbelah,

وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انتَثَرَتْ
82.2.  dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,

وَإِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ
82.3.  dan apabila lautan menjadikan meluap,

وَإِذَا الْقُبُورُ بُعْثِرَتْ
82.4.  dan apabila kuburan-kuburan dibongkar,

عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَأَخَّرَتْ
82.5.  maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
82.6.  Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
82.7.  Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,

ي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ
82.8.  dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.

كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ
82.9.   Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan.

وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ
82.10.  Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu),

كِرَاماً كَاتِبِينَ
82.11.  yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu),

يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
82.12.  mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ
82.13.  Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni'matan,

وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ
82.14.  dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ
82.15.  Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.

وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ
82.16.  Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ
82.17.  Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ
82.18.  Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئاً وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ
82.19.  (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.

Demikianlah apa yang terkutip dari dalam Kitab Suci Alqur’an atas segala firman-Nya yang harus di terangkan melalui fungsinya saat ini atas tangan-Nya Sang Maha Pencipta Alam Semesta kepada Shanghyang Dharmasaksi sebagai utusannya kembali di Akhir Zaman yaitu guna menata kembali hiruk pikuk ketidak stabilan alam semesta atas kutukannya itu tertanda.

Dengarkanlah kepada siapapun dia yang kelak nanti melihat garis sinar putih (bintang pari) yaitu dari arah Jabodetabek (lebak cawene) memandangnya, menuju ke arah sebelah selatan Gn.Salak dipandang, maka sinar itu akanlah terlihat yaitu menuju ke arah timur ke pulau Dewata, maka  ungkapkanlah kebenaran dan kejujuran itu jika anda melihatnya itu tertanda. Dan kalian itulah yang kelak akan mendapatkan kebahagiaan oleh dari-Nya Sang Maha Pencipta Alam Semesta atas sabda-Nya, yang ditulis pula oleh Shanghyang Dharmasaksi pada blog sebelum ini yaitu Terompet Sang Sakakala tertanda.

Dibawah ini akan dirumuskan kembali tahun Galuh yang menggenapi 7000 tahun lamanya yaitu pada tahun 2011 ini sebagai penggenapannya, dan disebut pula kembali tentang batu zumrah yaitu sebagai batu yang bernama batu situs Geger Hanjuang yang terkutip didalam sastra adalah sebagai batu perwujudan iblis guna untuk menggoda isi hati manusia atas peringatannya, yang artinya adalah sebagai batu simbul atas kutukan itu tertanda.

Jika kita mengamatinya lebih teliti, maka kita akan mengerti masa zaman kalabendu itu tertulis yang juga berakhirnya pada akhir zamannya di tahun 2011 menggenapi 7000 tahun Kerajaan Galuh Buhun itu untuk ditutupnya, yaitu dari masa zaman Galuh Buhun itu terjadi menjadi zaman baru  kembali berada (amati Uga Wangsit Prabu Siliwangi), inilah pada kenyataannya yang perlu diketahui oleh orang banyak di dunia yaitu pada khususnya di Nusantara.

Amatilah dan pahamilah sastra yang tertulis pada situs Geger Hanjuang diatas tentang Sakakala dimaksud sebagai batu kutukan tersebut dimaksud.

Dibawah ini sebagai peringatannya pula tahun Galuh dan Pakwan Padjadjaran yang memasuki zaman barunya.

NO
Nama Tahun
Peringatan zaman
Kala Bandu 1033
Peringatan Awal
Peringatan Tahun
Peringatan Tahun
Galuh awal (KB)
1.
Saka Jawa Da
1033 tahun
911
1944
5967
2.
Saka Bali
1033 tahun
900
1933
-
3.
Hijriyah
1033 tahun
399
1432
-
4.
Saka India
1033 tahun
4078
5111
-
5.
Saka Buddha
1033 tahun
1522
2555
-
6.
Ju Gatsu
1033 tahun
1638
2671
-
7.
Tahun China
1033 tahun
1529
2562
-
8.
Maya Masehi
1033 tahun
978
2011
-
Di Tutup 7000 tahun
NO
Nama Tahun
Peringatan Tahun
Kali Yuga 1111
Peringatan Awal
Peringatan Akhir
Peringatan Tahun
Galuh awal (KY)
1.
Saka Jawa Da
1111 tahun
833
1944
5889
2.
Saka Bali
1111 tahun
822
1933
-
3.
Hijriyah
1111 tahun
321
1432
-
4.
Saka India
1111 tahun
4000
5111
-
5.
Saka Buddha
1111 tahun
1444
2555
-
6.
Ju Gatsu
1111 tahun
1560
2671
-
7.
Tahun China
1111 tahun
1451
2562
-
8.
Maya Masehi
1111 tahun
900
2011
-




NO
Nama Tahun
Peringatan Tahun Galuh
Pakwan Padjadjaran
Peringatan
Sebelum tahun awal
Peringatan Tahun
Peringatan Tahun Awal
Galuh ke Padjadjaran
1.
Saka Jawa Da
3245 tahun/7000 thn
1301 ssjd
1944
3755
2.
Saka Bali
3245 tahun/7000 thn
1312 ssb
1933
-
3.
Hijriyah
3245 tahun/7000 thn
1813 sh
1432
-
4.
Saka India
- 7000 thn
-
-
-
5.
Saka Buddha
- 7000 thn
-
-
-
6.
Ju Gatsu
- 7000 thn
-
-
-
7.
Tahun China
- 7000 thn
-
-
-
8.
Maya Masehi
3245 tahun/7000 thn
1234 sm
2011
-
Di Tutup 3245 tahun


Peringatan tahun galuh tersebut diatas tertanda akan berlanjut hingga tak terbatas masa waktunya yang dihitung oleh pula oleh tahun masehi, dan akan ditutup kembali pada tahun 11989 yaitu pada tahun 7000 masehi (baru akan berpindah keplanet baru yang sudah dijanjikan oleh-Nya).

ket : Karna manusialah yang membedakan kalendernya tersebut masing-masing, maka itulah sebabnya hukum sebab akibat harus diterimanya pula.

Demikianlah Sanghyang Dharmasaksi ungkapkan atas petunjuk Sang Maha Penguasa Alam Semesta mengenai kebenaran yang tidaklah direkayasa.
Semoga bermanfaat bagi orang banyak dan mau menyadari apa yang sudah tergaris serta terpatri di dalam Kitab Suci para umat manusia itu tersabda. Salam sejahtera…. Rampes.


Dikirim pada hari Buda Kliwon Bhatara Sakri (Matal)
Di Lebak Cawene Semarang Tembayat Berseri.
Ttd,


Sanghyang Dharmasaksi 
(ngajajarkeun deui sakabeh jalma, urang sunda disarambat, urang sunda ngahampura)



Mengacu pada sastra Hyang Bhatara Prabu JayaBaya bersabda :


159.
selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawantah
apengawak manungsa
apasurya padha bethara Kresna
awatak Baladewa
agegaman trisula wedha
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang


selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun
(sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) Tampilnya kedelapan Para Hyang Dewata
akan ada dewa tampil
berbadan manusia
berparas seperti Batara Kresna
berwatak seperti Baladewa
bersenjata trisula wedha
tanda datangnya perubahan zaman
orang pinjam mengembalikan,
orang berhutang membayar
hutang nyawa bayar nyawa
hutang malu dibayar malu

160.
sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa
ngalu-ngalu tumanja ana kidul wetan bener
lawase pitung bengi,
parak esuk bener ilange
bethara surya njumedhul
bebarengan sing wis mungkur prihatine manungsa kelantur-lantur
iku tandane putra Bethara Indra wus katon
tumeka ing arcapada ambebantu wong Jawa

sebelumnya ada pertanda bintang pari
panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur
lamanya tujuh malam
hilangnya menjelang pagi sekali
bersama munculnya Batara Surya
bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-larut
itulah tanda putra Batara Indra sudah nampak
datang di bumi untuk membantu orang Jawa


161.
dunungane ana sikil redi Lawu sisih wetan
wetane bengawan banyu
andhedukuh pindha Raden Gatotkaca
arupa pagupon dara tundha tiga
kaya manungsa angleledha


asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur
sebelah timurnya bengawan
berumah seperti Raden Gatotkaca
berupa rumah merpati susun tiga
seperti manusia yang menggoda


162.
akeh wong dicakot lemut mati
akeh wong dicakot semut sirna
akeh swara aneh tanpa rupa
bala prewangan makhluk halus padha baris, pada rebut benere garis
tan kasat mata, tan arupa
sing madhegani putrane Bethara Indra
agegaman trisula wedha
momongane padha dadi nayaka perang
perange tanpa bala
sakti mandraguna tanpa aji-aji


banyak orang digigit nyamuk mati,
banyak orang digigit semut mati
banyak suara aneh tanpa rupa
pasukan makhluk halus sama-sama berbaris, berebut garis yang benar
tak kelihatan, tak berbentuk
yang memimpin adalah putra Batara Indra,
bersenjatakan trisula wedha
para asuhannya menjadi perwira perang
jika berperang tanpa pasukan
sakti mandraguna tanpa azimat


163.
apeparap pangeraning prang
tan pokro anggoning nyandhang
ning iya bisa nyembadani ruwet rentenging wong sakpirang-pirang
sing padha nyembah reca ndhaplang,
cina eling seh seh kalih pinaringan sabda hiya gidrang-gidrang


bergelar pangeran perang
kelihatan berpakaian kurang pantas
namun dapat mengatasi keruwetan orang banyak
yang menyembah arca terlentang
cina ingat suhu-suhunya dan memperoleh perintah, lalu melompat ketakutan


164.
putra kinasih swargi kang jumeneng ing gunung Lawu
hiya yayi bethara mukti, hiya krisna, hiya herumukti
mumpuni sakabehing laku
nugel tanah Jawa kaping pindho
ngerahake jin setan
kumara prewangan, para lelembut ke bawah perintah saeko proyo
kinen ambantu manungso Jawa padha asesanti trisula weda
landhepe triniji suci
bener, jejeg, jujur
kadherekake Sabdopalon lan Noyogenggong


putra kesayangan almarhum yang bermukim di Gunung Lawu
yaitu yayi Batara Mukti, ya Krisna, ya Herumukti
menguasai seluruh ajaran (ngelmu)
memotong tanah Jawa kedua kali
mengerahkan jin dan setan
seluruh makhluk halus berada dibawah perintahnya bersatu padu
membantu manusia Jawa berpedoman pada trisula weda
tajamnya tritunggal nan suci
benar, lurus, jujur
didampingi Sabdopalon dan Noyogenggong


165.
pendhak Sura nguntapa kumara
kang wus katon nembus dosane
kadhepake ngarsaning sang kuasa
isih timur kaceluk wong tuwa
paringane Gatotkaca sayuta


tiap bulan Sura sambutlah kumara
yang sudah tampak menebus dosa
dihadapan sang Maha Kuasa
masih muda sudah dipanggil orang tua
warisannya Gatotkaca sejuta


166.
idune idu geni
sabdane malati
sing mbregendhul mesti mati
ora tuwo, enom padha dene bayi
wong ora ndayani nyuwun apa bae mesthi sembada
garis sabda ora gentalan dina,
beja-bejane sing yakin lan tuhu setya sabdanira
tan karsa sinuyudan wong sak tanah Jawa
nanging inung pilih-pilih sapa


ludahnya ludah api
sabdanya sakti (terbukti)
yang membantah pasti mati
orang tua, muda maupun bayi
orang yang tidak berdaya minta apa saja pasti terpenuhi
garis sabdanya tidak akan lama
beruntunglah bagi yang yakin dan percaya serta menaati sabdanya
tidak mau dihormati orang se tanah Jawa
tetapi hanya memilih beberapa saja

167.
waskita pindha dewa
bisa nyumurupi lahire mbahira, buyutira, canggahira
pindha lahir bareng sadina
ora bisa diapusi marga bisa maca ati
wasis, wegig, waskita,
ngerti sakdurunge winarah
bisa pirsa mbah-mbahira
angawuningani jantraning zaman Jawa
ngerti garise siji-sijining umat
Tan kewran sasuruping zaman


pandai meramal seperti dewa
dapat mengetahui lahirnya kakek, buyut dan canggah anda
seolah-olah lahir di waktu yang sama
tidak bisa ditipu karena dapat membaca isi hati
bijak, cermat dan sakti
mengerti sebelum sesuatu terjadi
mengetahui leluhur anda
memahami putaran roda zaman Jawa
mengerti garis hidup setiap umat
tidak khawatir tertelan zaman


168.
mula den upadinen sinatriya iku
wus tan abapa, tan bibi, lola
awus aputus weda Jawa
mung angandelake trisula
landheping trisula pucuk
gegawe pati utawa utang nyawa
sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan
sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda


oleh sebab itu carilah satria itu
yatim piatu, tak bersanak saudara
sudah lulus weda Jawa
hanya berpedoman trisula
ujung trisulanya sangat tajam
membawa maut atau utang nyawa
yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain
yang di kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan


169.
sirik den wenehi
ati malati bisa kesiku
senenge anggodha anjejaluk cara nistha
ngertiyo yen iku coba
aja kaino
ana beja-bejane sing den pundhuti
ateges jantrane kaemong sira sebrayat

pantang bila diberi
hati mati dapat terkena kutukan
senang menggoda dan minta secara nista
ketahuilah bahwa itu hanya ujian
jangan dihina
ada keuntungan bagi yang dimintai
artinya dilindungi anda sekeluarga

170.
ing ngarsa Begawan
dudu pandhita sinebut pandhita
dudu dewa sinebut dewa
kaya dene manungsa
dudu seje daya kajawaake kanti jlentreh
gawang-gawang terang ndrandhang

di hadapan Begawan
bukan pendeta disebut pendeta
bukan dewa disebut dewa
namun manusia biasa
bukan kekuatan lain diterangkan jelas
bayang-bayang menjadi terang benderang

171.
aja gumun, aja ngungun
hiya iku putrane Bethara Indra
kang pambayun tur isih kuwasa nundhung setan
tumurune tirta brajamusti pisah kaya ngundhuh
hiya siji iki kang bisa paring pituduh
marang jarwane jangka kalaningsun
tan kena den apusi
marga bisa manjing jroning ati
ana manungso kaiden ketemu
uga ana jalma sing durung mangsane
aja sirik aja gela
iku dudu wektunira
nganggo simbol ratu tanpa makutha
mula sing menangi enggala den leluri
aja kongsi zaman kendhata madhepa den marikelu
beja-bejane anak putu

jangan heran, jangan bingung
itulah putranya Batara Indra
yang sulung dan masih kuasa mengusir setan
turunnya air brajamusti pecah memercik
hanya satu ini yang dapat memberi petunjuk
tentang arti dan makna ramalan saya
tidak bisa ditipu
karena dapat masuk ke dalam hati
ada manusia yang bisa bertemu
tapi ada manusia yang belum saatnya
jangan iri dan kecewa
itu bukan waktu anda
memakai lambang ratu tanpa mahkota
sebab itu yang menjumpai segeralah menghormati,
jangan sampai terputus, menghadaplah dengan patuh
keberuntungan ada di anak cucu

172.
iki dalan kanggo sing eling lan waspada
ing zaman kalabendu Jawa
aja nglarang dalem ngleluri wong apengawak dewa
cures ludhes saka braja jelma kumara
aja-aja kleru pandhita samusana
larinen pandhita asenjata trisula wedha
iku hiya pinaringaning dewa

inilah jalan bagi yang ingat dan waspada
pada zaman kalabendu Jawa
jangan melarang dalam menghormati orang berupa dewa
yang menghalangi akan sirna seluruh keluarga
jangan keliru mencari dewa
carilah dewa bersenjata trisula wedha
itulah pemberian dewa

173.
nglurug tanpa bala
yen menang tan ngasorake liyan
para kawula padha suka-suka
marga adiling pangeran wus teka
ratune nyembah kawula
angagem trisula wedha
para pandhita hiya padha muja
hiya iku momongane kaki Sabdopalon
sing wis adu wirang nanging kondhang
genaha kacetha kanthi njingglang
nora ana wong ngresula kurang
hiya iku tandane kalabendu wis minger
centi wektu jejering kalamukti
andayani indering jagad raya
padha asung bhekti

menyerang tanpa pasukan
bila menang tak menghina yang lain
rakyat bersuka ria
karena keadilan Yang Kuasa telah tiba
raja menyembah rakyat
bersenjatakan trisula wedha
para pendeta juga pada memuja
itulah asuhannya Sabdopalon
yang sudah menanggung malu tetapi termasyhur
segalanya tampak terang benderang
tak ada yang mengeluh kekurangan
itulah tanda zaman kalabendu telah usai
berganti zaman penuh kemuliaan
memperkokoh tatanan jagad raya
semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi
----------------------------------------------------------------¤¤¤¤¤¤¤---------------------------------------------------